Kamar mandi Moaning Myrtle terasa lebih dingin dari biasanya. Kabut tipis menggantung di udara, dan suara tetesan air bergema di seluruh ruangan yang kosong. Kamar mandi yang biasanya sepi itu kini dipenuhi oleh ketegangan dan kekhawatiran yang nyata. Beberapa anggota Laskar Dumbledore berdiri di sekitar, wajah mereka menunjukkan kebingungan dan kecemasan.
Di tengah ruangan, anak-anak tahun pertama tergantung terbalik di udara, tanpa tali atau penyangga apa pun. Mereka tampak pingsan, wajah pucat mereka menunjukkan betapa mengerikannya pengalaman ini. Harry Potter berdiri di depan mereka, tongkatnya terangkat tinggi, bersiap untuk mengucapkan mantra yang akan menyelamatkan anak-anak tersebut.
"Liberacorpus!" teriak Harry dengan suara tegas. Satu per satu, anak-anak mulai turun perlahan ke lantai, tubuh mereka yang lemah disambut dengan lembut oleh anggota Laskar Dumbledore lainnya.
Ginny dan Luna segera mendekati mereka, memastikan mereka dalam kondisi baik. "Apakah mereka baik-baik saja?" tanya Ginny cemas.
Dean Thomas berjongkok di samping salah satu anak yang baru saja turun. "Mereka masih hidup," katanya, suaranya lega namun masih penuh kekhawatiran.
Molly Weasley masuk dengan tergesa-gesa, wajahnya penuh kekhawatiran. "Ini sangat mengkhawatirkan. Kita harus lebih waspada terhadap serangan seperti ini. Hogwarts sudah tidak aman lagi."
Anthony Goldstein masuk membawa Profesor Slughorn, Profesor Flitwick, Profesor Sprout, dan Madam Pomfrey.
"Oh anak-anakku!" Profesor Flitwick setengah berlari mendekati seorang anak yang sedang diturunkan.
Anthony dengan cepat berjalan mendekat, "Biar aku saja, Profesor."
Kingsley Shacklebolt segera bicara kepada Profesor Flitwick. "Profesor, untuk sementara waktu, Anda harus menggantikan McGonagall sebagai kepala sekolah. Ada sesuatu yang serius terjadi disinj."
Flitwick mengerutkan kening. "Ada apa sebenarnya ini semua? Ada apa dengan para murid ku?"
"Bagaimana kondisi mereka, Madam?" tanya Justin yang melihat Madam Pomfrey yang memeriksa seorang anak yang baru diturunkan.
Madam Pomfrey menggelengkan kepalanya. "Mereka perlu perawatan segera di St. Mugo. Ini tidak bisa dibiarkan."
Kingsley mengangguk setuju. "Baiklah, kita akan membawa mereka ke sana. Situasi ini semakin tak terkendali."
"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" tanya Flitwick sekali lagi.
Kingsley menjelaskan dengan singkat, "Ini serangan terencana, ada serangan yang menargetkan Hogwarts atau lebih parah lagi. Dunia sihir,"
"Lalu di mana Minerva?" Flitwick memutah tubuh kecilnya.
"Imperius," Hestia Jones baru saja masuk ke kamar mandi itu dengan kepala yang terangkat.
"Mustahil."
"Yeah terdengar sangat mustahil tapi itu yang terjadi." Hestia Jones kembali menjawab.
Kingsley menambahkan. "Auror akan tiba dalam waktu kurang dari 6 jam."
Seamus berteriak, "6 jam?! Mereka hampir mati dan kau akan mengirim bantuan dalam 6 jam?! Kau ingin lebih banyak yang mati?!"
Molly menatap Seamus tajam, "Finnigan! Kita semua akan berusaha melakukan yang terbaik. Kita butuh waktu untuk memastikan semuanya berjalan dengan baik."
"Tapi enam jam itu terlalu lama Molly!" Hannah terlihat memegang kepalanya "Anak-anak ini bisa di serang lagi kapan saja"
Bill menunjuk ke arah Hannah, "Hei rendahkan suaramu saat bicara dengan ibuku, bocah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE : DRAMIONE
FanfictionNb : Setiap cerita punya alur masing-masing yaa. Termasuk cerita ini ada progres dan beberapa masalah yang aru tambahkan dan gak ujug-ujung ke Dramione nya yaaa :) Bukan hanya kisah romansa juga masalah baru yang terbit. Pasca perang, Draco Malfoy...