Bab 3: Jatuh ke Dalam Kegelapan

52 24 21
                                    

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan hubungan terlarang antara Yechan
dan Jaehan semakin mendalam. Yechan berjuang dengan moralitas dan
ketakutannya, tetapi sentuhan Jaehan membuatnya terlena dan
melupakan segalanya. Mereka berdua hidup dalam kebohongan,
menyembunyikan hubungan mereka dari dunia luar.

Namun, tidak semuanya berjalan mulus. Kehidupan ganda Jaehan mulai mempengaruhi pekerjaannya. Sebagai
eksekutif, ia harus tetap tampak sempurna dan tak bercela, tetapi
kehadiran Yechan membuatnya ceroboh.

Rekan-rekannya mulai curiga,
dan bisikan tentang perubahan perilaku Jaehan mulai terdengar di
kantor. Mereka mulai mempertanyakan keputusan-keputusannya yang
terlihat impulsif dan tidak biasa.
Di sisi lain, Yechan mulai kehilangan fokus pada tulisannya.

Novel yang seharusnya menjadi pelarian baginya, kini menjadi cerminan dari kekacauan dalam hidupnya.

Dalam upaya menyelesaikan naskahnya, Yechan terjebak dalam bayangan Jaehan yang selalu hadir dalam pikirannya.

Dia merasakan kehadiran Jaehan dalam setiap kata yang dia
tulis, seolah-olah pria itu telah menyusup ke dalam jiwanya.

Di suatu malam, Jaehan dan Yechan berada ke apartemen mereka.
Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, dan ketegangan yang
terjadi tadi masih terasa di udara.

Jaehan menutup pintu dengan kunci ganda, memastikan bahwa mereka
aman untuk sementara. Yechan berdiri di tengah ruangan, matanya
masih penuh dengan ketakutan.

Jaehan mendekatinya, memegang
bahunya dengan lembut. "Kau baik-baik saja?" Yechan mengangguk perlahan, meskipun hatinya masih berdebar
kencang. "Aku... aku takut, Jaehan."

Jaehan menarik Yechan ke dalam pelukannya, merasakan tubuhnya
yang gemetar. "Aku di sini. Aku tidak akan membiarkan apa pun
menyakitimu."

Yechan menatap Jaehan, mata mereka bertemu dalam keheningan yang
dalam. Ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan mereka, sebuah ikatan
yang semakin kuat meskipun mereka berada di tengah bahaya. Jaehan
mendekatkan wajahnya, bibir mereka hampir bersentuhan. "Yechan,
aku mencintaimu."

Yechan merasakan kehangatan dari kata-kata Jaehan, dan dalam
sekejap, semua ketakutan dan keraguan menghilang. Mereka
berciuman dengan lembut, penuh perasaan. Ciuman itu berkembang
menjadi lebih dalam, lebih intens. Mereka saling merasakan
kehangatan, seolah-olah dunia di luar mereka tidak ada lagi.

Jaehan memegang wajah Yechan dengan kedua tangannya, ciuman mereka semakin panas dan penuh gairah. "Yechan, kau adalah
segalanya bagiku."

Yechan menarik napas dalam-dalam, merasakan setiap sentuhan Jaehan
seperti api yang membakar dirinya. "Jaehan, aku juga mencintaimu."
Mereka bergerak ke arah sofa, dan Jaehan mendorong Yechan dengan
lembut. Mereka berdua terjatuh di sofa, ciuman mereka tidak pernah terputus.

Jaehan mulai melepaskan pakaian Yechan, dan Yechan
melakukan hal yang sama. Keinginan dan gairah mereka menyatu
dalam momen itu.

Sentuhan Jaehan semakin berani, menjelajahi setiap inci tubuh Yechan
dengan penuh kelembutan. Yechan merasakan desahan keluar dari
bibirnya, setiap sentuhan Jaehan membuatnya semakin tenggelam
dalam lautan gairah. Mereka bercinta dengan penuh hasrat,
mengabaikan semua ancaman dan ketakutan yang mengintai di luar.

Malam itu, mereka menemukan kehangatan dan kedamaian dalam
pelukan satu sama lain. Mereka tahu bahwa bahaya masih mengintai,
tetapi untuk saat ini, mereka hanya ingin menikmati momen
kebersamaan mereka. Dalam kegelapan malam, mereka berdua berjanji
untuk saling melindungi dan tidak pernah membiarkan apa pun
memisahkan mereka.

Lanjut keesok harinya, konflik mencapai puncaknya ketika seorang teman dekat Yechan, Inseong, mulai curiga dengan perubahan sikapnya.

Inseong adalah sahabat yang selalu ada di sisi Yechan, mendukung dan
memberinya semangat. Namun, akhir-akhir ini, Inseong merasa ada
sesuatu yang tidak beres. Ia sering melihat Yechan termenung, seperti
menyembunyikan sesuatu yang berat.
"Yechan, kau terlihat berbeda akhir-akhir ini," kata Inseong suatu hari
saat mereka bertemu di kafe favorit mereka. "Ada apa? Kau bisa cerita
padaku."

Yechan merasa dadanya sesak. Dia ingin menceritakan semuanya pada
Inseong, tapi dia tahu risiko yang dia hadapi. "Tidak ada apa-apa,
Inseong. Aku hanya sedikit stres dengan naskahku."

Inseong tidak menyerah dan terus menggali informasi, membuat
Yechan semakin terpojok. "Aku tahu ada sesuatu yang kau
sembunyikan. Tolong, biarkan aku membantumu."
Yechan menatap mata Inseong, merasa bersalah karena harus
berbohong pada sahabatnya.

Lover my psycoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang