"Mari melanjutkan hidup dengan sisa-sisa harapan yang masih ada. "
Hari pertama PKKMB, begitu melelahkan mereka terpencar di fakuktas masing-masing tidak lagi rusuh dalam satu kelas seperti saat SMA dulu. Kini jalannya sudah lebih mengerucut lagi, sesuai passion yang mereka inginkan. Walapun pada akhirnya Pandu harus mengubur mimpinya menjadi gitaris terkenal karena harus menuruti kemauan orang tuanya kuliah di jurusan teknik. Hal itu sangat tidak mudah diterima oleh pandu, tapi untuk orang tua apapun akan ia lakukan selagi itu baik. Toh musik hanya hobi yang kapan saja bisa ia mainkan meskipun tidak melanjutkan studi di dunia itu.
"Capek banget ya. Baru hari pertama jadi mahasiswa aja sudah seberat ini," keluh Aldi.
laki-laki yang dulu terkenal paling brandal di sekolahnya kini masuk jurusan teknik sipil di UGM, siapa yang bisa menyangka.
"Iya gue juga, hari ini rasanya berat banget," Tirta menimpali.
Tirta mengambil jurusan yang sama seperti Pandu teknik elektro, tidak sesuai dengan bakat dan minatnya yang mencintai dunia olahraga.
"Kita semua capek tapi gak berisik kaya kalian," ucap Azka, laki-laki itu sama juga mengambil jurusan teknik sipil bersama Aldi.
"Baru juga awal gauah banyak ngeluh lah, kedepannya masih harus dijalani dengan waras," timpal Shaka, laki-laki yang mengambil jurusan hukum itu ikut berbicara sama seperti teman-teman nya merasa lelah.
"Baik pak Owner," ucap Aldi meledek.
Mereka masih saja menanggil Shaka dengan sebutan pak owner, sebutan legend dati zaman SMA.
"Gimana Van? Anak-anak kedokteran cantik-cantik gak?" tanya Aldi tiba-tiba,
"Cantik, kebanyakan cewek isi nya," jawab Revan.
"Astaghfirulahal'azim, inget Zahwa Di," ucap Tirta mengingatkan.
"Apaan sih Tir, gak usah lebay gue cuman nanya gak ada niatan sedikitpun untuk mengkhianati Zahwa," Aldi membela diri.
"Lagian pelet Zahwa udah kuat gak mungkin Aldi bisa berpaling," ucap Azka meledek,
Semuanya tertawa akibat candaan dari Azka.
"Iya ya bener ini baru langkah awal, kita belum ngerasain di usilin sama kating-kating tengil," ucap Aldi,
"Kita? Lo aja kali di hahah." Suara tawa Revan mengundang tawa teman lainnya.
"Kalau cuman gue doang, gak solid dong namanya. Terus apa gunanya SPARTA kita bawa sampai ke Jogja," tanya Aldi.
"Ya supaya kita gak lupa Di, sejauh apapun perjalan kita SPARTA masih jadi tempat pulang terbaik setelah rumah," ucap Shaka, nama SPARTA dulu ia yang menciptakan diambil dari nama depan panggilan mereka dan di setujui oleh kelima sahabatnya.
"SPARTA akan tetap ada dimanapun kita berada, menjadi saksi perjalanan dari masing-masing anggotanya mengantarkannya pada sebuah bahagia yang sebenar-benarnya," imbuh Azka,
Di perkumpulan ini mereka tidak memiliki ketua dan wakil, posisinya sejajar mereka saling memimpin.
"Ndu gue udah lama nih gak denger petikan gitar kesayangan lo itu," ucap Tirta memberi kode Pandu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berdamai Dengan Kenangan
Teen FictionMasih tentang SPARTA dan kehidupan barunya. Dan juga tentang Arshaka dengan segala traumanya. Di Jogja mereka kembali melanjutkan hidup setelah masa SMA nya telah habis. Membuka lembaran baru dalam suasana baru membawa kenangan masa SMA nya, apalag...