Prolog - Pertemuan Antara Kita

58 25 3
                                    

Bandung, Januari 2005

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bandung, Januari 2005.

Seorang gadis kecil berumur sembilan tahunan itu tak sengaja melemparkan batu kerikil yang sedang dimainkannya hingga kerikil itu terjatuh dan mengenai sepatu seseorang.

"Aduh!" Gadis itu terlihat panik.

Begitupula juga dengan teman-temannya yang lain. Saat ini mereka sedang bermain suramanda di depan rumah gadis yang tak sengaja melempar tersebut.

"Ih, Mala. Aku ngga mau ikutan ya kalo kamu dimarahin." Ucap salah satu temannya.

Gadis kecil yang bernama Kemala itu mendekat ke arah seseorang yang tak sengaja ia lempari batu.

"Maafin aku, tadi aku ngga sengaja." Ucap Kemala sembari menangkupkan kedua telapak tangannya.

"Main tuh hati-hati." Ucap anak kecil laki-laki seumurannya itu dengan jutek.

Kemala mengerucutkan bibirnya. Respon anak itu membuat Kemala merasa sedikit sebal.

"Dirga, ayo masuk." Ucap seorang wanita berumur tiga puluh tahunan kepada anak kecil laki-laki itu.

Kemala hanya diam menyimak sebelum akhirnya wanita itu menoleh ke arah Kemala.

"Halo, cantik. Siapa nama kamu?" Tanya wanita itu.

Kemala mengerjap polos. "Mala, tante."

Wanita itu tersenyum lembut kemudian menyamakan tinggi badannya dengan Kemala.

"Kenalin nama tante Farah. Oh iya, rumah Mala dimana?" Tanya wanita bernama Farah itu.

Mala menunjuk rumah minimalis modern yang berada di hadapannya.

"Loh itu rumah Mala? Mala anaknya Gahyaka?" Tanya Farah senang.

Kemala mengangguk. Ia tahu nama Bundanya adalah Gahyaka.

"Wah, rumah kita deketan, ya. Rumah depan kamu ini sekarang jadi rumah tante." Sahut Farah ramah sembari menunjuk rumah besar yang berada persis di depan rumah Kemala.

Kemala menatap dengan tatapan berbinar. "Wah, rumah gede itu punya tante sekarang?"

Farah mengangguk antusias. "Oh iya kenalin ini anak tante namanya Dirga. Kapan kapan kalo Mala mau main sama Dirga boleh banget langsung ke rumah tante aja."

Kemala tentu saja sangat kegirangan mendengar penuturan Farah. Ia membayangkan di dalam rumah besar bergaya tropis itu banyak sekali mainan barbie dan boneka yang ia sukai.

Tatapan Kemala beralih kepada anak laki-laki seusianya yang sedang menatapnya dengan jutek.

"Hai, Dirga. Kenalin aku Mala."

Bocah laki-laki itu tak merespon sapaan Kemala sama sekali. Bocah itu justru berbalik badan dan memilih pergi meninggalkan Kemala membuat Kemala menatapnya tak percaya.

Hai, DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang