" Maksudmu siapa? Katakan padaku, Barra!" kata Gus Hasyim. " Aulia katakan aja siapa teman yang kumaksud kepadanya. Intinya yang ku mau, kau harus segera pergi dari pesantren ini," kata Barra.
" Kau gak usah seenaknya menyuruhnya pergi. Yang berhak mengatur disini adalah aku, maka akulah yang akan memutuskan, bukan kau!" kata Gus Hasyim. " Kau mau pesantren kita diambil ahli sama musuhku dan musuh Aulia? Mau? Pikirkan baik baik Hasyim, jika para tetua tau tentang hal ini mereka pasti akan menyetujui semua perkataanku," kata Barra.
" Kenapa kau jadi kurang yakin dengan keamanaan yang kau buat sendiri, Barra? Bukannya kau dulu membanggakan pekerjaanmu dihadapan tetua itu, kenapa sekarang kau malah jadi cupu kayak begini," kata Gus Hasyim. " Ini orangnya susah aku taklukan, butuh banyak orang untuk menumbangkannya. Gak bisa aku sendiri aja yang menangkapnya," kata Barra.
Aulia yang melihat saudara ini bertengkar hanya bisa menahan sabar. " Sudahlah gus, gak usah kau beradu sama kembaranmu. Kita pikirkan aja itu nanti. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk menentukannya, biarkan aku berdiskusi dulu dengan mantan suamiku. Baru aku yang akan memutuskan kedepannya," kata Aulia.
" Itu terserahmu, Aulia. Yang jelas secepatnya sebelum Seojun bisa meloloskan diri dari penjara dan mengincarmu. Aku akan terus memantau mata mata itu, aku pergi dulu," kata Barra. Barra pun pergi meninggalkan Aulia dan Gus Hasyim. " Kau benaran ingin menjauh dari sini, Aulia? Siapa temanmu yang Barra maksud?" kata Gus Hasyim.
" Kliennya Barra. G-Dragon. Pernahkah kau mendengarnya di berita? Ya itu orangnya. Untuk aku akan menjauh, biar aku diskusikan dulu dengan keluargaku beserta mantan suamiku," kata Aulia. " Oke terus bagaimana dengan hubungan kita, biarkan aku terlibat. Aku akan berusaha melindungimu dari musuh musuhmu," kata Gus Hasyim.
" Jangan gus! Jika kau bertindak, akan berbahaya bagi pesantren ini. Biarkan aku, Barra, anak buahnya Barra, mantan suamiku yang bertindak. Kau fokus aja dengan pesantren ini," kata Aulia. " Aku gak bisa fokus kalau kau dalam berbahaya, Aulia. Nyawaku adalah nyawamu. Ya sudah kalau kau mau begitu, aku ikutin perkataanmu," kata Gus Hasyim.
" Gus jangan keras kepala kayak begini. Aku dan yang lain akan khawatir sama gus. Dan untuk hubungan kita, jika memang gus memang serius temuin orangtuaku. Gak mudah aku membuka hati dengan lawan jenis seperti gus ini. Diskusikan dulu dengan orangtua gus," kata Aulia. " Oke, kalau mereka sudah pasti, aku akan ke rumah orangtuamu untuk membicarakan hubungan kita," kata Gus Hasyim.
Di tempat lain, mata mata Seojun mematai obrolan Aulia dengan Gus Hasyim. " Mereka makin dekat aja hubungannya, aku akan memberitahu hal ini kepada bos," kata mata matanya Seojun. Barra yang melihat mata mata itu hanya mendesah. " Takkan kubiarkan kau mematai saudaraku beserta Aulia. Kalau memang Hasyim ingin serius sama Aulia, aku harus cari cara agar mereka tetap dalam pengawasanku. Aku harus turun tangan untuk menghadapinya," batin Barra. Barra pun pergi dari pesantren dan menyuruh anak buahnya untuk mengawasi pesantren. Setelah itu ia menemui seseorang.
Siapakah yang akan ia temuin? Ada urusan apa Barra dengan orang yang akan ia temuin? Apa ini berkaitan dengan Seojun? Oke akan author lanjutkan ceritanya ya. Ini bakalan seru pokoknya, dan mumpung mood author lagi menggebu gebu untuk membuat part ini yaa!
Barra pun menghubungi orang tersebut di telpon. " Apa langkah selanjutnya? Tuan harus membantuku pokoknya, soalnya hanya beberapa orang termasuk anda yang ditakutin sama Seojun. Aku dan anak buah FBI kewalahan menghadapinya," kata Barra di telpon.
" Aku akan menarik calon minantuku untuk kembali kesini, setelah calon minantuku balik akan kuberitahu semuanya kepadamu. Putriku juga akan terlibat didalam. Atau mungkin kembaranmu juga akan terlibat, pastikan semua orang yang pernah terlibat sama Seojun akan ikut andil dalam rencana ini, untuk lebih jelasnya akan kuberitahu disana," kata orang yang ditelpon sama Barra.
" Aku tau calon minantumu juga pernah terlibat sama si Seojun, tapi mengapa kembaranku juga ikut terlibat? Dia gak usah terlibat dalam hal ini, tuan," kata Barra. " Karena menurut anak buahku yang berjaga di pesantren kembaranmu, kembaranmu sedang dekat dengan mantan istri dari calon minantuku maka bisa dipastikan dia akan terlibat. Suka atau tidak sukanya kau, kembaranmu akan terlibat. Itu resikonya, Barra!" kata orang yang di telpon sama Barra.
Yap orang yang ditelpon sama Barra itu ayah dari calon istrinya Hafiz. Untuk lebih jelasnya ada di chap 1 tentang ayahnya calon istrinya Hafiz. Disini author lupa nama ayahnya calon istrinya Hafiz, beserta calon istrinya Hafiz sendiri. Maklum beberapa bulan author gak sempat membuat partnya. Hehehe. Oke author lanjutkan lagi partnya yaa.
" Biarkan aku aja yang bertindak. Oke kita lanjutkan nanti pembicaraan kita. Aku minta tolong untuk awasin yang ada di pesantren milik kembaranku, aku tutup dulu," kata Barra. " Oke," kata orang yang ditelpon sama Barra.
Setelah itu Barra menuju ke tempat apartemennya. Keesokan harinya. Aulia beserta keluarganya dan keluargaku melepaskan kepergianku di bandara. " Baik baik kau disana ya, Hafiz," kata mamanya Hafiz. " Pasti ma," kataku. Tiba tiba Aulia mengasih anakku kepadaku.
" Puas puasin kau gendongnya, Hafiz. Karena kau akan lama disana. Uhm sebenarnya ada yang ingin aku bicarakan kepadamu, nanti aja aku bicarakan pas kau sampai, Hafiz," kata Aulia. " Apa yang kau bicarakan Aulia? Bisakah om, tante, ayah, mama pergi dulu. Aku ingin berbicara sebentar sama Aulia," kataku.
" Oke, ayo kita pergi," kata ayahku. Setelah orangtuaku dan orangtuanya Aulia pergi, Aulia pun terdiam sejenak lalu membuka pembicaraannya. " Kemungkinan besar masa lalu kita akan segera muncul kembali, Hafiz," kata Aulia. " Apa maksudmu, Aulia?" kataku syok. " Iya, kemarin saudara dari gus menyarankanku untuk meninggalkan pesantren karena ternyata mata mata dari masa lalu memataiku. Katanya kalau aku tidak pergi, akan membahayakan pesantren itu," kata Aulia.
" Apaa! Dia punya mata mata! Kenapa saudara gus bisa tau tentang mata mata itu, Aulia? Apa yang sebenarnya terjadi kemarin, Aulia? Kenapa gak ajak aku ngobrol disana? Kenapa baru sekarang!" kataku. " Nanti aja aku bicarakannya, gak tepat aku buka semuanya disini. Takutnya ada yang dengar pembicaraan kita," kata Aulia.
" Kau benar, oke pas aku sampai aku telpon kau ya Aulia. Ceritakan semuanya kepadaku! Terus apa tanggapannya gus terkait hal ini?" kataku. " Gus menolaknya, sampai gus dan saudara berantem gara gara hal ini," kata Aulia. " Itu pasti, ya sudah aku harus segera berangkat. Jaga dirimu baik baik," kataku.
Setelah itu aku langsung menuju ke pesawat. Aku pun memikirkan ucapan Aulia. " Kenapa Seojun terus mematai matai Aulia dengan mengirimkan mata matanya? Motif kali apa yang sedang ia rencanakan? Apakah ini waktunya aku bertemu dengan Arya setelah kejadian itu? Ya lebih baik aku beritahukan ini kepadanya supaya dia bisa menjaga Aulia dari jauh. Karena pasti akan lebih baik Arya yang melakukannya dibandingkan aku, tapi siapa saudara si gus Hasyim ini? Kenapa aku gak mengetahuinya?" batinku.
Bagaimana part selanjutnya? Nantikan kelanjutannya yaa. Sambil nunggu mood dari author ya, author bakalan lanjutkan part selanjutnya ya. Sorry kalau update nya lama ya. Byee 👋👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
She Is Too Perfect For This Delinquent chap 2
RomanceUntuk di chapter 2 ini akan ada saya masukkan cerita di chapter 1 ke dalam chapter 2 ini. Tapi saya belum tau apa yang akan saya buat di chapter kali ini. Cuma akan saya buat semampu saya aja. Latarnya ketika Aulia melahirkan, disitu chapter 2 nya a...