Hidup Chiquita terasa lebih hampa setelah kepergian ibunya. Ia hampir tidak memiliki semangat hidup, bahkan hari-hari yang ia jalani hanya semata untuk mengisi sisa hidupnya.
Rasanya sangat berbeda jika dibanding saat masih ada orangtua. Sungguh menyakitkan, namun ini menjadi sebuah pelajaran untuk dirinya. Karena tidak semua orang akan hidup berdampingan abadi bersama orangtuanya. Terkadang kita harus menerima kenyataan untuk bisa mendapat satu pelajaran hidup.
Dunia bahkan akan tetap berputar, walaupun keadaan kita sangat terpuruk. Terlebih saat kita menjadi makhluk paling menyedihkan, dunia tidak akan berhenti barang sejenak hanya untuk membiarkan kita bernapas.
Sama seperti hidup yang kita jalani, semuanya akan terus berputar seperti itu sampai kita bertemu dengan ajal. Semua yang berhubungan dengan hidup, sangat bersangkut paut dengan takdir, yang artinya, hidup yang kita jalani adalah mengikuti garis takdir yang Tuhan berikan.
Terkadang, kita tidak bisa mengubah suatu takdir, tapi kita bisa menerima takdir itu dengan lapang dada semata-mata hanya untuk menjalani kehidupan selanjutnya.
Jemari Chiquita mengusap lembut sebuah bingkai foto yang sedikit usang, gambar yang terpampang jelas pada bingkai mampu mengingat kenangan yang terjadi 13 tahun silam, saat Chiquita masih berusia 3 tahun.
Matanya menelisik bingkai tersebut, kedua ujung bibirnya terangkat hingga menampilkan senyum manis khas miliknya.
Menikmati malam di teras rumah, dengan sebuah bingkai yang berisi foto keluarga, dan juga ditemani secangkir teh hangat adalah hal yang tidak pernah ada di list Chiquita. Nyatanya hidup penuh dengan hal-hal yang tidak pernah kita inginkan.
Malam yang cukup dingin dengan awan yang cukup tebal benar-benar tidak membuat Chiquita kedinginan, bahkan dia hanya menggunakan kaos berlengan pendek dan celana diatas lutut.
Tidak ada lagi rasa ingin menangis karena merindukan ibu dan keluarganya, baginya itu hanya membuat dirinya semakin terpuruk dan menjadi manusia paling menyedihkan.
Jam menunjukkan pukul 9 malam, tapi Chiquita masih tidak urung dari posisinya. Matanya menatap keatas langit, melihat senyu bulan purnama yang tidak begitu jelas karena tertutup kabut.
“Dari sekian banyak bintang yang menghiasi langit malam, bagiku mamah adalah bulannya. Karena disaat banyaknya benda-benda langit yang mau menutupi bulan, tapi bulan akan terus terlihat walau hanya secercah cahaya berbeda dengan bintang yang terkadang muncul dan hilang.”
Tiba-tiba sebuah ide terlintas dipikiran Chiquita, mungkin jika kisah hidupnya ia buat versi novel akan sangat menarik. Dan menjadikan dirinya tokoh utama tentunya.
Tangannya mengambil ponsel yang terletak di sampingnya sejak tadi, membuka layar dan menuju aplikasi catatan. Ini adalah sebuah ide gila, dan mungkin hal ini bisa membantu mengurangi rasa sakitnya. Jika dunia tidak mendengarnya, dia akan menuliskan untuk dunia, begitulah yang Chiquita inginkan.
YOU ARE READING
Silence [on hold]
FanfictionDunia bahkan akan tetap berputar, walaupun keadaan kita sangat terpuruk. Terlebih saat kita menjadi makhluk paling menyedihkan, dunia tidak akan berhenti barang sejenak hanya untuk membiarkan kita bernapas. Sama seperti hidup yang kita jalani, semu...