Part 5

1 0 0
                                    

Maaf baru sempat aku buat part nya. Soalnya mood untuk buat part ini baru ke kumpul dan sempat ingin tidak ingin melanjutkan beberapa part kedepannya karena harus ngumpulin mood sama ide idenya, jadi baru sekarang ada mood nya. Oke mari author lanjutkan yaa.

Aku pun sampai dan langsung membereskan barang barangku. Setelah membereskan semuanya, aku pun langsung menelpon Aulia.

Sedangkan Aulia sedang mendengarkan kajian dari Gus Hasyim. Tiba tiba hp Aulia berdering.

Aulia pun mengangkat telponnya. " Halo, udah sampai kamu disana, Hafiz? Ada apa menelponku?" kata Aulia.

" Udah, aku udah sampai. Jadi pembicaraanmu yang tadi, apa maksud semuanya? Kenapa saudara Gus Hasyim tau tentang masa lalu kita, apa yang terjadi, Aulia?" kataku.

" Barra, atau lebih tepatnya Gus Barra adalah kembaran dari Gus Hasyim. Barra agak berbeda dari Gus Hasyim. Jalan yang Barra tempuh itu berbeda dari Gus Hasyim. Ya, Barra memiliki pekerjaan sama Arya. Atau lebih tepatnya pangkatnya Barra lebih tinggi dari Arya," kata Aulia.

" Terus terus, aku penasaran Aulia," kataku. " Jadi Barra menyuruhku untuk menjauh dari Gus Hasyim, karena akan membahayakan bagi pesantren tempat aku kerja. Selama di dalam penjara, Seojun menyuruh anak buahnya untuk mematai mataiku dan Seojun terus memberontak didalam penjara. Itu yang kudapat dari Barra langsung," kata Aulia.

" Berontak? Mata mata? Kau dimata matai sama anak buahnya Seojun? Kok bisa?" kataku khawatir. " Bisa Hafiz, ada satu anak buahnya Seojun yang lolos waktu penangkapan yang dilakukan sama Arya. Bisa jadi yang lolos itu dimintai untuk memataiku," kata Aulia.

" Ada gak nama dari anak buahnya Seojun?" kataku. " Nama? Barra sendiri belum ngasih tau namanya, cuma ciri cirinya Barra sedikit tau. Pokoknya aku cari cara agar bisa  menjauh dari Seojun tanpa melibatkan pesantren," kata Aulia.

" Cepat atau lambat pesantren itu akan terlibat. Terus apa tanggapan Gus Hasyim? Dengan menjauhkan dirimu, apakah hubungan kalian akan berakhir? Selama ini kau menjada, saatnya kau bina rumah tanggamu, Aulia," kataku.

" Kau aja belum menikah, Hafiz. Udah ngasih ceramah buatku. Nah kalau sampai Seojun keluar, apa aku harus menghubungi oppa?" kata Aulia.

" Dia? Itu pasti. Gak mungkin dia tidak dilibatkan, tapi kita harus diskusikan dulu sama Arya. Atau libatkan juga kembarannya Gus," kataku.

" Kalau untuk oppa, biar Arya aja yang menanyakannya. Aku tak ingin dipandang jelek sama pihak pesantren ini. Kau kan tau sendiri kalau wanita yang berkabar dengan lawan jenis dilarang, makanya aku harus bisa menjauh agar aku bisa berkabar sama oppa," kata Aulia.

" Ya juga ya. Bentar, ah iya aku baru ingat. Bos ku juga ada berurusan sama mafia. Mungkin dengan meminta bantuan bosku, kita dapat perlindungan lebih selain kita bergantung sama saudara gus sama Arya. Nanti coba aku diskusikan dulu sama bosku," kataku.

" Ah begitu. Nanti kalau ada jawabannya dari bosmu, kabarin aku. Aku juga akan meminta bantuan sama Arya. Ya sudah istirahat aja kamu, Hafiz. Soalnya aku juga mau mengajar juga," kata Aulia.

" Oke, ntar kapan kapan aku kasih jawabannya. Ya sudah salam buat anak kita, maaf aku meninggalkannya. Dan juga kepada orangtuamu, Aulia," kataku kepada Aulia. " Iya, nanti akan kusampaikan kepada mereka. Anakmu juga bilang jangan kecapean disana, jangan sampai sakit. Nanti anakmu bisa sedih kalau kau sakit," kata Aulia.

Setelah itu aku pun mematikan teleponnya. Selama aku di luar negri, aku tetap bekerja sambil sekolah. Dan juga diteror sama bos tempat kerjaku. Menikahkanku dengan anaknya. (Ceritanya ada di She Is Too Perfect For This Delinquent chap 1 di part 32 kalau gak salah). Dan beberapa bulan aku juga sempat sempatnya ke Indonesia.

She Is Too Perfect For This Delinquent chap 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang