3. Gak Terlihat

137 14 0
                                    

Setelah beberapa menit, Gio pun sampai disekolahnya. Ia pun memarkirkan motornya diantara motor-motor siswa yang lain. Ia turun dari motornya.

Selang beberapa lama, ia melihat sebuah mobil yang sangat ia ketahui. Ya, mobil ayahnya sendiri. Sang ayah, kakaknya dan adiknya pun turun dari mobil itu. Melihat sang ayah memberi senyuman hangatnya kepada Deon dan Vino, senyuman yang tidak pernah ditunjukkan kepadanya. Bahkan, mereka diberikan uang jajan. Sedangkan dirinya? Beruntung dia mendapat uang dari neneknya kemarin. Dan kadang-kadang juga kalau ia tidak membawa duit, pasti 2 sahabatnya itulah yang memaksanya untuk mau ditraktir.

'Gua dianggep anak gak sih sama mereka? Apa gua cuma jadi bayang-bayang mereka aja?'  Batin Gio tidak sadar ia melamun.

"OHAYOU GIO-KUN!" Teriakan itulah yang membuat ia sadar akan lamunannya. Yang berteriak adalah sahabat pertamanya, Aslan Gentala.

"Lan, ini masih pagi ya. Jangan sampe ni tangan bonyokin mulut lo." Ucap bercanda sahabat nya satu lagi, Jefran Ajendra. Ia sambil mengepalkan tangannya seperti siap untuk memukul Aslan.

Gio yang melihat itu pun langsung terkekeh. 'emang kalian yang bisa bikin gue ketawa tiap hari.'

"Lu ngelamunin apaan tadi? Murung banget perasaan tadi." Tanya Aslan.

"Gue ngelamunin kalo lo misalnya diculik setan. Gue bukan kasihan sama lo sih, kasian ama setannya. Lo gak ada gunanya soalnya. Kan lo sama-sama setan."

"Pftt"

"Ih kalian jahat banget sama gue. Ku menangis~" ucap Aslan sembari berpura-pura menangis.

"Enggak lah, becanda doang jir." Ucap Gio sambil tertawa.

"Ayo masuk kelas woi, entar lagi bel. Inget lho pengawas ujian hari ini bu Dewi, mampus lu kalo telat." Ucap Jefran sambil melangkah meninggalkan mereka.

"Eh ayo, Lan!" Panik Gio sambil merangkul bahu Aslan sambil berlari. Mereka bertiga pun berjalan menuju ke kelas mereka sambil bercanda ria, seakan-akan Gio sudah melupakan masalah yang dirumah nya tadi dan lamunannya pagi ini.

Tak sadar, dari tadi Deon dan Vino yang berjalan bersama melihat Gio dengan teman-temannya. Mereka tau itu adalah sahabat Gio. Ketika mereka melihat Gio yang tersenyum dan tertawa ria, mereka kaget.

"Gua baru tau si Gio bisa ketawa sampe segitunya." Ucap sang kakak.

"Iya, dirumah gue selalu liat dia tanpa ekspresi. Bahkan gue jarang banget bisa liat dia. Padahal dia di dirumah lho."

'Apa dirumah lu gak ngerasa bahagia ya, Gi?'
Batin Deon yang sebenarnya kasihan terhadap sang adik pertamanya ini.

"Yaudah lah, kak. Aku mau pergi dulu ke kelasku. Bye!"

"Jangan lupa nanti diminum obatnya, oke?"

"Siap, kakak!"

🥀

Sampailah pada jam pulang. Gio yang sedang membereskan perlengkapannya tiba tiba dihampiri oleh Jefran.

"Lu gak ikut kami nongkrong? Gua ama Aslan mau nongkrong nih?" Tanya Jefran.

"Gak dulu deh, gue mau cepet pulang aja. Liat aja noh tuh langit mendung banget. Nanti takut kehujanan gue."

"Yaudah, gue ama Aslan duluan ya. Aslan dah nunggu diparkiran soalnya." Ucap Jefran sambil keluar dari kelas.

"Hm."

Gio pun berjalan ke arah parkiran. Ia menaiki motornya, lalu tiba-tiba.

"Kak Gio!"

Melihat ke arah yang memanggilnya Gio pun sadar itu adalah adiknya. Vino berlari kearah nya.

"Ngapain Vin? Ayah mana?"

"Ayah gak bisa jemput gue, jadi pulangnya sama lu aja. Juga abang Deon lagi rapat osis, Boleh kan?" Dan dibalas anggukan Gio.

"Pake noh jas hujan di desk motor gue"

Vino pun membuka dan hanya melihat satu jas hujan. Ia ragu untuk memakainya. Gio pun yang sadar akan keraguan Vino pun berbicara,

"Udah, gue gak apa apa. Pakai aja jas hujan itu."

"Tapi kalau lu sakit gimana?"

"Gue kan kuat, udah cepet pakai jas hujan biar pulang kita."

Vino pun memakainya, dan menaiki motor.
Gio pun mengendarai motornya. Dan benar saja, tiba-tiba hujan deras. Hujan langsung mengguyur badan Gio yang hanya memakai seragam sekolah. Setengah perjalanan itu, badannya sudah menggigil.Vino menyadari tentang hal itu tentu saja. Namun, ia juga tidak bisa memberi bantuan. Ia hanya bisa memeluk tubuh Gio untuk setidaknya memberi kehangatan untuk sang kakak.

🥀

Setelah sampai dirumah, Gio langsung memarkirkan motornya di garasi. Setelah masuk, sang ibu langsung berlari. Ia kira sang ibu akan berlari kearah nya, namun ia salah besar.

"Vino! Kamu baik-baik aja, kan?" Tanya sang ibu kepada adik.

"Aku gapapa kok, bu."

'Padahal gue udah basah-basahan, sampai menggigil. Tapi, kenapa cuma Vino yang ditanya? Gue ada disini padahal..setidaknya "eh, Gio kamu gak apa apa?", "Sini ya biar kamu ibu siapin air hangat", apakah gue gak terlihat ya?' batin Gio sambil melangkahkan kakinya ke kamarnya sendiri.

🥀

Setelah mandi, ia pun berbaring diranjangnya. Ia tebak sekarang ia mendapatkan demam. Tubuhnya sangat panas, ingin ia seperti kakak dan adiknya. Ketika mereka berdua sakit, pasti orang tua nya langsung panik dan merawat mereka.

"Gue hantu kali ya? Gak terlihat soalnya."

Gio langsung terlelap dalam tidurnya, ia mengabaikan demamnya itu.



End.








Anak Tengah dan Segala Usahanya.Where stories live. Discover now