|27| Attacking

345 39 16
                                    

Hallow!!! Semoga suka part ini
Maaf kalo masih ada typo

.
.
.
.
.

___________________

Makan malam keluarga.

Biasanya makan malam keluarga menjadi waktu yang baik buat bertukar cerita tentang hari yang melelahkan ataupun berita menyenangkan. Makan malam keluarga biasanya dihiasi senyuman, Senda gurau, hingga nasehat-nasehat baik untuk dipatuhi.

Namun keluarga yang satu ini mengadakan makan malam keluarga untuk pertama kalinya serta yang terakhir kalinya juga. Makan malam perpisahan tentu dengan suasana mencekam.

"Fahmi, dimakan dong salmon nya. Kamu kan suka ikan itu."

Citra yang merupakan salah satu dari 4 manusia yang duduk disana mendengus. Jelas-jelas Fahmi gak suka ikan-ikanan jenis apapun. Semakin jelas dan semakin kuat keputusan Citra untuk lepas dari belenggu beracun keluarga Adyana.

"Fahmi gak suka ikan, ayah." Ucap Sauqi dengan berani. Anak itu ntah sudah menemukan keberaniannya, atau merasa bahwa ayahnya sedang dalam kondisi 'bisa diberitahu'.

Tentu tidak. Darah dan ajaran Adyana yang mengalir dalam darahnya tidak pernah mengizinkan interupsi dari orang yang lebih rendah darinya. Termasuk anaknya.

"Ah, gitu." Kepala keluarga itu mengusap lembut rambut sang anak. Usapak itu lama-kelamaan menjadi jambakan kuat yang.

"Fahmi, makan ikan salmon itu atau kamu gak bisa ketemu kakak kamu lagi selamanya."

Citra yang merasa kondisi sudah tidak kondusif langsung bergerak melepas cengkraman suaminya pada rambut Sauqi kemudian menodongkang pisau makan setelah mendorong pelan sang anak untuk berlindung dibelakangnya.

"Sempurna. Setelah ini kalian akan mati dengan tuduhan durhaka terhadap saya. Jika saya–"

DOR!

"Arrghh!!"

"–melakukan ini, berarti hanya sebuah pembelaan diri."

Satu tembakan peluru menembus paha Citra disaksikan oleh anak-anaknya.

"Mari kita telepon malaikat penyelamatmu"


Suara pintu dibuka bikin Wiya yang dalam posisi tiduran langsung beralih jadi duduk. Ringisan keluar dari bibirnya dan langsung bikin Resan khawatir. Ngerasa bersalah soalnya yang bikin suaminya sakit kan dia.

Resan langsung letakin air hangat dan handuk yang dia bawa ke atas nakas dan bantuin Wiya buat duduk. Aslinya cuma nyeri dikit doang karena mereka terhitung jarang ngelakuin ini. Tapi Resan kayak mikir rasanya sakit banget karena denger Wiya ngeringis.

"Maaf" ucap Resan sambil menunduk dalam.

"Loh kok minta maaf? Harusnya seneng dong aku gak nangis lagi. Terimakasih mas ku sayang." Satu kecupan lembut Wiya berikan di bibir Resan.

"Keren. Kamu keren. Sayangnya aku keren banget." Satu kecupan tadi Resan balas sama tiga kecupan di dahi, pipi dan bibir manis kesukaannya.

Setelah adegan mesra sekilas itu, Resan kembali ke fokus awal buat ngasih after care yang lembut banget ke Wiya. Walau Wiya tau, Resan lagi nahan nafsunya lagi setiap liat badan Wiya. Resan juga gak pernah minta lanjut walaupun rasanya gak enak banget. Karena kemarin-kemarin selalu dalam keadaan yang gak baik setelah ngelakuin ini.

"Kamu sayang banget samaku ya ternyata?" Tanya Wiya retoris sambil memainkan rambut basah keringat milik Resan. Rambut suaminya itu udah mulai panjang kayak yang Wiya pengenin. Gak panjang banget sih, seenggaknya sampai tengkuk bawah.

Stepping With U (IDS2)||SanwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang