Aku memandangi diriku yang sexy di depan cermin lonjong panjang yang tingginya melewatiku . Kulihat minidress putih pendek yang sudah melekat pas di tubuhku , minidress yang membuat belahan dadaku terekspos dengan jelas .
Kenapa aku harus memakai dress yang seperti ini ? Dress ini memperlihatkan belahan dadaku dan juga pahaku yang putih mulus . Tapi aku tidak mungkin menolak memakainya karena Mama sudah sengaja memilihkan baju ini untukku . Kenapa Mama memilih minidress ini sih ??
Aku mengambil high heels putih , tas berwarna perak , serta rambut yang panjang dan curly kubiarkan tergerai bebas . Rambutku pun sudah di cat kembali ke warna cokelat kehitaman karena papa tidak suka dengan yang tidak alami gitu loh.
Aku menghela nafas pelan melihat diriku di depan cermin . Bagaimana aku tidak khawatir dengan penampilanku hari ini ? Ini baru pertama kalinya aku memakai dress . Kalau pun pernah , itu sudah semenjak aku masih kecil dengan dress mengembang dan serba renda-renda. Tapi setelah beranjak dewasa , aku lebih memilih casual dan sopan .
Setelah selesai , aku memasuki mobilku dan langsung menuju ke restoran tempat dimana papa , mama , berserta keluarga Jackson sudah menunggu . Om itu yang awalnya sudah menjemputku pulang akan makan malam bersama denganku dan orang tuaku .
Sekitar 20 menit , aku sudah sampai di restoran . Kulangkahkan kakiku memasuki pintu masuk yang besar itu yang dibuka oleh pelayan dua orang pelayan pria . Aku mencari-cari tempat dimana keluargaku duduk . Lalu kulihat seorang pelayan yang dengan cepat menghampiriku kemari.
" Permisi , nona Kara ?" tanya pelayan wanita itu diakhiri senyum ramahnya.
" Ya.."
" Mari silahkan ikut saya ."
Aku mengikut pelayan wanita tersebut menaiki tangga menuju lantai kedua . Setelah sampai , aku melihat mama yang duduk tidak jauh dariku melambaikan tangannya ke arahku .
" Hai Ma , Pa ," sapaku pada kedua orangku .
" Selamat malam , Om Jack , Tante Jessica , dan..." Aku berhenti sejenak . Kucoba mengingat - ngingat nama pria gay ini yang sudah menolongku ini.
" Oh kamu begitu pintar Kara . bagaimana bisa kamu tidak tahu nama seseorang yang sudah menolongmu !" teriakku dalam hati.
" Yang ini namanya Johan , Johan Jackson . Panggil saja J . " jawab Tante Jessica dengan senyum ramahnya padaku.
" Ya ampun nak , kenapa kamu malah tidak tahu nama nak Johan yang sudah menolongmu ini ? " omel mama , " Sibuk sendiri dengan luka hatinya , ma , " sambung papa terkekeh. Bukannya aku di belain malah di omelin .
" Maaf J.." Kataku kikuk setengah tersenyum pada Johan.
" Tidak apa-apa ," balasnya datar membuat diriku merasa bersalah.
" Ayo duduk , Kara ," kata Mama padaku.
Aku pun duduk di kursi kosong tepat di depan Johan . Aku dan J hanya diam , sedangkan kedua orang tua kami terlihat akrab satu sama lain . Aku melirik dia sebentar . Aku terkejut mendapati dirinya yang juga sedang melirikku dengan tatapan yang tidak kumengerti . Ada apa ? Apa sekarang aku terlihat aneh ? Apa mungkin aku tidak cocok dengan dress ini? Mungkin sebaiknya aku ke kamar mandi sebentar untuk mengecek penampilanku . Mungkin saja ada lalat yang nyangkut di wajahku . Eh , tapi tidak mungkin kan?
" Ma , aku ke toilet dulu ya ," kataku pada mama yang berada disampingku .
" Oke , jangan lama-lama."
Aku pun berdiri dan segera menuju ke toilet . Saat sampai , aku melihat diriku di cermin . Kuteliti semua dari bagian kepala hingga ke kaki. Tapi sepertinya penampilanku baik-baik saja . Apa dia terkejut dengan penampilan drastisku ini ? Mungkin dia iri dengan tubuhku ?Dia kan gay . Dia mungkin iri dengan payudara ini . Huahahahhaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My True Love
Roman d'amourKara White merupakan wanita berusia 20 tahun yang cengeng . Sifat cengeng Kara dianggapnya sebagai bentuk dari melepas stress dan sakit hati . Tapi orang-orang malah menganggapnya berperilaku tidak dewasa dan egois . Hanya calon suaminya ( Alex Turn...