1. Malam Anugerah

300 32 11
                                    

Ciputra Artpreneur Theater
Jakarta, 2031

Gemerlap panggung membawa binar dan riak wajahnya tak henti memasang riang, lengkung senyuman terpasang apik pada wajah yang terpoles indah. Dalam balutan kebaya merah lekat bermodel v-neck yang membaurkan nuansa tradisional dan modern dengan detail flora pada renda serta bordir emas di sepanjang belahan dada. Dipadukan dengan jarik coklat gelap bermotif batik yang memiliki semburat emas. Wanita itu tampak begitu anggun dan mempesona. Menggambarkan Sarinah, sang wanita yang memiliki tekad sekuat baja. Tokoh wanita yang ia perankan dalam film bertajuk "Seribu Wajah Wanita", yang kemudian membawa namanya berada di antara nama-nama aktris dengan kemampuan pelakon peran terbaik dari yang terbaik.

Oleh sebab itu, ia tidak berani berharap untuk membawa pulang piala. Tercantum dalam salah satu nominasi saja sudah membuat dirinya membuncah. Sebab tahun lalu, ia telah membawa pulang piala citra pertamanya, pemeran pendukung perempuan terbaik. Lalu sekarang ia masuk dalam kategori pemeran utama perempuan terbaik. Sebuah penghargaan tertinggi yang tak pernah berani ia harapkan.

Namun ketidak beranian-nya , memberi sebuah kejutan.

"Piala citra kategori pemeran utama perempuan terbaik tahun 2031 diberikan kepada ... Deretha Paramitha!"

"Ini adalah nominasi ketiga dan piala citra kedua untuk Deretha Paramitha." Suara belakang layar yang tegas itu menggema setelah sang pembaca selesai berkata.

Lampu sorot lantas terarah padanya, riuh tepuk tangan menggema menyambut kemenangannya. Pelukan dari rekan yang ia lewati sejenak ia balas hangat, mengucapkan kata terimakasih atas ucapan selamat yang mereka hantarkan. Kain jarik yang membalut tubuhnya cukup melambatkan jalan. Namun tak apa, ia juga tak memiliki banyak kata yang harus ia hantarkan di panggung sana. Terlalu mengharu biru, dan tentu saja keterkejutan membuat dirinya sulit membuka suara.

Sesampainya di atas panggung, dengan segera ia meraih sebuah piala yang dihantarkan oleh si pembaca yang tak lain ialah seniornya. Beliau mengucapkan selamat yang lantas dibalasnya dengan kata terimakasih yang tulus. Sebelum beranjak menuju mikrofon yang tersedia di tengah panggung.

"Wah!" kata takjub itu pertama kali ia ucap. Dengan wajah yang pias bukan main. Juga mata yang berkaca-kaca.

"Puji Tuhan."
Perempuan dengan tusuk konde melati itu mengangkat rendah piala dalam genggamannya. "Sebuah pencapaian yang sama sekali tidak saya sangka. Bahkan bermimpi untuk berdiri di sini pun tidak pernah berani saya lakukan. Mengingat bagaimana kacaunya saya memulai. Bapak, ibu dan teman-teman juga pasti mengingat masa kelam saya saat itu."

Tawa renyah berderai, menandakan betapa terkenalnya kisah lampau seorang Deretha Paramitha yang bernama lengkap asli Deretha Bhavi Sutedja, sang aktris cantik dengan skandal menggelikan di awal karirnya. Semua orang tahu betapa kemampuan akting-nya dulu sangatlah buruk dan membuat sakit mata.

"Namun saya sangat berterima kasih pada Pak Sutradara Jahat." Ia tertawa rendah sembari menunjuk dengan sopan salah satu sutradara terbaik, sekaligus mentor terbaiknya yang berhasil membawa Deretha keluar dari keterpurukan dan berhasil jua membawanya pada panggung yang ia pijak saat ini.
"Berkat beliau saya dapat berdiri di sini meski harus menangis-nangis karena didikan keras beliau."

"Terima kasih Pak Gilbert karena telah memilih saya untuk melakoni peran utama dalam film Seribu Wajah Wanita ini. Dan beberapa film garapan Bapak sebelumnya."

Deretha's MadnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang