3. HEMACHANDRA GUNAWAN

4 0 0
                                    

"Ini serius aku bareng sama Mas Chandra? Gila! Hemachandra Gunawan, lho. Wuah!"

Chandra menggelengkan kepalanya sembari tertawa kecil karena celetukan adik tingkatnya ini. Ya, Senan merupakan adik tingkatnya yang masih menginjak semester tiga. Sedangkan Chandra sendiri sudah semester lima. Keduanya bertemu saat penerimaan siswa baru di tingkat jurusan semester yang lalu.

"Emang kenapa kalau bareng Hemachandra Gunawan, heh?"

"Ya keren aja, Mas. Aku ngebonceng seorang Hemachandra Gunawan yang terkenal itu. Keren, lho. Gila! Mimpi apa aku tadi malam?" Chandra kembali tertawa.

"Udah udah, ayo cepetan ke kampus, gua juga bakal telat kalau kita nggak cepet-cepet kesana."

Senan mengangguk. Ia kemudian menaiki jok motor setelah Chandra. Keduanya kemudian pergi meninggalkan motor Senan yang sudah dipinggirkan ke tempat yang tidak menganggu pejalan kaki di trotoar. Jarak ke kampus dari tempat mereka berangkat tidaklah jauh. Hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit untuk sampai.


Universitas Harapan Nusantara atau biasa disebut dengan UNTARA adalah sebuah universitas swasta yang dibangun oleh seorang tokoh bangsa yang cukup terpandang. Mulai dibangun pada awal tahun 1986 dan diresmikan menjadi sebuah universitas oleh walikota yang saat itu menjabat pada tahun 1990. Bisa dibilang jika universitas ini juga bukan universitas yang kecil. Universitas ini memiliki lima fakultas diantaranya adalah fakultas ekonomi, fakultas hukum, fakultas mesin, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, serta fakultas ilmu sosial dan ilmu politik yang menjadi primadona dari universitas ini.

Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik. Fakultas yang saat ini menaungi empat jurusan, salah satunya adalah jurusan ilmu administrasi negara yang saat ini tengah dijalani oleh Chandra dan juga Senan.

Gedung parkir fakultas adalah tujuan Chandra saat ini. Ia memarkirkan motornya di lantai empat dikarenakan hampir setiap lantai sudah penuh dengan kendaraan roda dua milik mahasiswa. Wajar saja, hari ini masih pagi, maka tidak heran jika memang hampir semua mahasiwa satu fakultas memiliki jadwal mata kuliah.

"Sorry ya jadi parkir di lantai empat, soalnya tadi semua lantai penuh banget," ujar Chandra yang mendapat respon berupa gelengan kepala dari Senan.


"Alah nggak apa-apa, Mas. Yang penting nggak parkir di atap gedung parkir, sih." Jawabnya yang membuat Chandra terkekeh.

Keduanya lalu turun melalui tangga yang memutar dan terhubung disetiap lantai. Sesekali bertemu dengan mahasiswa yang tergesa-gesa untuk naik atau turun dari tangga. Kehidupan menjadi mahasiswa tentunya sangatlah berbeda dibandingkan dengan kehidupan siswa biasa.

Tergesa-gesa. Mungkin itu adalah kata yang pantas bagi kehidupan mahasiswa terutama Chandra saat ini. Chandra merasa jika hidupnya selalu dikejar oleh sesuatu. Entah itu berupa deadline dari tugas yang diberikan oleh dosen, entah proyek kerja dari organisasi mahasiswa yang saat ini sedang ia jalani, atau juga beberapa masalah-masalah kehidupan lainnya yang harus ia selesaikan sendirian.


Chandra selalu dikejar. Seberapa cepat Chandra berlari menjauhinya. Ia akan selalu dikejar.

Ia selalu bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Bagaimana jika ia berhenti berlari? Bolehkan dirinya berhenti sejenak untuk beristirahat?

Bolehkah?

"Hari ini sampeyan ada berapa matkul, Mas?"

Lamunan Chandra terbuyarkan oleh pertanyaan dari Senan. Ia menoleh sejenak. Menemukan Senan yang sudah menatapnya. Menunggu jawaban darinya.

"Cuma ada satu."

"Mulainya jam berapa?"

"Jam sepuluh."

Chandra tertawa saat Senan menatapnya dengan mulut terbuka dan alis yang berkerut. Keduanya terlambat masuk kuliah. Lebih tepatnya terlambat empat puluh lima menit. Bukan lagi termasuk dalam waktu 'keringanan dalam keterlambatan' yang selalu diberikan oleh setiap dosen.

"Sekarang udah sepuluh empat lima, Mas!"

"Iya, tahu, gua udah nitip absen juga kok, aman aja," jawab Chandra. Lagi-lagi Senan memberikan respon yang sama. Mulut yang terbuka dan alis yang bertaut. Membuat Chandra kembali terkekeh.

"Terus sekarang Mas mau kemana?" tanya Senan selanjutnya. Chandra berhenti sejenak. Ia menimbang-nimbang, kemanakah dirinya harus pergi sekarang? Ia baru saja sampai dan juga terlambat, ditambah lagi ia juga pasti tidak akan diperbolehkan masuk oleh dosen yang saat ini sedang mengajar.

"Nggak tahu, belum kepikiran. Palingan ke kantin sambil nyebat."

"Mas nggak pulang aja?"

"Nanti ada kerja kelompok buat presentasi besok." Senan mengangguk paham.

"Kalau kamu sekarang mau ngapain? Tetep ikutan kelas?"

Perempuan yang tingginya hanya sebahu Chandra itu termenung sejenak. Layaknya Chandra sebelumnya, dirinya terlihat menimbang-nimbang.

"Ikut Mas Chandra aja deh, mau makan juga."

Chandra mengangguk. Keduanya beranjak pergi ke kantin fakultas yang jaraknya tidak terlalu jauh dari gedung parkir, namun jauh dari gedung kelas. Dimaksudkan agar para mahasiswa yang sedang beristirahat tidak menganggu mahasiswa lain yang sedang berkuliah.


Keduanya mengharapkan sebuah momen dimana mereka dapat menghabiskan waktu dengan mengobrol ataupun menikmati hidangan yang dijual disana. Jika saja tidak ada mahasiswi yang tiba-tiba menjerit keras sehingga membuat suasana kantin yang ramai menjadi sunyi dalam sekejap.

"Tolong! Ada mayat di bak sampah!!"


MATI SATU GUGUR SERIBU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang