Burung mulai berkicau, cahaya matahari pun memasuki celah-celah jendela kamar Gio. Ia pun membuka matanya perlahan dan melihat jam, masih jam 6 toh? Batinnya.
Ia pun mendudukkan dirinya dari ranjangnya dengan perlahan. Ia masih mengumpulkan nyawanya. Matanya fokus melihat sudut demi sudut kamarnya. Kebiasaan Gio sehabis bangun memang seperti ini, melamun.
Ia baru menyadari suatu hal. Dikamarnya itu tidak ada istimewa-istimewanya, tidak seperti kamar Deon dan Vino yang ada hiasan sana sini, action figure mereka, piagam-piagam dan medali-medali mereka, namun hal yang diharapkan itu bukan lah itu, tapi ia hanya menginginkan bingkai foto keluarga. Ya, hanya itu yang ia mau.
Miris, sejarah kamar Gio. Jadi kamar Gio yang saat ini sebenarnya hanya sebuah gudang kecil. Jadi dulu Gio tidur dimana? Gio kecil yang masih berusia 10 tahun itu sudah harus mengalah. Jadi, dirumah ini hanya terdapat 3 kamar. Kamar Dipta dan Sabina, kamar Deon dan kamar Gio. Dulu, Vino masih tidur bersama ayah dan ibunya.
Namun, Vino malah meminta kamar sendiri. Dan pada akhirnya, kamar Gio lah yang menjadi korban. Tidak hanya mengalah dalam kasih sayang, namun juga mengalah tentang kamar. Ia sempat menolak dulu, namun sang ayah memberi ia hukuman. Dengan tega ayah melarang Gio untuk makan. Tidak boleh sama sekali. Ya ujung-ujungnya ia hanya bisa mengalah, bukan?
Kamar Gio akhirnya direnovasi, namun itupun hanya seadanya. Sekarang dikamar Gio hanyalah ada sebuah ranjang, satu lemari, satu meja belajar, rak buku, dan beberapa lukisan yang memang Gio gambar sendiri. Sangat simple, namun kenapa Gio sakit hati ya?
Faktanya, hanya kamar Gio lah yang tidak diberi foto keluarga. Hanya ada dikamar Dipta dan Sabina, Deon, apalagi Vino. Bahkan, hal yang paling mengecewakannya adalah foto keluarga itu tanpa dirinya. Gue dianggep anak gak sih? Kira-kira seperti itulah pikiran Gio saat ini.
'Aku juga anak mah, pah. Kalian apa gak bisa perlakuin aku sama kayak kakak yang selalu papa perhatiin...dan adik yang selalu mama sambut dengan kehangatan seorang Ibu...Apa aku juga gak pantes buat dapetin itu semua?'
Gio mulai membatin, dan akhirnya dia hanya pasrah. Ia selalu pasrah dalam semua hal, karena toh apa yang dia selalu perjuangkan atau mendapatkan sesuatu, pasti hanya dibilang "Oh, bagus. Pertahankan ya."
'Kalian kira aku gak mau kayak Deon dan Vino yang ketika mendapat prestasi kalian selalu bilang "Bangga deh sama kalian berdua, mau hadiah apa?" Aku juga pengen kali mah, pah.'
Pada akhir, ia tersenyum pahit.
"Yuk bangun lagi topengnya!" Semangat Gio untuk dirinya sendiri.
Gio melihat jam lagi dan tidak sadar ia sudah 15 menit melamun. Ia pun membangkitkan dirinya dan mulai bersiap kesekolah.
🥀
Lelaki itu pun menurunkan kakinya Dari anak tanggal demi anak tangga. Sampai diruang makan, seperti biasa keluarga nya selalu meninggalkannya.
Ngapain coba gue disini, huh?
Ia pun bersiap kepintu depan dan melewatkan keluarganya yang sedang bersarapan dengan damai. Namun, Deon menyadari Gio akan pergi.
"Woi, lu gak sarapan?"
Gio hanya diam dan keluar dari pintu.
"Udah, dia gak usah kamu makan disini. Saya sebagai mama nya dia aja gak mau dia makan satu meja dengan saya." Ucap sang Ibu.
Gio yang baru keluar mendengar kata itu hanya bisa terkekeh pahit.
'gue gak seberharga itu ya buat kalian?'
Ia pun berjalan kehalaman dan menaiki motornya. Ia pun keluar dari pagar dan mulai mengendarai motornya ke arah sekolah. Dengan kebiasaannya, ia berkendara sambil sesekali melihat langit.
'Gue penasaran deh dilangit yang tinggi itu ada apa aja, gue pengen deh kesana pas suatu hari.'
Gio tersenyum.
"Nyatanya emang gue gak seberharga itu bagi orang tua gue. Jadi anak tengah gini amat ya? Kayak anak bayangan tau gak? Kadang terlihat, kadang juga tidak terlihat. Itulah yang dialami setiap hari oleh si anak tengah. Sakit, bukan?"
- Aksara Gio SanjayaEnd.
YOU ARE READING
Anak Tengah dan Segala Usahanya.
ChickLitSering orang bilang jika anak sulung itu harus mempunyai bahu yang kuat, dan anak bungsu harus menjadi anak yang berbakat, lantas si anak tengah harus berperan sebagai apa? Jika anak sulung lebih disayang Ayah, dan anak bungsu lebih disayang Ibu, la...