Ketakutan Anindita

17 11 0
                                    

Tetesan air yang berasal dari langit telah turun membasahi permukaan bumi sejak dua jam yang lalu. Sudah tiga jam lamanya perempuan penggemar warna biru itu bersimpuh di samping gundukan tanah yang basah oleh hujan.

Kinara Nirmala

Tulisan yang terpampang pada nisan putih yang menancap pada makam yang dikunjungi Anindita.

Air matanya turun mengalir di pipinya mengikuti derasnya hujan yang hadir di sore hari. Sorot matanya memancarkan kesedihan yang teramat mendalam. Bibirnya kelu, tenggorokannya terasa dicekik ketika Anin hendak mengucapkan sepatah kata.

Memeluk batu nisan putih untuk menyalurkan rasa rindunya, hanya tangis dan air mata yang mewakili rasa rindunya bagi sang ibunda tercinta.

"Maafin Dita ibu."

Kata maaf terus terucap dari mulutnya berharap mendapatkan balasan dari orang yang dia berikan kalimat maaf.

"Harusnya ibu nggak perlu berkorban buat Dita. Ayah jahat, mereka semua jahat," ucap Anin.

"Mereka yang jahat kenapa Dita yang harus nanggung semuanya, Dita ingin ibu."

"Tuhan kenapa kamu ambil satu-satunya orang yang menyayangi Dita."

"Meskipun ayah jahat Anin selalu sayang ayah," kalimat terakhir yang keluar dari bibir Anin sebelum terkapar tak sadarkan diri memeluk nisan sang ibunda di bawah derasnya guyuran air hujan.

⋆.ೃ࿔*:・ੈ‧₊˚

Malam telah tiba, bagaskara telah tenggelam tergantikan oleh indurasmi yang bersinar menghiasi jumantara jelita.   Mata yang terpejam perlahan terbuka menyesuaikan cahaya yang memasuki retina matanya.

Seingat Anin dirinya tidak sadarkan diri waktu mengunjungi makam sang ibu. Menelisik seluruh penjuru ruangan yang mungkin adalah sebuah kamar.

Anin meraba badannya, panik menyerang dirinya saat mengetahui bahwa pakaian yang sedang dipakainya berbeda dengan pakaian terakhir yang melekat ditubuhnya sebelum terjatuh pingsan.

Menyadari bahwa ini bukan kamarnya, Anin segera beranjak dari kasur mencari barang yang bisa ia gunakan untuk meminta bantuan.

Suara pintu terbuka membuat Anin membalikan tubuhnya. Terlihat lelaki yang ditemuinya di sekolah sedang berdiri membawa nampan berisi makanan menatap heran Anin yang terlihat panik.

"Adita? what are you doing?"

Asrar meletakan nampan berisi makanan di atas nakas, melangkah menuju Anin yang terdiam mematung  menatap dirinya.

"Hai?" tanya Asrar melambaikan tangannya di depan wajah Anin.

Anin tersadar dari keterkejutannya ketika Asrar sudah berada dihadapannya.

'Sejak kapan laki-laki ini berada dihadapannya' pikirnya yang tidak melihat Asrar berjalan ke arahnya.

"Malah bengong," ucapan dan jentikan jari Asrar membuyarkan lamunan Anin.

Asrar memiringkan kepalanya menatap Anin. "Jadi lo ngapain ngeberantakin kamar gue?"

"Jangan mendekat." Anin berjalan mundur saat menyadari jarak mereka hanya sejengkal.

"Jangan lakukan lebih saya mohon," lirih Anin menundukkan kepalanya berjalan mundur perlahan.

"Hei, lo kenapa Adita? gue ada salah?" bingung Asrar ketika melihat Anin yang melangkah mundur dengan badan bergetar.

Anindita's Secret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang