Avoiding Her?

32 8 0
                                    

Langkah kakinya ia perlambat setelah melihat pintu rumah yang mereka jadikan basecamp.

Setelah tiba di depan pintu, tangan Halilintar meraih kenop lalu membukanya. Matanya menangkap sosok Ice yang sedang berbaring di sofa dengan langit-langit sebagai objek pandangannya.

Baru saja Halilintar ingin memanggilnya untuk menyadari akan kehadirannya, Ice sudah lebih dulu berbicara, "Biar aku tebak, kau kemari malam-malam begini pasti karena menghindarinya?"

"Tidak salah," jawab Halilintar. Setelah masuk dan menutup pintu, ia mendekati sofa kanan dan duduk di sana.

Ice pun langsung mengubah posisinya menjadi duduk, matanya kini menjadikan Halilintar sebagai objek untuk dipandang. "Lalu bagaimana dengan Key?"

Halilintar mengernyit. "Mengapa Kau bertanya tentangnya?"

"Maksudku," Ice berdiri dan pindah ke sofa yang diduduki Halilintar, "Dia belum mengenal bagian kerajaanmu. Setidaknya, adakah kau mengenalkan wilayahmu itu padanya?"

Sunyi. Halilintar mencerna maksud kata-kata Ice sebelum mendesah pelan dan menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. "Di sana banyak pelayan, dia bisa bertanya pada siapa pun."

Ice diam sejenak, lalu ia menghembuskan nafas berat. "Kau benar. Namun malam ini, bukankah seharusnya kau bersamanya? Setidaknya bersamanya, Atar."

"Cukup Ice."  Halilintar memalingkan wajahnya, ia menatap ke luar jendela yang belum tertutup. Kemudian ia bangkit dan berjalan ke arah jendela lalu menutupnya. "Itulah alasanku kemari. Aku tidak ingin bersamanya. Untuk malam ini, besok, atau kapan pun. Biarkan jika Ayah bertanya padanya kemana aku. Dia harus terbiasa akan hal itu."

"At—"

"Aku tahu, di balik pertanyaanmu sebenarnya yang kau khawatirkan adalah aku." Halilintar membalikkan tubuhnya. "Kau takut jika Ayah tahu aku pergi saat malam pertama kami, dia akan menghukumku, kan?"

Halilintar menggeleng, kembali ia melangkah ke sofa dan mendaratkan bokongnya di sana. "Aku menyuruh Key tetap di kamar, jika ia ingin tidur, maka silakan. Aku menyuruhnya mematikan lampu, apa pun aktivitasnya. Dan jangan keluar sampai aku kembali."

Ice terdiam mendengarnya, ia menatap mata Halilintar lamat.

Halilintar tersenyum kecil melihat ekspresi Ice. "Dia bilang, aku bebas kemana saja, dan tidak akan ikut campur. Dengan syarat aku juga tidak akan ikut campur urusannya, sekali pun ia bertemu dengan kekasihnya."

"Kau gi—"

"Tidak." Halilintar menangkap lengan Ice saat ia hendak berdiri karena tidak percaya akan ucapannya.

"Walau kalian menikah bukan karena cinta, tapi hati akan terbuka cepat atau lambat, Atar. Menikah itu lama, seumur hidup. Kecuali ... jika memang kau berniat menceraikannya suatu saat nanti? Atau memang itu yang kau rencanakan?"

"Tidak. Aku tidak ada niatan menceraikannya."

Ice menyentakkan tangan Halilintar lalu menggeleng heran. "Namun kau tidak ingin bersamanya? Apa maksudmu? Kau tidak sedang—"

"Biarkanlah saja, Ice." Ice dan Halilintar sama-sama dibuat terkejut, mereka menoleh ke asal suara.

"Sejak kapan kau di sana, Blaze?" tanya Ice dengan heran.

"Belum lama." jawab Blaze. Ia mendorong dirinya menjauh dari dinding dan menghampiri keduanya.

"Suara kalian terlalu besar."

"Bukankah hanya ada aku dan Kak Taufan di sini? Kapan kau—"

"Aku dan Solar sudah datang sebelum kalian." imbuhnya.

Ice mendecak, sedari tadi ucapannya terus saja dipotong yang membuatnya kesal.

"Tidak pulang?" Blaze menggeleng, tatapannya beralih pada Halilintar.

"Mengapa?"

"Kami sedang ingin di sini."

Ice menatap Halilintar dan Blaze secara bergantian, sepertinya mereka punya pola pikir yang sama. "Tunggu," sahutnya. "Lalu bagaimana membuka pintu tadi?"

"Taufan sudah tahu kami juga ingin di sini. Bahkan mereka tidur sekamar." Blaze memutar matanya malas, terkadang ia kesal ketika Ice sedang dalam mode susah mengerti dan mencerna. "Saat di pernikahan Atar tadi, Solar meminta kunci pada Gempa. Untunglah kalian datang setelah kami."

Ice terdiam, jika diingat masuk akal. Sebelum kemari ia bersama Taufan pergi melihat-lihat kerajaan Halilintar. Cukup lama sampai mereka memutuskan untuk kembali.

Sedangkan Gempa, Duri, dan si kembar sudah pulang lebih awal. Ia pikir  Blaze dan Solar akan pulang ke kerajan mereka, ternyata tidak. Jika ditanya mengapa mereka datang bersama pulangnya tidak? Alasannya karena keinginan mereka yang berbeda.

༻꫞ 𝑈𝐴𝑇𝐾 ꫞༺

Lama banget up-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lama banget up-nya. Maaf:)
Diserang rasa malas sampai sempat lupa ada cerita yang harus saya up. Sekarang udah balek rasa mau nulisnya, tapi untuk bab yang satu ini pendek dulu.

Jaga kesehatan, guys. See you👋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

US AND THE KINGDOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang