6. | One Fine Day

197 22 1
                                    

"Naaa, Lanaa!!", seru Reyno memasuki rumah Eyang Darsiah pagi itu. Sedangkan yang dicari sedang sibuk mengupas buah apel di ruang tv,

"Apa sihh?! Masuk rumah salam gitu loh, nggak usah teriak-teriak", "Ya biar denger , lo kan kadang bolot", Kelana meliriknya sadis.

"Yangti mana Na?", tanya laki-laki itu. "Lagi ke jenguk temennya sakit"

Kemudian datanglah Adisti dengan dua gelas air dingin di tangannya, "Eh ada Mas Rey", sapa Adisti. "Lo masih di sini juga dis ?" Reyno bertanya. Perempuan itu menganggukkan kepala, "Gue balik tar malem jam 11.45 sih Mas"

Kelana menoleh ke arah Adisti dengan tatapan bertanya, pasalnya perempuan itu tidak membicarakan kapan ia akan kembali ke ibu kota. "Ya gue udah terlanjur pesen tiket sekalian kemarin, kan kemarin lo bilang nggak jadi ikut. Ngapain juga gue lama-lama di sini coba", jelas Adisti. "Ya kenapa nggak bilang gue ?", tanya Kelana, "Ya lo nggak tanya ?".

"Nah, dari pada sia-sia mending ikut gue yuk", usul Reyno, "Anak-anak ngajak ke pantai, kalian ikut aja. Nanti baliknya kita jalan-jalan di Malioboro sekalian nganterin Adisti ke stasiun. Gimana ?"

"Harusnya lo ngajak ke pantai tu berangkat subuh tadi biar nggak panas", keluh Kelana sembari mengunyah apel, "Yaudah kalau nggak mau ikut, gue sih kasian Adisti sia-sia di Jogja tapi nggak main, ya nggak Dis ?", timpal Reyno

"Emang lo mau Dis ?", tanya Kelana, "Orang gila mana emang yang diajak liburan tapi nggak mau, kayanya cuma Kelana Sekaratri deh", sindir perempuan itu.

"Gue belum bilang nggak mau ya ? yaudah ayo siap-siap cepet kalau mau", sanggah Lana. Akhirnya mereka beranjak untuk segera bersiap, "Temen lo nggak papa kalau kami ikut ?" tanya Adisti memastikan, Reyno mengacungkan ibu jarinya dan melangkah keluar rumah "amann!!".

Selesai bersiap dan berpamitan pada Bulik Har untuk menjaga rumah, Kelana dan Adisti menghampiri ke rumah seberang. Teman-teman Reyno sudah duduk di teras rumahnya, "Hai Kelana, makasih ya kopinya kemarin", ucap salah satu dari mereka.

"Oh iya mas sama-sama, kemarin buat ucapan maaf aja karena malah ngajak Mas Rey keluar", timpal Kelana sopan. Laki-laki tadi mengulurkan tangannya pada Kelana "Oh iya kenalin, gue Baskara bisa dipanggil Bas. Nggak usah dipanggil mas ya, santai aja", Kelana membalas uluran tangan tadi dan mengangguk, satu laki-laki juga datang mendekati mereka bertiga,

"Halo Kelana, kata Bang Rey kita seumuran jadi panggil gue Gara tanpa embel-embel mas", perkenalan Gara membuat sebuah pikiran terbesit pada kepala Kelana "hmm kayanya gue sempet jadi omongan nih sama Mas Rey dan kawan-kawan" , "Oh iya Gara" ucap Kelana tersenyum. Dua laki-laki tadi juga bergiliran mengenalkan diri pada Adisti. Namun ada satu laki-laki yang malah masuk ke dalam rumah.

Mereka memulai perjalanan dengan Reyno sebagai pengemudi dan Januar duduk di sampingnya, Kelana dan Adisti duduk di bangku tengah, dan bangku belakang diisi oleh Bas juga Gara. Perjalanan mereka diisi oleh candaan juga obrolan acak , yang ternyata dapat diikuti dengan baik. Baru saja mengenal namun interaksi mereka cukup menyenangkan, walaupun ada salah satunya yang masih agak pasif

~

Mereka sampai di pantai yang dituju hampir tengah hari, matahari bersinar terik dan angin pantai berhembus dengan kencang. Mereka semua tetap memilih untuk menyusuri pantai, menyapa ombak di pesisir. Sebagai perempuan tentu saja hal yang pertama di lakukan adalah mengambil foto untuk mengabadikan momen kebutuhan sosial media.

"Hadep sini yang anggun, satuu.. dua.. tigaa. Yak cakepp... ganti gaya..lagii.. lagiii", itu adalah suara Kelana yang menjadi pengarah gaya sekaligus pemotret Adisti kali ini. Sedangkan gerombolan laki-laki malah sudah saling memainkan buih ombak saling membasahi.

Ever EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang