𝐁𝐀𝐁 𝟑

70 13 0
                                    

Hei, Anak Baru.❞

Felix yang sedang sibuk memilah kertas yang telah di fotocopy sebelumnya menoleh ke arah pintu ruangan dimana ada seorang pria yang merupakan seniornya.

❝Bikinkan aku kopi, cepat.❞

❝Ehm, maaf, sunbae. Tetapi aku sedang mengerjakan ini untuk Lia Sunbae.❞ Jawab Felix sedikit tidak enak telah menolak senior laki-lakinya itu.

Wajah pria itu sedikit mengeras menahan emosi, ❝kau disini hanya anak magang yang tidak becus!!❞

Felix menghela napas lega saat pria itu pergi meninggalkannya, ❝apa semua orang disini tidak bisa mengerjakan tugas sepele sendiri, huh?❞

Ini hari pertamanya bekerja, Felix pikir ia akan diberikan pekerjaan biasa di belakang meja tetapi ternyata tidak seindah angannya. Lihatlah sekarang dirinya, mengerjakan tugas sepele belum lagi sebelumnya ia harus membuat teh pagi untuk para seniornya. Hampir seperti office boy bukan anak magang.

Lamunannya membuyar saat suara ponselnya berdering, Felix melihat siapa yang menelponnya dan kembali menghela napas sebelum menerima panggilan itu.

❝Halo, Kak,❞ sapa Felix.

❝Apa yang sedang kau lakukan sekarang?❞ Tanya Christopher pada adiknya itu yang jelas Felix tidak bisa mengatakan dengan jujur jika saat ini ia bekerja untuk membuatkan minuman pekerja lain ❛kan.

❝Aku sedang diajarkan dasarnya.❞ Jawab Felix seadanya tanpa ingin membuat ucapan yang bisa memancing kakaknya itu curiga.

❝Pulang kerja aku akan menjemputmu,❞ ujar Christopher yang langsung membuat Felix menggelengkan kepalanya.

Sadar jika kakaknya tidak akan melihat itu akhirnya ia berkata, ❝tidak-tidak, kakak jangan menjemputku.❞

Dari seberang sana Christopher mengerutkan dahinya, ❝wae?❞

❝Aku tidak ingin orang-orang kantor melihat aku dijemput mobil mewah dengan supirnya itu Penerus Bang Empire.❞ Ucap Felix yang setelah itu didengarnya helaan napas dari kakaknya.

Fine, tetapi orang-orang yang menjagamu itu tidak akan pergi dari sekitarmu.❞ Ujar Chris dengan tegas, ❝mereka akan selalu melaporkan apapun kegiatanmu di luar jadi aku harap kau mengerti kakakmu itu sangat khawatir.❞

❝Iya, aku mengerti.❞ Jawab Felix sambil tersenyum.

❝Eh, aku dengar dari HRD jika ada anak magang lagi yang datang.❞ Felix memelankan langkahnya saat mendengar tiga karyawan yang berkumpul di kubik meja sampingnya.

❝Aku dengar juga salah satu anak magang tahun ini adalah keturunan konglomerat,❞ gadis itu lanjut menggosip sedangkan Felix menaikkan alisnya.

❛Mereka membicarakan diriku atau orang lain?❜

Salah satu dari gadis itu melihat Felix yang hanya berdiri mendengarkan mereka langsung berkata, ❝kau mencuri dengar?❞

Felix langsung gelagapan mendengar itu, ❝a-ah, tidak sunbae.❞

Salah satu gadis itu berdiri dan bersedekap memperhatikan Felix dari atas sampai bawah, ❝yang aku tau pasti bukan dia sih yang dibilang orang kaya.❞

Para gadis itu tertawa mendengarnya, ❝ya jelas, terlihat dari penampilannya saja anak ini pasti miskin.❞

Felix tidak membalas apapun, ia ingin tahu sejauh mana orang-orang ini menghinanya. Dan entah seperti apa jika mereka tahu orang yang dihinanya miskin itu adalah anak konglomerat Bang Empire?

Felix sebisa mungkin menahannya, walaupun ia bukanlah orang yang jahat tetapi ia pun bukan pria polos yang menerima apapun yang dilempar padanya. ❛Saat ini yang perlu aku lakukan hanya diam dan membalas mereka diakhir, hihi.❜

★★★

Hari pertama telah dilaluinya, dan di jam 5 sore akhirnya ia membereskan barang-barangnya seperti karyawan lain dan bersiap pulang. Jika yang lain pergi turun ke basement untuk mengambil mobilnya, Felix kesana hanya untuk menghampiri motor vespa kesayangannya.

❝Lihatlah, anak magang itu dengan tidak tau dirinya memarkirkan motor jeleknya diantara mobil-mobil.❞

Felix tidak menggubris selentingan ucapan yang menghina motornya, toh orang yang mengerti pasti memiliki pemikiran yang bertolak belakang dari pria yang barusan.

Felix memasang helmnya dan menghidupkan mesin motornya, setelah berpamitan ia langsung menancap gasnya dan pergi. Tujuan pertamanya adalah kafe sepupunya baru setelah itu pulang.

Tetapi para karyawan itu masih tetap membicarakannya walau yang tersisa dari Felix adalah suara motornya saja. ❝Anak itu benar-benar tidak tau diri kurasa.❞

❝Motor jelek itu membuat polusi suara saja,❞ timpal yang lain, tetapi ada satu pria yang tidak menggubris hal tersebut.

Ia sedari tadi hanya bisa melihat ke arah Felix dengan tatapan tidak yakin, ❛bagaimana mungkin anak magang yang dikira miskin itu punya Vespa MP6 Prototype? Aku yakin dia bukan orang biasa.❜ Ujarnya dalam hati.

Ya, motor yang dihina oleh para pegawai lain itu adalah Vespa MP6 Prototype yang diyakini vespa termahal di dunia, harganya 1 miliar dan hanya ada 50 unit di dunia. Vespa Classic ini diproduksi Piaggio pada tahun 1946 dan saat ini sudah tidak diperjualbelikan sehingga menjadikannya sebagai motor langka karena tak semua orang bisa mendapatkannya. Jika mereka tahu tentang itu, apakah masih mengira jika Felix adalah orang miskin?

★★★

Jisung keheranan saat melihat sepupu manisnya itu memanyunkan bibirnya sesaat setelah kakinya menginjakkan kafe miliknya, bahkan helm yang dipakai belum dilepaskan dari kepalanya.

❝Kau kenapa?❞

Felix melangkah sambil menghentakkan kakinya, ❝mereka menghina kesayanganku!❞

Tanpa diberitahu, Jisung paham jika kesayangan adalah motor vespanya tetapi mereka itu siapa?

❝Siapa yang menghina kesayanganmu itu?❞ Tanya Jisung sambil menghampiri Felix dan membantunya melepas helm berwarna biru dari kepalanya.

❝Para karyawan itu,❞ jawab Felix masih tetap mempertahankan bibirnya manyun membuat Jisung hampir saja tertawa.

❝Duduklah dulu, aku akan membuatkan kopi untukmu.❞ Felix hanya bisa menganggukkan kepalanya dan membawa langkahnya ke salah satu tempat duduk yang berada paling pojok dekat dengan jendela besar, tempat favoritnya.

Setelah beberapa saat akhirnya Jisung menghampirinya sambil membawa segelas Latte Macchiato, signature terfavorit di kafenya. Felix langsung menyeruput minuman itu sebelum akhirnya Jisung bertanya, ❝oke, sekarang cerita.❞

Dan akhirnya Felix menceritakan kekesalannya di hari pertama bekerja, bagaimana dirinya diperlakukan seperti pembantu bahkan dirinya bisa duduk dengan tenang di kursinya hanya pada saat akan pulang kerja.

❝Lalu apa kau tau siapa anak magang lainnya itu?❞ Tanya Jisung tetapi Felix mengedikkan bahunya tanda tidak tahu bahkan tidak peduli.

❝Aku sebenarnya tidak terlalu peduli, tetapi aku lebih peduli dengan pekerjaanku kelak jika orang-orang itu masih menggangguku.❞ Ucap Felix sambil menghela napas.

❝Suruh siapa menyamar jadi orang miskin,❞ ucap Jisung sambil tertawa, tetapi tidak berapa lama tawanya menghilang saat Felix membalasnya.

❝Kau pun sama, jangan menertawakanku jika suamimu sendiri tidak tau kalau kau orang kaya kedua di negara ini.❞ Ujar Felix masih tidak sadar jika sepupunya itu terdiam sedangkan dirinya menikmati kopinya. Setelah ia tidak mendengar tawa Jisung, Felix mengangkat kepalanya dan menoleh pada sepupunya itu.

Shit, sorry I―

It's okay,❞ Jisung tersenyum saat melihat Felix melihatnya dengan panik, ❝aku lupa nasibku juga sama.❞

Felix terdiam sebelum akhirnya berkata, ❝kenapa kau tidak bercerai saja darinya?❞

❝Aku memikirkannya, sungguh.❞ Ujar Jisung dengan senyuman yang masih bertengger di bibirnya, ❝tetapi aku masih ingin menunggu apakah dia akan berubah.❞

❝Kau bodoh,❞ ujar Felix membuat Jisung tertawa, ❝ya, aku memang bodoh.❞

[𝟏] Anak Intern Yang Kaya ꒰𝐡𝐲𝐮𝐧𝐥𝐢𝐱꒱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang