QOL : Bagian 4

21 11 2
                                    

Halo, apa kabar? Kalian setuju nggak kalau aku upload cerita genre romance di akun ini? Soalnya aku punya draft, tinggal buat cover aja. Mau upload di sini tapi sayang banget karena genrenya romance.

**

Elka, Rimba, Andra, Annisa dan Sam sampai di TKP (Tempat Kejadian Perkara), terlihat tiga anggota forensik sedang menjalankan tugasnya di gang sempit itu. Elka berjalan lebih mendekat, diikuti oleh teman-temannya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Elka begitu ia lebih dekat dengan Tomi.

Menyadari kehadiran anak-anak itu, Tomi langsung mengangkat garis kuning agar mereka bisa lebih dekat.

"Seperti yang kalian lihat, korban tewas dengan keadaan yang tidak biasa."

"Pak Tomi, maaf jika saya lancang. Tapi mengapa Anda membiarkan anak-anak ini masuk ke TKP?" tanya salah seorang polisi.

"Ah, mereka? Saya yang akan bertanggung jawab. Mereka sudah mendapat izin until hal seperti ini," kata Tomi, lalu menepuk pundak lelaki itu dua kali, syarat menenangkan. Kemudian walau dengan wajah tak enak, polisi itu meninggalkan mereka.

Salah satu anggota forensik mendekati Tomi. "Kami akan membawa jasadnya ke ruang autopsi. Untuk saat ini, kami belum bisa menyimpulkan apa-apa."

Tomi mengangguk. "Baik."

Jasad tersebut segera dibawa para petugas forensik dan kerumunan para polisi dan beberapa warga sipil kemudian mulai menipis, menyisakan dua orang polisi yang tetap berjaga di TKP. Sementara itu, Tomi memboyong Elka dan lainnya mendekat ke mobil van miliknya.

"Apa kalian ingat mengenai kasus yang hampir sama dengan ini? Sebab itulah saya memanggil kalian." Mendengar hal itu, Elka dan lainnya bertambah kebingungan.

"Pak Tomi mengingatnya?" tanya Sam dengan nada tinggi. "Sudah gue duga! Itu bukan sekedar halusinasi."

"Halusinasi? Tentu saja itu benar-benar terjadi. Tapi, memang cukup aneh kasus itu terjadi beberapa tahun lalu tapi sepertinya saya kehilangan catatan mengenai kasus itu."

"Maksud Bapak?" tanya Annisa penasaran.

"Saya memanggil kalian untuk membicarakan hal ini. Ada yang aneh, sepertinya hanya saya dan Sam yang mengingatnya."

"Lupakan!" kata Elka menengagi perbincangan yang mulai membuat kepalanya pusing. "Kita memang perlu bicara soal ini dan sebelumnya, ayo kita berangkat ke tempat autopsi!"

Hal itu membuat mereka akhirnya menyudahi semua obrolan dan segera memasuki mobil, menuju ke Rumah Sakit Forensik.

Sementara itu, tak jauh dari lokasi itu, seorang pria dengan mata menyala memperhatikan sejak tadi. Di balik topi hitam ia menyembunyikan mata dan taringnya, sementara tangan berototnya bersembunyi dalam balutan hoodie berwarna abu yang kusam, tampak beberapa noda darah di celananya. Orang itu berjalan pelan, sebelah kakinya tampak cedera. Urat-urat bermunculan di leher dan pelipisnya, ia seakan menahan sakit.

**

Beberapa jam setelah menunggu hasil autopsi, dokter forensik itu keluar dari ruangannya dan menghampiri Tomi.

"Penyebab kematiannya adalah luka parah di bagian perut yang mengenai liver, kami memprediksi tusukan dari benda tajam. Selain itu cakaran brutal yang mengobrak-abrik isi perutnya," Dokter itu menatap Tomi dengan gelengan kecil. "Kami tidak bisa memprediksinya, tapi saya sudah menyerahkan sampel darah dari TKP maupun yang ada di tubuh korban ke divisi kimia, mungkin saja kita bisa menemukan DNA orang lain dari sana."

"Dokter Frans, apakah ada kemungkinan hal ini dilakukan binatang buas?" tanya Tomi.

"Cakaran itu ... bagaimana ya saya menjelaskannya? Ini hanya opini saya, tapi itu terlihat sangat brutal dan seakan-akan dilakukan oleh hewan yang sedang kesetanan, seperti hewan yang kelaparan, mungkin?" Dokter Frans mengatakannya dengan nada meragukan.

"Mustahil ada binatang buas di sekitar perumahan padat seperti itu," ucap Sam.

Dokter Frans mengembuskan napas berat. "Tugas saya hanya mencaritahu penyebab kematian dan melakukan tes lainnya. Soal itu saya kurang tahu dan hanya bisa memberikan opini sebagai ahli medis." Dokter Frans terdiam sebentar. "Oh iya, di bagian pergelangan tangannya terdapat dua luka, satunya cukup dalam dan satunya lagi sangat tipis. Sepertinya dilakukan secara ragu-ragu, saya rasa korban melakukannya untuk mengertak pelaku."

"Menggertak pelaku?" ulang Elka dengan keningnya yang berkerut. "Itu artinya apakah korban mengenal pelaku? Jika korban menggertak dengan cara melukai dirinya sendiri, kemungkinan besar terjadi konflik di antara mereka yang menyebabkan perdebatan dan--"

"Jangan menyimpulkannya dengan cepat," kata Tomi memotong penjelasan Elka. "Anda yakin luka itu terjadi bersamaan dengan kejadian ini?" tanya Tomi lagi kepada Dokter Frans.

"Saya yakin, luka itu masih baru dan saya juga yakin korban melakukannya sendiri. Seseorang yang ingin melukai dirinya sendiri, cenderung menemui keraguan sebelum melakukannya. Hal ini biasa terjadi kepada seseorang yang ingin menggertak ataupun orang yang hendak bunuh diri. Akibatnya mereka akan meninggalkan beberapa luka keraguan," ujar Dokter Frans.

"Baik, terimakasi atas penjelasan anda, Dokter. Kami akan menunggu hasil uji lab korban."

"Baik, saya akan lebih merinci hasil autopsi setelah menganalisis beberapa data dari proses autopsi dan uji lab." Setelah mengatakannya, Dokter Frans meninggalkan ruangan Tomi.

"Kalau begini, bukankah pencarian kita akan berskala kecil? Gue setuju dengan Elka, sepertinya korban mengenal pelaku?"

"Sudah mendapat identitas korban?" tanya Tomi kepada Annisa.

"Namanya Rose, 25 tahun bekerja sebagai LC di salah satu tempat karaoke di daerah itu. Lokasinya berjarak 1,2KM dari TKP. Rose tinggal sendiri di kos-kosan yang juga berjarak tidak jauh dari TKP, lalu dia ...." Annisa menjeda penjelasannya, gadis itu tampak sedikit shock. "Dia memiliki seorang putri berumur 8 tahun. Mereka hanya tinggal berdua."

Mendengar itu, Tomi langsung menghubungi rekannya agar segera menuju ke tempat tinggal Rose dan mengamankan anak itu terlebih dahulu.

"Sial!" umpat Elka. "Bajingan itu bahkan nggak mikirin anak kecil yang akan kehilangan ibunya."

"Untuk malam ini, kita hentikan sampai di sini. Kalian boleh pulang, biar saya yang menunggu hasil autopsi dan besok kita akan mengintai sekaligus menginterogasi beberapa orang." Kemudian Tomi menatap ke arah Andra. "Kamu harus berada di ruang interogasi bersamaku."

Andra mengangguk setuju.

**

A/n
Hallo, menurut kalian kenapa ingatan Sam dan Tomi sama? Sementara yang lainnya nggak ingat apa-apa? Hmmm....

Ohiya, jadwal update Queen of Lazaron sudah aku tentukan yaa.

Update setiap : MINGGU & KAMIS

Stay tuned dan enjoyy!!!

14 July 2024
Emeliiy

Queen of Lazaron [S2 Aliansi Rahasia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang