Kau Yang Pertama Dan Terakhir

28 18 1
                                    

"Sial ketahuan" Umpat salah seorang pengedar narkotika yang segera berlari terbirit-birit kala mendengar panggilan dari anggota kepolisian yang bertugas, namun bukannya ia menyerahkan diri ia malah kabur berusaha meloloskan diri dari kejaran polisi yang di pimpin oleh Letnan Hanan. Aksi kejar-kejaran pun tak terelakkan, tim tiger yang berjumlah kan 10 anggota itu pun berlari mengepung sang bandar dengan rencana cerdik yang di beritahukan oleh sang pimpinan. Siapa lagi jika bukan Hanan, anak dari Ibu Hana dan Bapak Ibrahim ini.

Dorr!!

Tembakan peringatan pun dilayangkan mengudara dari salah satu prajurit kepolisian dengan izin dari  sang pemimpin. "Sekarang!" Perintahnya dan tembakan kedua pun juga dilepaskan setelah jeda beberapa menit dari tembakan pertama, peluru itu menyasar tepat di betis sang bandar yang seketika membuatnya tersungkur tak berdaya diatas tanah dengan tengkurap dan merintis sakit.

Bandar tersebut sudah tidak bisa melawan lagi ia segera di ringkus dan di borgol kedua tangannya kebelakang oleh salah seorang anggota tim tiger.

"Bawa! Dan obati nanti di klinik militer" Perintah Hanan sebagai kapten tim sembari mengendikan sedikit kepalanya dan para prajurit kepolisian itu pun berhasil meringkus sang bandar beserta anak buahnya yang markasnya juga tak jauh dari tempat sang bandar beroperasi, untuk mempacking semua produksi ganja dan obat-obatan terlarang itu untuk dipasarkan melalui jalur Batam-Bintan-Karimun, sebagai jalur besar keluar-masuknya barang import-eksport antara Negara Indonesia dengan Malaysia.

Setelah selesai meringkus sang bandar dan selesai dari aksi kejar-kejaran tersebut, tak lama berselang HT yang bertengger di bahu Hanan bersuara,"Lapor Letnan! Target susah terkumpul semua" Ia mengambilnya lalu menjawab, laporan tersebut.

"Bagus, bawa kekantor dan serahkan kepada penyidikan" Ujarnya pada sang prajurit dan komunikasi pun terputus.

Dan tim tiger pun membawa si bandar beserta komplotan nya menuju kantor militer guna menyerahkan mereka kepada penyidik yang bertugas di kantor Kepolisian.

"Tim tiger terimakasih atas bantuannya, dan Letnan anda di panggil Mayor Hanif di ruangan nya" Ujar salah seorang dari tim penyidikan yang memberi selamat kepada tim tiger yang  di pandu oleh sang Lettu Hanan Ananta ini.

"Baik terimakasih" Saut Hanan menyahuti jabatan tangan dari sang kepala penyidik padanya.

"Saya serahkan selebihnya pada anda, Komandan" Ucapnya kemudian memberikan hormat singkat yang segera di balas oleh sang empu, tak berselang setelahnya tim tiger pun ikut kembali ke markas mereka, atau bisa di bilang menjalankan misi lain yang sudah menunggu mereka.

Sedangkan sang pemimpin menemui sang Mayor yang telah memberikan ia misi hingga sejauh ini. Sampai ia di depan ruang sang Mayor, menarik nafas nya panjang untuk mengurangi rasa gugup dalam diri, meski sudah sekian kali berhadapan dengan sang Mayor, Hanan tetap lah Hanan yang mempunyai rasa gugup yang cukup tinggi seperti sang adik bungsunya, dan itu memang mewarisi sifat dari sang mendiang ibunda. Ibu Hana Amalia Pratiwi.

"Fyuh~ Tenang dan kuasai, Nan. Seperti biasa aja, oke" Ucapnya menyemangati diri sendiri untuk mengumpulkan keberaniannya.

'Tok! Tok! Tok!'

"Permisi, Mayor anda memanggil saya" Ujarnya setelah berhasil masuk dalam ruangan itu beberapa langkah.

"Bagus Letnan, terimakasih atas kerja sama antar kelompok mu." Ucapnya sebelum membalikkan kursi kebesaran nya menghadap Letnan Hanan, yang berdiri dua langkah di depan pintu.

"Berkat kau bandar yang sedang menjadi buronan itu akhirnya tertangkap juga, akan ku naikkan gaji mu untuk bulan ini"

****

The Seven BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang