"Nggeh pak, rencana ngenjang, Mas wangsol teros sandamel mbeto persiapan seng dereng lengkap"
"Oh iyo le, nek ngunu paling ko kurang awak mu tok sih, iki" Balas Pak ibrahim sedikit memberikan candaan pasa putra sulungnya.
Hendra yang mendengar itu dari balik panggilannya bersama si bapak pun hanya bisa tersenyum malu.
"Yo wes yo, le nek ngunu, ati-ati sesok wangsul e"
"Nggeh pak"
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
Panggilan pun terputus dengan Hendra yang mengakhiri penghilang tersebut. "Allhamdulilah. Buk, do'ain Mas ya semoga lancar sampai akhir. Aamiin" Gumamnya.
Di sisi lain rumah Pak Ibrahim tengah sibuk dengan banyak kerabatnya yang datang untuk membantu acara lamaran putra sulungnya untuk meminang sang pujaan hati. Tak luput dari para saudaranya yang juga terbagi tugas juga. Seperti si bungsu saat ini ia sedang membantu mengemasi beberapa parcel untuk seserahan bersama para sepupunya yang lain, dan sisa kakak-kakaknya menyiapkan barang yang di bawa, seperti pangan pokok, kayu bahkan hewan yang akan di jadikan seserahan tersebut.
Seperti yang kalian tau, khusus masyarakat Jawa itu memeberikan seserahan yang setidaknya harus aja hewan untuk di sembelih, seperti membawa sapi atau kambing, FYI ini juga tergantung tradisi di setiap daerah atau desa ya, nggak semuanya ngasih sapi atau kambing kok.
"Zah, habis ini kamu nyusul, Mas mu?" Tanya bi ani, sepupu bapak.
"Nyusul kemana, Bi?" Dengan polosnya.
"Ya nyusul nikah lah, ndok"
"Ih apaan enak aja, sebelum Mas-mas ku nikah semuanya, Adek nggak di bolehin nikah dulu, sama mereka." Jawabnya tanpa beban pikiran.
"Halah paling selesai sekolah langsung si jodohin sama, bapak mu"
"Ih sotoy banget si bi. Nggak kok bapak bukan orang yang mainnya perjodohan, bapak tuh orangnya slow santai. Beliau tuh tipikal orang yang membebaskan anak-anaknya, asalkan tetap patuh sama orang tua dan tetap di jalur yang benar, kata Mas Ian itu juga penes dari almarhumah Ibu ke bapak dulu"
Bi Ani yang mendengar itu hanya diam dan sedikit terkekeh dengan ungkapan lucu dari si bungsu ini.
"Hmm, bagus kalo gitu. Jaga nama baik bapak dan ibuk mu yo ndok" Sembari mengusap pelan kepala Azizah.
Azizah mengangguk, dengan pasti.
Detik berikutnya hening sampai akhirnya gadis itu berucap kembali pada sang bibi, "Bi, ceritain tentang ibuk" Celetuknya membuat sang Bibi sedikit tersentak kecil.
"Kenapa tiba-tiba, nanyain tentang ibuk mu?"
"Gapapa pengen aja, kayak apa sih ibuk orangnya"
Tanpa pikir panjang lagi Bi Ani segera membagi ceritanya tentang sosok Hana Amalia Pratiwi ibu dari Azizah dan Almarhumah istri dari Pak Ibrahim ini. Azizah menyimaknya dengan sangat sesekali ia juga menanyakan hal-hal mengenai sang Ibuk.
"Ternyata sehebat itu ya ibuk, sampai akhir allah lebih sayang sama ibuk, tapi itu terlalu cepet buat aku, sampai nggak bisa liat gimana wajahnya"
"Hey nggak usah sedih toh kamu kan masih ada Bapak, Mas Hendra, Mas Hanan, Mas Ian dan Mas mu yang lainya"
"Tapi kan zizah juga pengen bisa pegang wajah ibuk, Bi"
"Kamu berdoa sama allah setiap selesai solat, dan sering do'ain ibuk terus, minta sama allah biar kamu bisa liat lewat mimpi mu"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seven Brothers
JugendliteraturSingkat saja ini tentang anak gadis yang di ratukan oleh keluarganya setelah mendiang sang ibu, anak gadis satu-satunya dalam keluarga ini,di jadi kan sebagai wsrisa dari sang ibu yang telah meninggal dunia kala melahirkan bungsunya. Sehingga ia san...