BAB 11

28 3 0
                                    

.
.
.

"REN! " Teriak seorang siswi dari kejauhan, siswi itu berlari mendekati Ren.

"Apaan sih kak? " Ren menatap julid Ran, dirinya sedang berada di kantin, dan ia merasa malu karna kini siswa dan siswi lainnya ikut memperhatikan nya karna teriakan dari Ran.

"Jangan julid julid gitu dong! " Ran ikut duduk di samping Ren yang sedang makan.

"Ya terus!? Lo ngapain teriak teriak kek gitu? Bikin malu tau ga" Ren menjawab dengan sinis.

"Alah bacot lah, betewe, minta duit. " Ran tersenyum sambil menyodorkan telapak tangannya.

Ren mendelik, hey! Yang kaka disini itu Ran, kok malah dia minta duit ke adeknya sih!

"Lah? Emang lo kagak di kasih duit sama papa? " Tanya Ren

"Kagak, katanya hukuman gara-gara gue beli tas 35 juta. " Jawab Ran tak tau malu sambil menyuil sedikit makanan yang Ren punya.

"Ya lo juga! Ngapain beli tas 35 juta kalo ntar juga jarang lo pake" Geram Ren karna kesal dengan kakaknya itu.

Begitulah Ran, ia memang suka mengoleksi Tas mewah atau lucu, namun jika ia sudah memakainya 2 kali, ia tidak akan menggunakan tas itu lagi. 'Bosan' katanya.

"Ya kan modelnya bagus atuh, lo sendiri kan tau kalo gue orang kagak bisa nahan diri kalo ngeliat barang yang modelnya unyu unyu"

Ren memutar matanya dengan malas.

"Nyeh! Yaudah, mau berapa? "

"50 ribu ae. "

Ren mengambil uang berwarna biru itu dari saku celananya dan memberinya pada Ran.

"Nih! Dah pergi sana, jangan ganggu gue makan! Gue tau ye, dari tadi lo nyuil nyuil makanan gue"

Ran tersenyum pepsodent.

"Hihihi~ maaci adek gue tercinta" Ran menyempatkan diri untuk mencubit pipi Ren, lalu berlari meninggalkan Ren yang mencak mencak karna ulah kakaknya itu.

"Harga diri gue hilang sialan"

***

Lagi dan lagi Ali kembali duduk di taman belakang sekolahan yang menjadi tempat favorit nya itu.

Ali menghela napas pelan, menatap kosong taman sepi yang ada di hadapannya ini. Hanya ada dia sini.

Sendirian.

"Ibu.. "

Ali menaikkan resleting jaketnya ke atas hingga menutupi lehernya.

"Jaket ini, Wangi nya masih sama seperti dulu.." Gumamnya dengan pelan.

"Aroma ibu, masih menempel di jaket ini. " Ali menempelkan hidung nya ke lengan tangannya dan menghirup dalam-dalam aroma parfum dari ibu nya tersebut, walaupun perlahan aroma itu akan menghilang.

Ali yang tadi memejamkan mata, kini kembali membuka matanya dengan perlahan setelah menikmati aroma dari ibu nya itu.

"BAAA! "

Wajah Gino yang tiba-tiba ada di depannya membuat Ali terkejut dan hampir terjungkal kebelakang jika Gino tidak menahan tangannya.

"Weits, hampir aja jatuh. " Gino tersenyum, lalu duduk di samping Ali.

Ali hanya menanggapi perkataan Gino dengan senyuman, ia sedang tidak mood.

"Lagi kangen tante Feni ya? "

Pertanyaan Gino tepat mengenai perasaan Ali yang saat ini tengah gundah karna kangen dengan ibunya.

"Ehm. " Ali mengangguk.

Gino diam dan menatap Ali yang terlihat gusar. Ia menghela napas pelan, lalu menarik kepala Ali untuk bersandar di bahu nya.

"Kalo mau nangis, nangis aja. Ga ada yang larang. "

Tubuh Ali membeku.

"S-siapa yang mau nangis? A-aku engga—" Ucapan nya di potong oleh Gino.

"Ssst, gue tau dari tadi lo tuh mau nangis. Ga baik loh, tahan tangis. " Ucap Gino dengan lembut.

Ali yang dari tadi memang menahan tangis nya akhirnya menangis. Ia menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.

Gino mengelus bahu Ali dengan lembut dan sesekali memberikan kata-kata penyemangat dan penenang.

"Gue tau lo kangen sama tante Feni, tapi jangan pernah sekali-kali lo nyalahin diri lo sendiri. Tante Feni menyelamatkan lo karna dia sayang sama lo. "

***

Seorang cowo sedari tadi memperhatikan mereka, Ali dan Gino dan belakang.

Niatnya tadi, ia ingin memanggil Gino untuk bertemu ayahnya di ruang kepala sekolah karna ia di panggil untuk urusan penting.

Namun ternyata ia malah melihat pemandangan yang membuat hatinya sedikit sakit.

Ren tersenyum sendu.

Kenapa rasanya sakit?

Padahal Ali bukan siapa-siapa nya.

Ren berbalik dan membatalkan rencana nya untuk memanggil Gino. Ia meninggalkan tempat itu  dengan perasaan campur aduk.

.
.
.

Siapa ya yang jadi seme? Ali atau Ren? Hmm, gue bingung. Tapi kayaknya Ren aja deh yang jadi Seme (◍•ᴗ•◍)


Aku Dan Dia [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang