Part 11 : White flag

97 20 25
                                    

.

.

.

Ruang TU. Yang juga dirangkap sebagai ruang manajemen.

Kantor Solar yang baru baru ini dia huni selama kurang lebih 4 bulan itu, kali ini tampak sepi.

Memang sudah waktunya jam mengajar setelah istirahat makan siang. Sepertinya guru guru juga sudah masuk ke kelas masing masing, atau mungkin mengurus yang lain.

Wanita cantik itu hanya seorang diri. Terduduk manis pada kursi sandaran. Bertompang dagu pada jemari jemarinya yang bertaut sama lain.

Matanya tampak mendelik mengerikan. Perasaan panik dan tak karuan dari kemaren masih saja menghantui-

Karena kemarin!

Dia tak harus menjelaskan apapun kan?..

Kan?..

Apa hubungannya coba?..

Nanti dia malah dikira ke ge er an lagi!..

.. Jadi.. dia tak harus menjelaskan bukan?!..

Suara pintu terbuka dan langkah kaki..

Solar segera berlagak sibuk begitu pria itu datang dengan beberapa macam map di tangan. Sepertinya orang itu barusaja menemui kepala sekolah. Ia lanjut memeriksa soal ujian kelas satu yang baru selesai dia buat.

..Kebetulan macam apa ini?..

Mungkin karena mereka tak bertemu tatap, pria itu juga tak menyapa dan berlalu begitu saja-

"Bu!.."

"A-aa! Ya, pak!.."

Itu terdengar seperti sapaan. Solar harus jawab itu kan?..

Kini manik kelabunya mendapati pria itu duduk di kursinya. Merebahkan diri sembari merenggangkan kedua tangan. Manik merah lelahnya tampak perlahan menutup dengan nafas teratur.

Meja kerja yang sedikit berdekatan itu membuat Solar bisa melihat semuanya dari sini. Dia tak tau harus bersyukur atau apa-

"Ada apa bu?.." Toleh Hali yang berhasil membuat Solar melonjak kaget. Tertangkap basah.

Pria itu tau bila ia menatapnya? "Aa- capek banget ya pak?.." Solar jadi harus cari alasan-

"Ya.. begitulah.." Orang itu menjawab seadanya tapi masih sopan.

Manik merahnya terbuka dan kembali duduk tegap. Melirik sang rekan. "Bu Solar, masalah pembicara minggu depan.."

"Aku ikut mengatur siswa di hari H nya kan?.. Tidak masalah pak! Nanti saya juga rundingan sama wali kelasnya.." Solar langsung konek akan apa yang kini mereka bicarakan.

Pria itu tersenyum. "Terimakasih.."

Hati wanita itu berbunga bunga tanpa diminta. "Sama sama. Sudah bilang sama ketua osisnya? Dia kadidat yang bagus sebagai pembuka acara dengan narasumber. Dia rangking satu dan bahasa inggrisnya bagus.."

"Maaf bu. Saya lupa. Nanti sore, saya juga ada rapat lagi dengan manajemen.." Pria itu menghela nafas panjang. Mengusap surainya kasar, buatnya sedikit berantakan. "Saya sampai meninggalkan dua kelas saya.."

"Biar saya saja yang bilang anaknya kalau begitu.."

"Terimakasih banyak.."

Solar tersenyum dan lanjut mengetik. Sejauh ini semua berjalan lancar. Pria itu juga bersikap seperti biasanya..

Bukannya itu berarti dirinya tak istimewa di mata pria itu?..

Jdeerrr!!!

.. Itu masuk akal sekarang!!

PEEK A BOO!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang