5. | First Sight

145 15 4
                                    

Pukul 11 malam, seorang perempuan baru saja turun dari taksi online dengan menggendongkan tas ranselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 11 malam, seorang perempuan baru saja turun dari taksi online dengan menggendongkan tas ranselnya. Kakinya melangkah pada pelataran rumah yang penuh memori masa kecil. Rumah itu sudah gelap hanya tersisa lampu teras yang menyala, pertanda bahwa penghuni rumah sudah terlelap tak menerima tamu. Kelana memilih duduk di bangku teras, mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan pada seseorang,

 Kelana memilih duduk di bangku teras, mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan pada seseorang,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selagi menunggu dibukakan pintu, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling rumah. Selalu tenang, tidak pernah berubah, khas rumah nenek. Kemudian matanya beralih pada rumah di seberangnya, seorang laki-laki yang sedang sibuk menatap ponselnya dengan menghembuskan asap rokok. Ia memastikan pandangannya namun sepertinya itu bukan penghuni rumah yang Kelana kenal.

klik...klik

Suara putaran kunci yang akhirnya membuat pintu rumah terbuka, "Lo ngapain sih sebenernya ? katanya nggak jadi ke sini, terus tiba- tiba tengah malem minta dibukain pintu. Untung gue masih kebangun ya, kalau engga tidur lo di luar sama nyamuk", Kelana disambut ocehan panjang Adisti.

Iya, setelah memutuskan untuk tidak menghadiri acara pernikahan Dion, Ia menyuruh Adisti untuk berangkat sendirian ke Jogja dan mengizinkannya untuk menginap di rumah Eyang.

"Sssstttt.. santai kawan. jangan ngomel-ngomel dulu gue ngantuk, nanti yangti juga kebangun denger suara lo", ucap Kelana sedikit berbisik. Kemudian Kedua gadis itu kembali memasuki rumah dan tidak lupa mengunci pintunya kembali.

"Lo jadi berangkat kan berarti ?" tanya Adisti sambil menarik selimutnya, Kelana masih duduk  bersandar pada ranjang. Diam sejenak perempuan itu tak kunjung menjawab pertanyaan yang ditujukan untuknya, hingga Adisti kembali melemparkan pertanyaan, "Lo tuh kenapa si La ? ada masalah ? Lo juga nggak kasih alesan yang jelas kenapa tiba-tiba bilang nggak jadi dateng."

Kelan merubah posisi duduknya sepenuhnya menghadap pada sahabatnya, ia menghembuskan nafas berat, Kelana mulai menceritakan semuanya hingga isi surat yang Dion berikan.

"Sumpah ? gue nggak tahu harus respon gimana", ucap  Adisti lemas, Ia juga tidak menyangka ada fakta besar yang baru saja terungkap. "Gue masih bingung harus dateng atau nggak", kata Lana

Ever EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang