BAB 3

41 3 0
                                    

.
.
.

Kriiiinggg!!

Bel masukan telah berbunyi. Ini adalah saatnya untuk para siswa dan siswi memulai jam pelajaran pertama mereka.

Di kelas Ali, guru bahasa Indonesia yang kemarin ia dengar sedang melakukan itu dengan salah satu kaka kelasnya masuk.

Wajah Ali memucat, ia kembali teringat kejadian kemarin.

Ali dan Pak guru itu sempat ber eye contact selama beberapa detik. Ali menelan ludah dengan susah.

Gino yang duduk disamping nya menatap Ali dengan bingung.

"Lo kenapa? Kok pucat gitu? Lo sakit? " Pertanyaan beruntun langsung ditujukan untuk Ali dari Gino.

Ali dengan cepat menoleh ke Gino, ia menggeleng.

"E-enggak, aku gapapa. "

"Lo yakin? "

"Ehm."

Ali menghela napas lega karna Gino percaya dengan perkataan nya.

Ali kembali menatap kedepan, berusaha fokus untuk mengikuti pelajaran yang berlangsung.

Beberapa saat kemudian.

Di tengah pelajaran yang berlangsung, Nama Guru bahasa Indonesia di kelasnya dan kaka kelas yang kemarin ia dengar di gudang itu di panggil menuju ruang kepsek.

Para siswa dan siswi di kelasnya bersorak heboh karna akhirnya mereka lepas dari pelajaran yang memutar otak itu.

Karna guru bahasa Indonesia mereka keluar, sebagian murid di kelas Ali juga ikut keluar. Ada yang ke kantin, ke toilet, ataupun rooftop untuk menikmati angin sejuk.

Sementara Ali, ia masih duduk di kelas dengan buku sketsa di atas meja nya. Ia kembali melanjutkan gambaran nya yang kemarin belum selesai, sembari mendengarkan musik dari earphone miliknya.

Untuk Gino, anak itu sudah pasti keluar menuju kantin. Tadi Ali sempat nitip beliin teh kotak sama roti buat ngeganjel perutnya yang sedikit lapar.

Ali terus menggambar hingga akhirnya gambaran itu selesai. Tersungging senyuman bangga di bibirnya saat melihat hasil karya nya sendiri.

Itu adalah gambar seorang wanita yang sedang menggandeng seorang anak kecil.

Wanita itu bagaikan ibu nya, dan anak kecil itu adalah dirinya saat masih kecil.

Ali menggambar itu karna ia sedang kangen dengan ibunya. Feni, ibu dari Ali itu telah meninggal dua tahun yang lalu tepat saat Ali ber ulang tahun ke usia yang ke 14 tahun.

Feni meninggal karna ia menyelamatkan Ali yang hampir tertimpa Billboard yang patah di pinggir jalan setelah pulang dari rumah neneknya untuk merayakan ulang tahun di sana.

Sejak saat itu, Ali menjadi benci terhadap tanggal kelahiran nya. Karna itu telah membuat ibu nya meninggal dirinya, Ali sering kali menyalahkan dirinya sendiri atas kematian sang ibu. Dan Ia tak pernah lagi merayakan ulang tahunnya sejak saat itu.

Semenjak ibu nya meninggal, Ali tinggal sendirian di rumahnya. Untung nya saudara dari sang ibu masih membantunya untuk memberi biaya sehari-hari.

Dan untuk ayahnya, ia sudah meninggal sejak Ali masih berada dikandungan sang ibu. Jadi dari kecil hingga Ali berusia 14 tahun, Feni lah yang merawatnya.

Tuk

Lamunan Ali buyar saat teh kotak yang ia pesan beserta roti sudah berada di meja nya.

"Ngelamun mulu, Hati-hati kesambet setan" Ucap Gino sambil tertawa, lalu duduk di samping Ali.

Ali hanya tersenyum tipis mendengar itu. Ia mengambil roti dan mulai membuka bungkus nya.

"Thanks"

"Hmmm" Balas Gino dengan gumaman nya karna ia sedang mengunyah makanan ringan yang ia beli.

.
.
.

Aku Dan Dia [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang