QOL : Bagian 3

17 11 1
                                    

Siapa yang kangen Squad AOS ngumpul? Btw, aku sendiri juga belum punya nama yang pas ya, buat tim mereka ini dari dulu hehe.

Enjoy!

**

Berkumpul dengan formasi lengkap seperti ini sungguh membuat deja vu. Sudah tiga tahun mereka tidak berkumpul seperti ini lagi. Elka, Rima, Sam, Annisa, Andra. Lima orang yang merupakan pemilik markas rumah pohon sejak beberapa tahun lalu.

"Ternyata nggak banyak berubah," ucap Rimba melihat ke sekeliling rumah pohon itu. "Hanya ukurannya menjadi lebih besar."

"Iyalah, kita juga tumbuh membesar," jawab Annisa yang langsung disambut tawa kecil Sam.

"Kita aja. Lo kayaknya nggak."

Annisa mengangkat sebelah keningnya, lalu tersenyum sombong. "Hei, tinggiku sekarang 152cm, tahu?!"

Sam mengangkat kedua tangannya, syarat meledek. "Woi, woi, woi, ampun boss!" Annisa mendesis sebal karenanya. "Lumayan lah ya, walah hanya nambah 7cm."

Hal itu membuat semua yang ada di sana terkekeh pelan. Sejak lulus SMA, Sam banyak berubah terutama sifatnya yang tertutup itu mulai sedikit berkurang. Rimba pernah bercerita kepada Elka bahwa Sam mengalami banyak perkembangan selama mereka kuliah bersama di Oxford, Sam lebih sering menanyakan keadaan Rimba dan banyak mengajaknya mengobrol. Menurut Elka, perubahan Sam itu sangat baik dan ia pun mulai menyadarinya semenjak banyaknya hal berat yang mereka lalui.

"Kamu makin banyak omong, ya?"

Sam mengedikkan bahu. "Perubahan itu perlu untuk setiap makhluk hidup."

"Stop, stop! Kita berkumpul bukan untuk itu." Elka menengahi, ia menunggu kedatangan dua lelaki itu bukan untuk reuni, melainkan sesuatu yang lebih genting. "Syukurlah kalian cepat sampai."

"Sebenarnya gue dan Sam sudah dalam perjalanan bahkan sebelum lo ngehubungin. Kita juga sepakat mempercepat cuti libur musim panas," jelas Rimba yang membuat Elka sedikit terkejut.

"Wah, sebuah ikatan batin yang kuat," celetuk Andra kagum.

"Yah, terserahlah! Intinya sekarang kalian lihat," kata Elka sembari mengeluarkan tumpukan file dan foto-foto para korban. "Ini adalah daftar dan identitas lengkap yang sudah dikumpulkan Annisa. Orang-orang ini menghilang tanpa jejak dan jumlah laporan orang hilang sampai saat ini terus bertambah."

"Alih-alih pembunhhan berantai, ini malah penculikan berantai?"

"Itu yang gue bingung, Rim. Sepanjang gue hidup, baru kali ini gue menyaksikan penculikan berantai yang jumlahnya dalam skala besar. Maksud gue, bahkan satu pun jejak dari korban-korban itu bersih. Hal ini sangat menyulitkan," tutur Andra.

"Hanya ada satu hal yang bisa menjadi jalan penyelidikan, yaitu kesamaan mereka yang memiliki asuransi jiwa dalam jumlah cukup besar dan masing-masing asuransi jiwa itu sudah tertulis atas nama keluarga terdekat mereka," kata Annisa menjelaskan, lalu melanjutkan lagi, "dan dari data ponsel pribadi beberapa korban juga aku menemukan mereka mengorbol dengan nomor tak dikenal secara intens, tapi nomor tak dikenal itu selalu berganti. Setiap hari ada saja nomor yang tak dikenal dan durasi obrolan mereka antara 30-45 menit, itu nggak mungkin dilakukan orang yang nggak saling kenal."

"Apa ini semacam sugesti ataukah mereka ini menjadi korban penjualan manusia?" tanya Rimba.

Elka menggeleng. "Sebelumnya gue berpikir seperti itu, tapi gue udah mencaritahu melalui Rael, lo tahu dia semahir apa dalam hal pasar gelap. Menurut Rael, penjualan organ tubuh manusia nggak serta merta memakan korban sebegitu banyaknya dalam sekejap. Dan lagi, modus penipuan seperti ini biasanya dilakukan dengan cara merekrut para pekerja. Mustahil kalau nggak ada jejak."

Mereka terdiam lagi, berbeda dengan Rimba dan Andra yang sibuk melihat beberapa file identitas korban. Sam malah membeku dengan pandangan datar ke arah tumpukan foto-foto korban. Elka merasa janggal dengan hal itu.

"Sam, lo kenapa?" tanya Elka.

Sam tersadar kemudian berdeham pelan. Raut wajahnya berubah menjadi kaki dan ada sedikit ketakutan di matanya.

"Begini, gue nggak tahu harus menjelaskan hal ini dari mana. Tapi, kalian ingat kasus yang pernah kita tangani dulu? Tentang perempuan-perempuan yang tewas dan meninggalkan bekas cakaran di tubuh mereka?"

Pertanyaan itu membuat Elka dan yang lainnya membisu dengan kening berkerut kebingungan.

"Ayolah, bukan hanya gue yang inget kan?"

"Lo mimpi ya?" tanya Andra.

Sam mendengus. "Gue serius! Waktu itu ada banyak hal yang nggak bisa dijelaskan secara logika terjadi begitu saja. Memang awalnya gue nggak inget apa-apa, tapi lambat laun, gue seperti menemukan ingatan yang hilang!"

"Ingatan yang hilang?" beo Annisa. Gadis itu menatap Sam. "Kamu baik-baik saja 'kan, Sam?"

Sam mengusap wajahnya dengan putus asa. "Gue serius!" Lelaki itu menarik napas panjang. "Intinya gini, kasus yang dulu nyaris sama dengan apa yang terjadi saat ini. Kesamaannya yaitu, nggak ada jejak pelaku sama sekali dan lo tahu kenapa nggak ada jejak sama sekali? Ya, karena pelakunya bukan manusia!"

Hal itu justru membuat keempat temannya bertambah shock dan menatap Sam dengan horor.

"Lo sakit, Sam!" seru Rimba.

"Lo mabok pesawat apa gimane?" sambung Andra.

"Sebaiknya periksakan keadaanmu ke dokter, Sam. Kamu pernah kejedot? Otakmu kegeser kali," kata Annisa khawatir. Hal itu membuat Sam putus asa.

"C'mon guys, gue serius!"

"Sam, tapi nggak ada satu pun dari kami yang ngerti maksud lo!" kata Elka tegas. "Lo seperti sedang membicarakan imajinasi dalam mimpi lo tahu!"

"Tapi, gue-"

Elka mengangkat sebelah tangannya sebagai isyarat agar Sam berhenti bicara. Sering ponselnya berbunyi, panggilan itu berasal dari Tomi. Tiba-tiba saja jantung Elka berdegup kencang, perasaannya tak enak.

Seperti sebelum-sebelumnya, Elka benci dengan instingnya yang terlalu kuat.

Gadis itu mengangkat telefon.

"Halo, ada apa, Tom?" tanya Elka.

Elka mengangkat kepalanya, melihat kepada teman-temannya. "Baik, kami segera ke sana!"

Kemudian panggilan itu dimatikan.

"Ada apa, El?" tanya Annisa penasaran.

"Ada mayat yang ditemukan dengan kondisi mengenaskan." Elka kemudian menatap Sam. "Tapi anehnya, tubuhnya hancur seperti telah dicakar binatang buas."

Perkataan itu membuat mereka serentak menatap Sam dengan rasa terkejut.

**

A/n
Next part agak sedikit gore ya, jadi buat adik-adik dibawah umur mungkin disarankan skip dulu. Takutnya malah ketrigger. Novel yang aku buat juga memang nggak disarankan untuk -18 ya hehe.

See you next part!

11 July 2024
Emeliiy

Queen of Lazaron [S2 Aliansi Rahasia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang