"Sabar ada batasnya, jadi tak mungkin setiap ujian hidup bisa dihadapi dengan senyuman."
🥀🥀🥀
"NANTI KALAU KAMU butuh sesuatu, jangan sungkan buat panggil Ibu, ya. Terutama perkara kebutuhan untuk tidur karena rumah ini sudah lama tak dipakai dan hanya Ibu bersihkan. Takutnya nanti ada rayap atau semacamnya."Fay menyimak baik-baik setiap hal yang disampaikan Bu Asih, orang yang akhirnya mengontrakkan sepetak rumah kecil dengan harga murah padanya. Bu Asih punya konveksi rumahan dan mempekerjakan banyak karyawan. Jadi, bisa Fay anggap bahwa memberikan sepetak rumah kecil ini untuk ditinggalinya dengan harga murah adalah didasari rasa kemanusiaan.
Sungguh Fay beruntung bertemu orang baik via jalur Mang Ojak.
"Terima kasih, Bu," kata Fay pelan.
Bu Asih mengangguk dengan senyum manis mengembang. "Kalau kamu butuh kerja tambahan juga bisa kok kerja di tempat Ibu. Sistemnya borongan, kamu bisa pilih mau buang benang atau kursus jahit dahulu. Gaji buang benang dan penjahit tentu beda, tergantung mau kamu yang mana."
Wanita gemuk berkonde di depannya ini benar-benar punya hati yang baik.
"Saya pertimbangkan dulu, Bu," jawab Fay pendek. Meski senang, hati kecilnya justru merasakan kesungkanan yang terus membesar. Dia tak bisa menerima kebaikan orang dengan cuma-cuma.
"Baiklah. Ya sudah, sekarang Ibu pamit, ya."
Fay mengangguk menanggapi kalimat pamit Bu Asih. Lalu, setelah wanita 50-an itu pergi, Fay menatap sebuah kunci di tangannya. Sekarang akhirnya dia punya tempat tinggal sendiri, dengan harga 300.000 per bulan.
Saat dicek tadi bersama Bu Asih, rumah kecil ini hanya terdiri dari dua ruangan, yakni satu untuk kamar, satu untuk ruang tengah. Kamar mandi ada di luar, tak ada tempat untuk dapur juga. Namun, tak apalah, segini lebih dari cukup untuknya menenangkan diri.
Ini pukul tujuh lewat, Fay harusnya sudah berangkat ke tempat kerja. Ya, meski hari Minggu, dia tetap masuk dengan jam kerja yang dimundurkan, yaitu dari pukul delapan sampai pukul tiga sore, dan bisa lembur sampai pukul sembilan malam. Namun, karena hari ini dia mau pindahan, sepertinya Fay tak akan lembur.
***
Langit Bandung sore ini tampak begitu cerah, sangat mendukung muda-mudi yang mau hang out sama teman atau pacaran, atau cuma kelayapan iseng nyari mangsa baru. Disya dan keempat rekannya juga pergi ke luar bareng-bareng dengan dua motor. Namun, mereka punya tujuan jelas, makanya tujuan mereka mengarah ke Desa Malasari.
"Ini rumahnya?" tanya Nana begitu motor yang ditumpangi Disya diberhentikan Upi tepat di depan jalan gang.
"Iya," jawab Disya tanpa turun dari motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Hanya Ingin Punya Rumah untuk Tempat Pulang
Teen Fiction[JUARA #1 20 DAY WRITING ALLOPEDIA] 🥀🥀🥀 "Beberapa anak dilahirkan dengan begitu diinginkan, beberapa lagi dianggap sebagai sebuah kesialan sehingga banyak anak yang mengalami penderitaan tanpa peran orang tua atau justru karena orang tua." Fairy...