Mismatched Expectations

56 11 0
                                    

Suara salah seorang prajurit menggema menyambut kedatangan pangeran satu-satunya kerajaan yang sedang dihadiri banyak orang itu. Langkah kakinya terdengar memasuki aula, seluruh mata kini memandang padanya.

Bukan hanya bangsawan kelas atas yang dapat Halilintar lihat, tapi bangsawan biasa yang tidak terkemuka juga hadir karena menerima undangan. Setiap kerajaan negeri ini pun diperkenankan membawa rakyat dan siapa saja dari sekitar kerajan mereka jika ingin.

Sebuah tepukan di bahu membuat perhatian Halilintar teralihkan, ia menatap Ayahnya yang sedang menatapnya dengan tegas. Halilintar mengangguk seolah tahu apa yang ingin dikatakan Ayahnya itu. "Anda tidak perlu khawatir, yang mulia. Saya tidak akan membuat keributan dan bersikap profesional."

"Kau mengerti." Raja Darm mengangguk sebelum berbalik meninggalkan putranya dan menghampiri para kumpulan bangsawan di sana.

Halilintar mendesah pelan, matanya kembali beredar mencari keberadaan teman-temannya di antara banyaknya orang. Tepat di ujung ruangan matanya berhenti, seutas senyuman tipis ia ukir setelah melihat enam orang yang membuatnya mengerti apa arti kehidupan sedang berbincang di sana.

Ingin rasanya menghampiri dan ikut bergabung dalam pembicaraan mereka yang terkadang tidak masuk akal dan konyol, tapi menenangkan dan membuatnya nyaman. Matanya bertabrakan kala lelaki yang mengenakan baju biru laut dengan paduan putih abu membuka matanya.

Ice mengangkat kepalanya dari pemilik bahu yang menjadi tempat sandaran kepalanya. Ujung bibirnya tertarik membetuk senyuman tipis menyadari tatapan Halilintar pada mereka, lalu menyenggol lengan Duri di sampingnya.

"Apa?" Duri mengangkat alisnya, lalu mengikuti arah mata Ice dan tersenyum lebar. Tangannya melambai kecil membuat Halilintar menahan kekehannya, ia mengangguk samar. Ice dan Duri saling memandang sebelum kembali bergabung obrolan.

Halilintar mengalihkan pandangannya dari keenam temannya, sesekali membalas sapaan bangsawan dan berbicara santai pada mereka. Meski sebenarnya jenguh dan ingin acara ini segera berakhir, ia tetap mencoba mempertahankan ekspresi dan sikapnya.

Suara seorang prajurit kembali terdengar menggema ketika menyebutkan nama seorang wanita. Bertepatan dengan itu, suara langkah kaki terdengar dan menampakkan calon pengantin wanita.

Mata Halilintar sedikit melebar, jantungnya berpacu cepat melihat kehadiran wanita itu di sini, hatinya terasa berat. Bukankah dia ingin kabur? Bukankah dia mencintai pria lain? Mengapa sekarang ada di sini dan sedang berjalan ke arahnya?

Halilintar berdehem untuk menghilangkan hawa kecanggungan yang tiba-tiba sangat terasa menusuk. Tanpa berpikir lebih jauh, tangannya terulur begitu Key berhenti di depannya, lalu membawanya ke depan di mana mereka akan menikah.

Semua orang memandang kagum pengantin wanita yang terlihat manis dan anggun yang kini sedang bersanding dengan pria tampannya di pelaminan. Mereka terlihat sangat cocok di mata para tamu undangan. Berbeda dengan enam orang di ujung ruangan, mereka menatap pengantin itu dengan tidak percaya, otak mereka mencoba mencerna apa yang telah terjadi.

"Pernikahan bukan sebuah permainan, melainkan sebuah hubungan panjang yang akan terjalin semur hidup." Penasehat kerajaan memulai acara. Aula pernikahan menjadi senyap, semua mata kini hanya tertuju pada tokoh utama hari ini. Sepasang pengantin yang akan memulai hidup baru.

Bukan sebuah permainan, batin Halilintar, matanya menatap manik hitam pekat milik wanita di depannya. Banyak pertanyaan dan keraguan yang mengganggunya sekarang. Padahal sebelumnya ia tidak khawatir tentang hari ini karena mengetahui Key ingin kabur. Sungguh, ia benar-benar kecewa karena harapannya untuk tidak menikah pupus begitu saja.

"Dengan pertunangan tiga tahun lalu, yang kini membawa kalian masuk tahap jenjang pernikahan. Apakah kedua belah pihak siap dan tidak ada keraguan sebelum saya melanjutkan?"

Keduanya sama-sama terdiam sejenak, sebelum Key mengangkat wajah menatap Halilintar dan mengangguk tegas. "Saya siap, dan tidak ada keraguan sedikit pun."

Tepukan tangan terdengar ramai, memenuhi aula pernikahan itu. Halilintar menatapnya sebelum menghela nafas samar. "Saya siap tanpa keraguan."

Penasehat mengangguk, acara pernikahan dimulai dengan membacakan janji suci pernikahan yang harus diucapkan kedua mempelai pengantin pria dan wanita secara bergantian. Itu menjadi tahap awal dari acara sebagai penegasan.

Para tamu undangan menonton dengan antusias acara pernikahan itu, tidak ada yang tidak menyukai pasangan itu, semua menganggap mereka serasi dan akan hidup bahagia. Kecuali, enam orang di ujung ruangan.

"Kenapa? Kenapa dia datang?" bisik Blaze yang mampu didengar oleh kelimanya. Tangannya terkepal kuat hingga buku-buku jarinya terlihat memutih. Matanya menatap tak terima ke depan sana, menyaksikan sahabatnya menikah padahal ia tidak menginginkannya.

Taufan menoleh, lalu menggeleng pelan. "Mungkin... Key ketahuan dan dipaksa menikah?" Taufan mendapat tatapan yang berbeda dari kelimanya, ia mendengus sebelum kembali menatap ke depan.

"Itu mungkin saja," jawab Solar, ia mengangguk dengan rahang yang mengeras. "Tapi aku tidak suka jika wanita sialan itu akan menyakiti Atar dengan perasaannya itu nanti."

"Apa maksudmu?" Duri mengernyit, ia menatap Solar sejenak sebelum beralih pada Halilintar. Dari sini, ia bisa melihat jelas keraguan dan kecanggungan Halilintar. Mungkin dia terlihat tegar, tegas dan berwiba di mata para tamu undangan. Namun, tidak dengan mereka. Mereka tentu mengerti raut wajah teman mereka itu walau ia berusaha menyembunyikannya.

Hening sejenak di antara mereka sebelum helaan nafas keluar dari setiap pasang bibir kelima lelaki itu. Mereka mengerti, tentu saja mengerti maksud ucapan Solar. Seorang wanita menikah dengan seorang pria, tapi hatinya mencintai pria lain. Bagaimana mereka tidak khawatir akan hal itu? Terlebih sifat Halilintar yang sebenarnya juga cukup keras, apa Key akan bisa terus berhadapan dengannya?

Gempa menyisir rambutnya ke belakang. Pikirannya sama khawatirnya dengan yang lain. "Bagaimana pun... ini akan segera selesai, dan tidak bisa diulang untuk mengubahnya." Gempa menatap teman-temannya yang kini juga sedang menatapnya.

"Kita hanya harus berdo'a agar kehidupannya setelah menikah akan baik-baik saja. Entah itu Atar sendiri, Key dan prianya, atau bahkan ketiganya."

"Bagaimana bisa baik-baik saja?" cibir Ice, ia memutar bola matanya. Lalu karena merasa salah bicara, ia menghela nafas kasar.

"Tidak perlu menatapku seperti itu."

Waktu terus berjalan, tanpa disadari atau bahkan diinginkan, mereka berdua kini resmi menjadi sepasang suami istri. Keduanya saling menatap dengan sorot mata yang berbeda. Aula pernikahan kini tidak lagi terdengar hening. Banyak diantara mereka yang belum menikah saling bicara satu sama lain dan berharap agar giliran mereka segera tiba.

"Kini kalian resmi menjadi suami istri. Lembaran baru bisa kalian tulis dengan kisah kalian. SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU DAN BERBAHAGIALAH!!"

"SELAMAT MENEMPUH HIDUP BARU DAN BERBAHAGIALAH!!" Semua orang yang berada di sana mengulang ucapan penasehat dengan lantang sebagai bentuk apresiasi dan harapan mereka pada kedua mempelai.

Halilintar menelan ludahnya kasar, tangannya dengan ragu meraih pinggang istrinya dan menariknya mendekat padanya sebelum menempelkan bibirnya pada kening wanita itu. "Kau berbohong dan menghancurkan hidupku, Keyind."

Key menutup matanya merasakan ciuman Halilintar di keningnya, ia mengulas senyuman lembut, memainkan peran sama baiknya dengan Halilintar. Tubuhnya sedikit merinding mendengar bisikan Halilintar. Entah kenapa hatinya sakit mendengar nada suaranya, itu terdengar dingin, tapi juga ... kecewa dan putus asa?

♧♧♧

Entah bagus atau ngak nih alur up aja, walau kayaknya rada aneh. Bisa komen kalau ini ngak sesuai dengan tata struktur kerajaan. Kayak penasehat kerajaan yang bimbing pernikahan? Tempat pernikahannya, aula? Pelaminan? Semoga ngerti dan masuk. Hehe🥹

Bisa ya yang lebih ngerti bantu² kasih tahu kalau ada letak salah dan ngak sesuai sama tema dan zaman waktunya. Akh, entahlah🙏🏻

US AND THE KINGDOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang