Keluarga Itu Seperti Cabang Pohon, Semua Akan Tumbuh Pada Arah Yg Berbeda, Namun Akar Pohon Tersebut Tetap Satu
"Ummu Sarah Habibah"
Pagi-pagi sekali seorang gus muda ini untuk menjemput sang ibu, yang sudah sangat khawatir akan keadaan anaknya.
Bagaimana tidak? Batin seorang ibu sangat terikat pada anak-anaknya, yang ia telah kandung 9 bulan, menyusuinya, dan juga merawatnya dengan kasih sayang.
Kasih sayang seorang ibu pada anak-anaknya, sungguh! Tiada tara. Lihatlah...? Bagaimana seorang ibu ini sangat sayang pada anak bontotnya itu. Walaupun sudah ditinggalkan selama 3 tahun lamanya sebuah cinta, kasih, sayang, dan semuanya tidak ada yang berubah.
Gus muda itu pun sampai didepan rumahnya, untuk menjemput uminya.
"Assalammu'alaikum?". Seraya mengetok pintunya.
"Wa'alaikumussallam". Terlihat se sosok wanita paruh baya, yang cantik dengan abaya hitam dilengkapi dengan Niqobnya.
"Maafkaan Azka Umi, Azka baru bisa jemput sekarang". Seraya menyalimi tangan ibunya.
"Tidak apa nak, ayo nak berangkat sekarang. Umi sudah sangat khawatir". Dgn tatapan sendu pada anaknya.
"Iya Mi".
Mobil yang dikendarai oleh Gus Azka pun berangkat, dengan kecepatan sedang.
"Dari jam berapa kecelakaan itu terjadi Nak?". Dengan suara menahan isak tangis.
"Sekitar jam 10 malam Umi, ketika baru saja Azka selesai kajian". Tetap fokus mengendarai mobil miliknya.
"Inna Lillahi...". Menghembus nafas berat.
"Memangnya Abi belum pulang dari markaz, Mi?".
"Belum, Abimu masih sibuk mengurus jama'ah dari luar Negeri itu. Tapi In Syaa Allah Abimu akan menyusul".
"Baik Umi, apa perlu Azka jemput Abi?".
"Tidak perlu".
Sekitar ½ jam perjalanan, mobil itu pun sampai ketempat tujuan.
"Hati² Umi". Seraya membukakan pintu mobil.
"Iya Nak".
Mereka berdua pun berjalan menuju lantai 2, tempat dimana Syaqilla dirawat.
"Assalammu'alaikum, Yaa I'badaka Sholihin". Ucap Umi sambil membuka pintu dengan diikuti Azka yang membuntuti dibelakang Uminya.
Seorang ibu itu sungguh sangat terasa amat berat langkahnya, sungguh sangat sakit hatinya seperti teriris tapi tak berdarah.
Dengan langkah yg pelan, kakinya terus menuju ke brankar ditempat putrinya itu terbaring tidak berdaya.
"Syaqilla...". Lirihnya, seraya meraih puncak kepalanya dan mengusapnya dengan lembut.
Air matanya benar² sudah tidak dapat membendung lebih lama lagi, tetesan demi tetesan air mata lolos begitu saja dari kedua matanya. Hingga sehelai kain yg dipakai diwajahnya benar² sangat basah.
"Umi sangat... Rindu kamu Nak, cepat bangun dari tidurmu ya?jangan terlalu lama ya?kamu tidak rindu pada Umimu ini nak?". Isakan kecil pun terdengar dari mulut sang ibu.
"Sudah Mi sudah... Kita do'a pada Allah yg terbaik untuk Syaqilla ya?". Seraya mendekap Uminya dalam pelukan hangatnya.
Ketika Gus Azka sibuk untuk menenangkan Uminya, seorang wanita cantik tertutup dengan sehelai kain muncul dibalik pintu luar dari ruangan Syaqilla itu.
"Assalammu'alaikum...". Dia pun masuk dalam ruangan itu.
Gus Azka pun melepas Uminya dari dekapannya.
"Wa'alaikumussallam". Ucap Umi dan Azka bersamaan.
"Umi?". Menyalimi tangan Uminya dan menyalimi tangan Gus Azka.
"Kamu dari mana Nak?". Tanya umi, dengan menghapus sisa jejak air matanya.
"Beli makanan". Menunjukkan 2 kantung kresek yg dibawanya.
"Apa Umi sudah makan?". Tanya Sarah
"Makan saja bersama Abangmu Nak, Umi masih ingin menemai adikmu".
"Tidak Umi, Umi ikut makan ya?". Bujuk Gus Azka.
"Umi tidak ada selera makan Nak". Melihat kearah Azka.
"Bagaimana ketika Syaqilla sadar?sedangkan Umi belum makan apa²? Apa Umi ingin anak²mu ini sedih Mi?". Tanya Azka.
"Ayolah Umi... Makan ya?". Ucap Sarah dengan sedikit menggoyangkan tangan Uminya.
"Iya²... Umi makan". Dengan nada pasrah.
Akhirnya ibu dan anak²nya itu makan sarapan bersama.
Setelah selesai sarapan, ada suara ketukan pintu yg terdengar dari luar ruangan.
Tok Tok Tok
Umi pun membukakan pintunya.
"Abi?".
"Assalammu'alaikum". Ucap Abi
"Wa'alaikumussallam". Seraya menyalimi tangan suaminya.
"Siapa Mi?". Tanya Azka yang mencoba mengintip.
"Abi?". Seraya menyalimi tangan Sang Abi.
"Siapa bang?". Mengikuti arah Gus Azka.
"Abi...?". Sarah pun menyalimi tangan Abinya.
"Masuklah Bi...". Gus Azka membukakan pintu ruangan itu dengan lebar.
"Bagaimana keadaan Syaqilla?". Sambil berjalan masuk kedalam ruangan.
"Syaqilla masih koma Bi, kata dokter kepalanya terkena benturan sangat keras. Dan dokter belum bisa memastikan akan terjadi Amnesia atau tidak, kita perlu menunggunya siuman sekitar semingguan". Jelas Gus Azka.
Abi hanya mengangguk, dan berjalan menujur brankar tempat Syaqilla terbaring. Semua ikut langkah Sang Abi.
Abi menaruh tangannya didahi putrinya, dan mengusapnya lembut. Setelah itu memberinya 1 kecupan lembut didahi putrinya itu.
Setelah itu sang Abi menaruh tangannya diatas tangan Syaqilla.
"Taruh tangan kalian semua, diatas tangan Abi". Ucap sendu sang Abi.
Diawali dengan Umi yg menaruh tangannya diatas tangan Abi, lalu disusul dengan Azka, lalu Sarah.
"Sudah berapa lama? Kita tidak berkumpul seperti ini? Tanpa Syaqilla?. Sudah 3 tahun lamanya bukan?. Kita kerjasama sebagai keluarga untuk menahan Syaqilla tetap bersama kita". Ucal sang abi dengan menahan isak tangisnya.
"Semoga Syaqilla tidak pergi dari kita lagi ya. Aamiin...". Ucap Umi.
"Aamiin...". Semua mengaminkan.
Begitulah keluarga kecil yang sangat begitu menyayangi Syaqilla, yang selalu menyiapkan pundak untuk Syaqilla, yang menjadi tempat pulang Syaqilla.
*Bersambung*
Gimana sama partnya nih...?
Jangan lupa divote ya😊
VOTE ITU GRATIS GES TINGGAL PENCET KAGA BAYAR🙂
Terimakasih sudah mem vote🤗
Terimakasih sudah membaca💐Bantu Follow:
@iffaaahhh_05
@Wpjalan_takdir
KAMU SEDANG MEMBACA
JALAN TAKDIR [ON GOING]
Aktuelle LiteraturIni Adalah Kisah Seorang Ning Brandal Berusia 18th, Baginya Hidup Terlalu Agamis Membuatnya Sangat Sesak. Kedua Orang Tuanya Bahkan Kaka²nya Sudah Sangat Tidak Tahu, Hal Apalagi Yg Akan Dilakukan Agar Dia Sadar. Gadis Itu Mengira Kedua Orang Tuanya...