QOL : Bagian 5

25 10 6
                                    

Ada yang bilang bahwa indra pendengaran adalah yang paling lama bertahan sebelum seseorang meregang nyawa, seakan menegaskan bahwa apa yang kita dengar akan menjadi bunyi terakhir yang terkenang sebelum melepaskan semuanya.

***

Setelah pulang dari kantor polisi, Elka memilih tidak langsung ke rumahnya. Gadis itu justru mampir ke indoapril untuk memakan mie untuk mengenyangkan perut. Tinggal sendirian memang membuatnya sering makan di luar dan mengonsumsi makanan instan. Sebenarnya Elka juga memiliki pembantu, tetapi hanya datang pagi sampai sore saja, sisanya ia punya empat orang satpam yang berjaga 24jam di rumahnya. Untuk itulah Elka tak pernah takut jika pulang pagi sekalipun.

Tinggal sendirian bukan berarti membuatnya terlantar. Ayahnya sangat mencukupi kebutuhan dan keperluannya, bahkan menurut Elka lebih dari kata cukup. Sebagai gantinya, ia menjadi sangat jarang bertemu ayahnya yang memilih melanglang buana ke seluruh dunia sepeninggal ibunya.

"Halo, Pak Tarno, saya mau ngabarin akan pulang lebih lambat malam ini, tolong cek di dapur kemungkinan Bi Asih masak sesuatu. Kalian makan saja ya, takut mubadzir karena saya makan di luar," ucap Elka melalui telepon sembari gadis itu memilih mie instan cup dan sosis.

"Baik, Pak. Seperti biasa ya jangan patroli sendirian." Setelah mengatakan itu, Elka mematikan panggilan dan bergegas ke kasir untuk membayar.

Sejak ibunya meninggal, Elka terbiasa hidup sendirian, mengandalkan keputusan sendiri mengatur rumahnya sendiri. Meski segala sesuatunya sudah difasilitasi dengan baik oleh ayahnya. Elka tahu betul keluarganya cukup berasa dan rasanya tidak perlu baginya harus terlibat memecahkan kasus kriminal seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi? Elka justru merasa jauh lebih baik bersama dengan teman-temannya.

Setelah berhasil memanaskan mie cup-nya, Elka mengambil duduk di depan indoapril, lalu menyantap mie instan itu.

Beberapa saat kemudian, pintu indoapril berbunyi pertanda seseorang masuk. Elka melirik dengan ujung matanya sembari menyeruput mienya yang panas.

Orang itu memakai hoodie abu tampak berantakan, kakinya setengah diseret seakan kesakitan. Apa orang itu baru saja mengalami kecelakaan? Akhirnya Elka lebih memperhatikan lagi orang itu dengan seksama. Elka bisa melihat noda darah di balik hoodienya, ada yang tak beres. Setelah menegak air putih, Elka berdiri dan menghampiri orang itu di meja kasir.

"Hei, lo habis kecelakaan?" tanya Elka langsung. Orang itu hanya menunduk tanpa menjawab, Elka bisa melihat rambutnya yang lepek dan basah. Ada apa dengan orang ini?

Seakan menghindari pertanyaan itu, setelah membayar barang yang ia beli, orang itu langsung berjalan keluar melewati Elka.

"Butuh bantuan nggak? Gue bisa menghubungi ambulance," ujar Elka lagi, masih diabaikan. Orang itu semakin cepat berjalan.

Tak mau kalah, dan Elka sangat tidak suka diabaikan. "Hei!" serunya sambil menahan orang itu.

Terdiam beberapa detik, orang itu tiba-tiba saja mendorong Elka lalu dengan cepat berlari. Elka yang menyadari keanehan itu langsung mengejar keluar indoapril. Elka masih bisa melihat punggung orang itu, sehingga ia dengan cepat menyusulnya.

Elka tak lupa mengabari Rimba, berjaga-jaga karena sepertinya orang itu cukup mencurigakan. "Halo, Rim, cepat kemari gue sedang mengejar orang mencurigakan. Dia mengarah ke Jl. Ranting gang kecil setelah indoapril. Cepetan!"

Setelah menutup telepon Elka menyadari orang itu perlahan mengurangi kecepatan larinya. Elka pun berusaha mengatur napas, melihat ke sekitarnya yang cukup sepi. Sampai orang itu benar-benar berhenti, Elka berjalan cepat menuju orang itu.

"Lo sebenarnya kenapa? Gue cuman mau bantuin," ucap Elka semakin mendekat. Wajah orang itu tampak tidak jelas karena gang sempit ini cukup gelap.

Tiba-tiba saja Elka teringat lokasi kejadian pembunuhan tadi. Elka menelan ludah. "Kenapa diam?" tanya Elka menahan ketakutannya.

"Kenapa lo ngikutin gue, sialan?"

Elka tampak terkejut mendengarnya. Suara rendah dengan gertakan yang terdengar menahan marah.

"Lo mencurigakan." Suara Elka datar. "Kenapa lo lari dengan cepat, padahal gue hanya bertanya dan niat membantu. Kenapa? Lo bukan habis kecelakaan ya? Jangan-jangan lo habis bunuh orang?"

Hening.

Lalu beberapa detik kemudian, suara kekehan terdengar. Bulu kuduk Elka merinding. Orang di depannya ini pasti sudah gila, ia harus sebisa mungkin mengulur waktu agar Rimba bisa sampai ke tempat ini. Jika gegabah bisa saja Elka mati di tangan orang gila ini. Meski belum cukup memastikan, tapi firasat Elka buruk.

Orang itu mendekat, Elka menajamkan matanya. Lalu dengan cepat orang itu berlari mendekat kepada Elka dan dengan gerakan tiba-tiba ia mencekik Elka dengan satu tangannya. Hal itu membuat Elka terkejut dan bertambah shock ketika melihat mata orang itu merah menyala, seringai jahat tergambar jelas di wajahnya.

Perlahan Elka merasa tubuhnya terangkat, sekuat tenaga Elka mengerahkan tendangannya, namun itu sia-sia saja.

"Ini akibatnya kalau sampah sepertimu banyak tingkah," kata orang itu. "Sialan, manusia seperti kalian ini memang sangat merepotkan!"

"Lepasin, sialan!" balas Elka, mengumpulkan tenaganya demi bisa meraup oksigen sebanyak-banyaknya.

"Lo masih bisa ngomong? Cukup hebat juga," katanya dengan kekehan, lalu setelah itu cengkramannya di leher Elka makin kuat.

Elka bisa merasakan lehernya makin terhimpit, aliran darahnya seakan dengan cepat mengalir ke satu arah dan memompa dengan cepat. Kedua kakinya bergetar, kepalanya pusing dan oksigen pun mulai sulit ia dapatkan.

"ELKA!" Teriakan itu membuat Elka merasakan satu titik harapan.

"Sial!" Orang itu mengumpat.

Elka merasa sakit di lehernya belum kunjung terlepas, lalu tubuhnya seakan melayang dan dihempaskan dengan kuat ke tembok. Elka bisa merasakan sakit di sekujur tubuhnya, ia terbatuk mengeluarkan darah sebelum akhirnya ia tak bisa melihat apa-apa lagi.

Elka pernah mendengar bahwa indra pendengaran adalah hal terakhir yang berfungsi sebelum orang meregang nyawa. Seperti saat ini, Elka bisa mendengar suara Rimba memanggil namanya sementara itu Elka tak bisa merasakan tubuhnya sendiri. Perlahan suara itu makin jauh dan sangat jauh sampai akhirnya hening.

Semuanya gelap. Seluruh indra perasanya menghilang.

**
A/n
Hai guys!
Menurut kalian, Elka kenapa guys?

Dan

Sebenarnya siapa sih orang dengan mata merah menyala itu?

Makasih buat kalian yang selalu mau baca ceritaku, semoga kalian enjoy ya!

Sampai jumpa di hari Minggu!

18 July 2024
Emeliiy

Queen of Lazaron [S2 Aliansi Rahasia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang