Sadewa Sinting Aswangga

2 1 0
                                    

"Pagi Alula Delista."

Suara bariton milik Dewa kembali menggema. Alula yang mendengar suara Dewa langsung mengarahkan pandangannya ke arah pintu masuk. Cowok jangkung yang tengah memakai jersey basket dengan nomor punggung 8 tengah berjalan ke arahnya.

"Berisik!"

Alula menutup telinganya. Dewa semakin mempercepat langkahnya mendekatkan diri ke Alula.

Pagi ini kelas belum terlalu ramai. Teman-teman Alula lainnya akan tiba sekitar lima menit sebelum bel atau bahkan saat bel masuk berbunyi mereka baru datang. Saat ini hanya ada Dewa, Alula dan Eshal.

"Lu kalau sama Alula bisa seberisik itu ya? Padahal kalau di depan fans-fans lu itu, lu kayak kulkas berjalan, dingin."

Eshal yang sedang melakukan piket kelas paginya ikutan nimbrung dengan percakapan Alula dan Sadewa.

"Biasalah, Shal. Seorang Sadewa Aswangga itu cuek di luar sana sebenarnya itu sebagian dari ritual pelet yang dia jalani," ucap Alula asal.

Dewa yang sudah biasa mendengar celotehan asal Alula, malas menanggapinya.

"Ayang ... pagi ayang..."

Baik itu Alula maupun Eshal terperanjat mendengar suara cempreng bak kaleng rombeng masuk menusuk gendang telinga mereka.

Dia Dwi Putri, teman sekelas Alula sama seperti Sadewa dan juga Eshal.

"Apa tadi yang dia bilang, Shal? Gua salah denger kah? Ayang? Ayang? Mereka jadian?" tanya Alula heran.

Eshal yang juga ikut kaget mendengar kata yang diucapkan oleh Dwi ikut terperanjat.

"Demi apa sumpah, perasaan besti lu baru aja jadian sama Lulu anak kelas sebelah ini kenapa sekarang udah ayang-ayangan sama Dwi?" tanya Eshal kembali.

Alula yang tidak paham dengan cara kerja otak Sadewa memilih mengedikkan bahunya.

Alula melirik ke arah Dewa yang sudah duduk manis di sebelahnya, sedangkan Dwi berada tepat di kursi depan meja Dewa.

"Lu jadian sama Dewa, ya?" Alula yang sudah tidak tahan akan rasa penasarannya akhirnya menanyakan itu kepada Dwi.

"Iya dong. Gua Dwi Putri bisa pacaran sama cowok terganteng seantero sekolah," jelasnya bangga.

"Cih! Paling juga beberapa jam kemudian lu diputusin. Setelahnya lu nangis guling-guling," sarkas Eshal.

Dewa yang mendengar ucapan sarkas Eshal barusan hanya tersenyum kecil.

"Bilang aja kalian cemburu, apalagi lu Alula. Buat apa sahabatan bertahun-tahun tapi gak bisa buat dapetin hatinya. Kayak gua dong, langsung jadi pacarnya," ucap Dwi semakin bangga.

Alula menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Jadi maksud lu pacaran sama Dewa itu sebuah kebanggaan? Dasar gadis sinting!"

Alula berjalan keluar, kesel dengan hinaan Dwi barusan.

"Lu gak papa kan, La?"

Eshal mengikuti Alula keluar.

"Gak, gua gak papa. Gua cuman kesel aja kok ada sih orang mulutnya kayak si Dwi. Perkara jadi pacarnya Dewa aja bangga. Ih! Sumpah kesel banget gua."

Eshal yang melihat Alula kesal hanya diam sambil mengamati sesuatu.

"Lu kayak gini bukan lagi karena cemburu 'kan, ya?" tanya Eshal memastikan.

Akibat pertanyaannya Eshal dihadiahi sebuah tatapan elang tajam dari mata Alula.

Alula & Her Love Story (Published)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang