2. Jayden Theldor (Markey)

59 6 5
                                    

"My Lady!!!"

Suara yang memanggil namanya semakin lama semakin samar, tergantikan dengan dirinya yang pulas menyapa kegelapan.

■□■□■□■□■□■□■□■

Ingatan asli Iyane muncul bagai hadiah setelah dia mempertanyakan kondisi adiknya si protagonis, Jayden. Seperti dunia ini sengaja menyuruhnya lebih peduli pada Jayden.

Sekarang dia tahu soal seluk beluk tempat dan orang-orang di sini.

Dulu, adiknya, Jayden, dititipkan kepada salah satu keluarga Baron yang jatuh miskin, satu-satunya alasan mereka menerima Jayden adalah karena keluarga Markey berjanji akan memberikan uang pada si kepala keluarga jika berhasil menjaga Jayden sampai umur sembilan belas tahun.

Di masa depan, mereka berhasil, sih, tetapi gegara anak mereka yang diam-diam berjudi, nasib mereka kian memburuk, mereka terperosok ke jurang hutang-piutang yang tak dapat mereka bayar seumur hidup mereka, dan membuat Jayden yang bertanggung jawab karena sejak awal dialah uang berjalan mereka, belum lagi Count gila mereka yang seorang penyuka sesama jenis.

Baron miskin berakhir tambah miskin, sampai Marquess Elias Markey menepati janjinya, dan Henry, anak kedua dari Duke William (Duke of Archillen) membantu keuangan Jayden juga.

Mengingat nasib Jayden di cerita membuatnya bergidik terutama bagian si Count Grey. Kini, karena dia seorang Markey, maka dia bertanggung jawab menolong Jayden, adiknya sekaligus protagonis cerita.

Jelek banget, sih, masa protagonis nasibnya tidak senonoh begitu, ia harus bisa menolongnya!

Iyane saat ini berumur delapan belas tahun, yang mana berbeda dua tahun dengan Jayden yang berumur enam belas tahun, setahun sebelum novel Jayden dimulai dan sebelum berurusan dengan Count baru yang gila, Grey.

"Cein!" panggil Iyane.

"Ya, My Lady, saya di sini."

"Lord Gale, 1st Count of Wielkes, apakah kamu mendengar sesuatu tentangnya belakangan?"

"Saya tidak banyak tahu, My Lady, tapi saya pernah mendengar cerita bahwa beliau berencana mengangkat Count baru, mengingat usianya, My Lady."

"Anaknya hanya satu, kan? Namanya Lord Grey?"

"Benar, My Lady."

Berarti dugaannya benar, kini ia perlu melakukan sesuatu.

Iyane tampak berpikir sambil menyentuh dagu.

"Baiklah, aku sudah menyusun rencanaku, aku mau bertemu Papa dulu."

■□■□■□■□■□■□■□■

"Selamat sore, Papa."

"Iyane? bagaimana kabarmu?" tanya Sang Marquess, Elias, dari balik mejanya, berpura-pura tidak mengetahui kabar anak perempuannya yang selama ini ia pantau sejak mereog di hadapannya sebulan lebih yang lalu.

"Kabarku jauh lebih baik dari bulan lalu, Papa." Iyane duduk di salah satu meja di kantor papanya itu.

"Ada gerangan apa Putriku yang cantik ini sampai menjenguk Papa di kantor, hm?"

"Papa, aku mendengar Count Gale akan mengangkat penggantinya dalam waktu dekat. Aku juga mendengar bahwa anak satu-satunya itu memiliki reputasi buruk. Papa, aku tiba-tiba khawatir dengan nasib warga County Wielkes, aku memiliki satu permohonan untuk hadiah ulang tahunku yang belum sempat kuminta saat di restoran kemarin, bisakah aku memintanya sekarang?"

Alis papa Elias terangkat sebelah, "Baiklah, apa yang Anak Gadisku inginkan?"

Kedua sudut bibir Iyane tertarik lebar. "Aku mau para calon Count, minimal di Dukedom Archillen mendapat pelatihan keras dan menjadikannya orang yang bijaksana, tidak semena-mena dengan warganya yang tak bersalah, apakah bisa?" 'demi nama Jayden Markey kita, yang akan menjadi penerus Marquess of Marchy ini, sebaiknya Papa terima tawaranku.'

Papanya menghela napas, "Papa tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Iyane sampai mengusulkan hal itu, walau begitu, Papa akan mengabulkannya, ada tambahan lain?"

"Terkhusus calon Count dari Wielkes, aku ingin menambahkan kelas merawat kandang kuda dan termasuk kudanya untuk pelatihannya, juga peternakan anak sapi dan anak ayam, pastikan dia belajar dengan baik dan benar, pelatihannya harus lebih dari delapan bulan supaya dia terbiasa berempati, segitu saja permintaan dariku, Papa." Diakhiri dengan senyuman lebarnya yang tampak polos.

Papanya tertawa, "Baiklah, Putriku."

'Dengan ini, orang yang di novel bakalan menjadi perusak Jayden akan teratasi.'

Kondisi Jayden juga sebenarnya cukup menyedihkan, saat saudara tirinya—Exel—di keluarga Baron itu kedapatan berjudi, Jayden tidak bisa melanjutkan pendidikannya karena ia dipanggil kembali dari Akademi oleh keluarga yang mengangkatnya, Jayden yang peduli terhadap keluarga itupun dengan suka rela kembali ke rumah Baron, dan pendidikannya menjadi kacau abu. Kalau Iyane jadi dia, sih, Iyane tidak mau susah payah kembali ke keluarga bobrok itu, tetapi Jayden memiliki hati yang terlampau baik, adiknya yang malang, gara-gara penulis tak berhati itu, Jayden kecil malah baik di waktu yang merugikannya.

Selain si Exel bocah tengik, masih ada satu tokoh yang bergelanyut di pikiran Iyane, Henry. Apa yang harus ia lakukan terhadap anak Duke yang kuasanya di atas Marquess ini?

"Papa, bolehkah aku bertanya tentang Duke dari Archillen?"

"Iya, silakan."

"Apa yang akan terjadi kalau aku ingin mendekati keluarga mereka?"

Marquess Elias tersedak ludahnya sendiri. "Apa?"

"Sebagai seorang anak dari Marquess, apa yang terjadi padaku kalau aku mendekati anak Duke? apakah akan baik-baik saja?"

Iyane tidak berpikir bahwa kalimatnya bermakna ganda, Elias menyangka jika anaknya tertarik secara asmara terhadap salah satu dari dua anak Lord William, Duke of Archillen, padahal sejauh ini, Iyane tidak pernah menampakkan ketertarikannya pada lelaki manapun karena dirinya sedikit mirip Bellane dalam hal impian, cukup ambisius walau berbeda ranah, Bellane dalam akademik dan memimpin, sedangkan Iyane memiliki ketertarikan lebih dalam seni termasuk sastra, musik, dan desain benda apapun yang disukainya, di atas perkamen.

'Kakakmu, Bellane bahkan belum menikah karena dirinya sekarang sedang berusaha mendapat jabatan sebagai 2nd Countess of Andreas, Papamu belum sanggup memikirkan pernikahanmu.' Elias menangis dalam hati.

"Apa yang Papa pikirkan? kenapa muka Papa menjadi kusut seperti itu?"

"Papa tidak tahu kamu memiliki hubungan dengan salah satu anak dari Duke William."

"Maksud Papa apa?" Iyane nyaris tertawa, 'mana mungkin Iyane memiliki hubungan asmara dengan orang-orang di sini, soalnya ini novel BL, Papa, novel BL! orang-orang ganteng di sini pasti memilih yang sejenis mereka ketibang anakmu Iyane yang cantik paripurna ini! Bahkan nama Iyane sampai tidak disebutkan di novel kupret itu!'

■□■□■□■□■□■□■□■

Sedikit kesal, Iyane bahkan sampai lupa mengurusi dirinya sendiri setelah ingatan itu menyerbunya, ini semua demi masa depan Jayden, yang sedang dipertaruhkan, akibat pengetahuannya yang tidak lengkap dari novel semasa dirinya menjadi Iyani, walau begitu pengetahuan itu sangat berguna jika Iyane menginginkan perubahan pada nasib adiknya, Jayden.

Tapi, apakah dirinya benar-benar bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Jayden, belum lagi Iyane yang "palsu" ini hanya berusaha menggenjreng gitar, bukan mati sampai masuk ke dunia novelnya Jayden?

Banyak sekali pertanyaan dalam kepalanya yang kecil, tetapi satu-satu, setelah dirinya terpuruk selama sebulan kemarin, ia akan berusaha menyelesaikannya, entah soal kembali ke dimensinya, maupun soal Jayden, adiknya yang baik dan bodoh itu.

Menjadi Kakak dari Protagonis - IyaneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang