5. Sarapan Bersama Kakak?

95 9 2
                                    

Burung mulai berkicau dipagi hari, sinar matahari menembus gorden jendela kamar sang surai hitam itu.

"Hugh..."

Perlahan mata Gio pun terbuka, bangun dari alam mimpinya. Ia membuka handphone nya, dan melihat hari.

"Eh, hari ini libur?" Ucap Gio sendiri. Ia pun menduduki dirinya di ranjang dan bersiap ke kamar mandi. Ia pun melangkahkan kakinya, langkah demi langkah.

🥀

Setelah selesai mandi ia duduk di meja belajar dan membuka handphone nya lagi yang sedari tadi ia cas agar baterai nya penuh.

Ia hanya membuka Instagram dan meng-scroll nya. Tiba-tiba, ada postingan dari sang ayah, Ibu, bahkan kakaknya juga untuk sang bungsu yang sedang tidak sehat dirumah sakit.

"Cepat sembuh anak ayah."

"Anak bunda, sembuh ya?"

"Adek, lo cepet sembuh oke?"

Si tengah hanya bisa melihat dan mengumamkan kata-kata itu.

"Padahal gue juga sakit loh. Tapi, kenapa ya? Seakan-akan mata orang tua gue kayak dibutakan buat kalo anak kedua nya juga sakit. Bener kali ya kata orang, anak tengah cuma jadi bayang-bayang keluarga."

Lagi dan lagi merasa perih, baru saja ia menerima sinar mentari pagi. Mengapa harus dia menerima luka lagi? Tidak lama setelah itu ia mendengar notif dari Whatsapp nya.

Abang Deon
|Gio dah bangun?

Udah kok bang, knp?|

|Lu udh sarapan blm? Klo belum
Mau gue jemput gak? Vino lgi makan
Sama mama dirumah sakit, ayah juga
Pergi.

Boleh bang, kapan datengnya?|

|Tunggu setengah jam lgi palingan

Oke bang|

Gio bingung, kenapa tiba-tiba kakaknya ini mengajaknya makan bersama? Biasanya juga dia bodo amat mau Gio makan atau tidak.

Memang, selama ini Gio memang agak menjauhi dari keluarganya. Ia bukan Deon yang selalu disambut ketika pulang dan ia bukan Vino yang selalu dijemput dan dibantu ketika pulang. Bukan karena apa-apa dia menjauhi dari keluarganya. Toh, aku juga gak bakal dipeduliin, kan? Pikirnya.

Gio pun menyiapkan diri nya untuk pergi sarapan bersama sang kakak.

🥀

"Gi! Gue dah sampe!"

Gio segera berlari dan membuka pagar. Sebenarnya, Deon bisa saja langsung melihat wajah Gio dalam keadaan pucat begini. Tentu saja, dari semaleman ia terkena demam dan bahkan ia tidak makan malam apalagi minum obat.

"Lu gapapa?" Khawatir Deon sambil memberi helm kepada Gio.

"Udah gue gapapa."

Ya, kata-kata itu yang bisa dikatakan Gio. Gapapa. Apakah sungguh Gio mengucapkan kata itu dengan jujur? Tentu saja tidak, bukan.

Deon pun hanya bisa mengangguk. Mereka pun mulai berkendara.

"Lu selera apa?" Tanya Deon.

"Hm...bubur ayam boleh gak?"

"Boleh kok."

Gio tersenyum, jarang-jarang ia diturutkan seperti itu. Mungkin bagi kalian itu adalah hal yang sepele, namun bagi Gio itu adalah momen yang langka.

"Makasih ya bang." Lirih Gio yang masih terdengar oleh Deon, ia pun terkekeh.

"Hm...sama-sama Gio."

🥀

Mereka pun sampai berdua di warung bubur ayam yang tempat Gio langganan, Bubur Ayam Pak Asep. Kenapa namanya Pak Asep? Karena yang jualan namanya Asep.

Gio pun turun dari motor, diikuti oleh Deon.
Mereka menyusuri dan mencari tempat duduk.

"Disana aja yuk, bang."

"Oh oke disana aja."

Mereka pun duduk,

"Kang! 2 bubur ya!" Ucap Gio. Gio terbiasa memanggil pak Asep dengan "Kang", karena menurut nya itu lucu-lucu aja.

"Siap, dek Gio!"

"Lu sering main disini? Kok bapak itu udah kenal banget sama lu?" Tanya penasaran Deon, terlalu banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan.

"Oh, emang sering banget sih. Gue kan sering gak sarapan dirumah, ya jadi kesini aja gue sarapan." Ucap Gio.

"Oh..."

Setelah beberapa menit, 2 bubur pesanannya pun susah sampai. Kang Asep pun segera pergi.

"Emang enak banget ya buburnya?" Tanya Deon.

"Iya bang, coba aja dulu!"

Gio mulai mengaduk buburnya agar tercampur semua.

"Lu diaduk makanannya?"

"Iya lah!"

"Gue aja kagak suka cok!" Terkekeh Deon.

Mereka pun mulai memakan, satu sendok demi satu sendok dan tidak kerasa sudah habis.

"The best kayak biasa!" Ucap Gio kenyang, tidak sadar jika ia sudah makan belepotan. Sang sulung mengambil tissu.

"Iya, boleh seneng dah. Tapi liat wajah lo juga ya?" Deon mengusap tissu untuk membersihkan pipiku yang belepotan.

"Makasih ya buat pagi ini, kak." Terimakasih Gio sambil menampakkan senyuman indahnya.

🥀

"Lu baik-baik ya jaga rumah?'

Gio turun dari motor, dan membuka pagar nya lagi.

"Siap bang, titip salam buat papa, mama, ama Vino ya bang?"

"Hm, iya. Semoga cepat sembuh ya dek."
Deon mengelus surai hitam itu, Gio pun hanya bisa tersenyum malu.

"Thank you!" Ucap Gio malu-maluin Dan langsung menutup pagar. Deon pun meninggalkan Gio sendirian.

Gio berjalan...

'Gue seneng banget pagi ini, abang baik banget sama gue. Dia perhatian banget...terimakasih ya Tuhan udah buat setidaknya ada orang yang peduli sama gue, bahagia gue sesederhana itu ya?'






End.






Anak Tengah dan Segala Usahanya.Where stories live. Discover now