Si Fiksi Isdet (mati)

24 15 1
                                    

"Assalamu'alaikum. Permisi" Ucap salah seorang laki-laki yang sepertinya adalah kurir paket , entah siapa yang memsan barang dari toko online ini. Karna kebetulan hanya ada Jonathan yang di rumah, alhasil ia juga lah yang menerima paket tersebut.

"Waalaikumsalam"

"Ini bener rumahnya atas nama Kamelia Azizah?" Ungkap sang kurir guna memastikan jika alamat rumah tersebut benar adanya. Dan itu segera di jawab oleh Jonathan yang masih berdiri di ambang pintu dari dalam sedangkan sang kurir masih di luar dengan kotak paket di tangannya yang masih di cek.

"Iya bener kenapa, Mas?" Jawabnya dengan sedikit sengak pada snag kurir, sepertinya ia sudah bosan setiap iaibur dari kegiatan di kampus niatnya fi rumah mau bersantai tanpa ada pengganggu satu pun. Namun, itu tidak bisa ia rasakan kerna entah kenapa setiap Jonathan berada di rumah selalu saja ada kurir paket, entah siapa yang pesan tetapi selalu saja.

"Silahkan tanda tangan disini, Pak. Dan maaf, izin mengambil gambar anda untuk bukti terima" Ujar sang kurir setelah berhasil menyerahkan kota paket tersebut pada Jonathan, dan sialnya lagi untuk kesekian kalinya wajah tampan itu kembali terekspos kedalam galeri dang kurir untuk kesekian kalinya.

"Udah kan, gih pergi. Makasih paketnya" Ketus Jonathan pada sang kurir yang segera meninggalkan pekarangan rumah itu sedikit kesal karena perlakuan Jonathan padanya.

"Ganggu aja dah, lagian kenapa sih mesti banget klo gue dirumah kurir paket mulu yang nyamperin, Herman"

Gerutunya pada orang rumah yang selalu saja pesan paket, mengganggu waktu santai saja, dan kenapa harus banget di waktu pagi, waktu yang sangat berharga untuk Jonathan, karena waktu itulah dirinya sedang bersantai menyeruput kopi dengan gorengan yang masih hangat yang tersaji di piring kaca itu. Namun, gagal menghirup udah segar di pagi hari karena terganggu oleh ketukan pintu dari sang kurir jahanam katanya.

"Au dah mending, kabari si Clara ajak makan. Laper juga ngurusin paket nggak guna ini" Ia berlenggang menuju kamar nya untuk bersiap, mengenakan baju sedikit parfum dan selesai, tanpa mandi. Karena pikirnya jika ia tidak mandi saja sudah tampan seperti ini, apalagi kalo dia mandi pasti lebih-lebihkan, dan dia tau jika Allah tidak suka orang berlebihan, itulah prinsip ganteng ala, Mas Joko.

"Makan bareng Clara, me time bareng Siska, malem sleep call sama Dinda. Cocok!" Ungkapnya setelah menghitung jari menyusun rencana untuk hari ini sembari menjetikkan jarinya sambil tersenyum dengan mata yang menyipit seperti bulan separo kata Jian.

"Ibuk. Ampun buk, jangan marah dulu, Mas gini karena bosen dirumah, jangan di jewer ya ibuk, hehehe. Mas, berangkat dulu, Assalamu'alaikum" Ucap nya menyatukan kedua telapak tangan nya menjadi satu sambil terdongak kepalanya melihat langit-langit rumah, bak seperti memohon pada sang ibuk yang telah tiada di atas sana.

Jonathan pun melangkah keluar dari rumah itu, menggunakan motor yang ia pinjam dari sahabatnya di kampus, kemarin dengan alasan yang sudah pasti bohong oleh pemuda itu, namun aneh nya sang sahabat tetap lah percaya dengan alibi yang Jonathan buat demi berhasil mendapatkan pinjaman motor tersebut, dan tetap bisa menjalankan aksi nya bermain dengan gadis-gadis tajir itu.

Dan kalian berharap jika Jonathan akan seperti, pemuda lain nya atau sama dengan saudaranya yang lain, oh tentu tidak, harapan Anda terlalu tinggi nona.

****

"Hallo, Assalamu'alaikum, Mas~ kapan pulang?" Ucap gadis bungsu itu kala sedang bertukar kabar dengan kedua kakaknya yang sedang berada di perantauan itu.

"Waalaikumsalam, Ndok~ sehat?" Tanya Hendra dari balik sana.

"Allhamdulilah, Mas gimana?"

The Seven BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang