Part 01: Boneka Kelinci

30 3 3
                                    

 "Happy Reading!"

-
-
-
-
-
-

   Gelak tawa sekelompok pemuda terdengar dari belakang sekolah. Mereka mentertawakan seorang gadis cantik berambut pirang pendek jatuh tersungkur. Bola mata berwarna biru cerah tersebut memohon kepada Rafael, cowok populer di Ember High School tersebut memberikan kembali boneka kelincinya.

    Rafael tertawa puas dan terus mengolok-olok Moana. "Haha, untuk apa boneka kelinci ini hmm? Lagian kau tuh udah besar. Udah SMA lagi, kenapa bawa boneka kayak gini di sekolah? Dasar bocil!" ejeknya di selingi oleh tawa dari teman-temannya.

Moana cemberut segera berdiri dan merebut boneka kelinci itu kembali dari tangan Rafael. Namun, boneka kelinci tersebut semakin naik ke udara. Sehingga Moana tidak dapat meraih boneka itu karena perbedaan tinggi yang jauh.

"Berikan padaku Rafael?! Lagian kenapa kau merebut bonekaku. Apa kau ingin bermain dengannya?!" kata Moana nada marah tetapi mimik cemberut tak bisa hilang dari wajah imutnya tersebut.

  Rafael tertawa puas mendengarnya. "Aku bermain dengan boneka ini? Mending aku patahkan leher boneka ini, Moana." ucapnya tersenyum lebar. Rafael mencoba untuk merobek boneka Moana.

  Moana berusaha merebut tetapi teman-teman Rafael lainnya mencegah gadis itu. Suara tantrum Moana terdengar sambil tubuh merontah dari genggaman tangan teman-teman Rafael. Sedangkan Rafael malah menikmati suara tantrum Moana.

Dasar bocil cengeng, batinnya terasa puas.

  Akibat suara tantrum Moana yang gak bisa diam. Tiba-tiba muncul seorang pemuda, berteriak kencang untuk menghentikan tindakan bullying di sekolah. Karena bullying di sekolah di larang garis keras. Semua pandangan murid tersebut mengarah ke pemuda yang menjadi pahlawan sok kesiangan. Tahu, kalau sekarang masih pukul tujuh pagi.

  Jonathan Rian, itu nama pemuda yang kini muncul menjadi Hero. Menyelamatkan siswi intimidasi di sekolah. Ia mengarahkan salah satu tangannya ke arah Rafael, di genggaman Rian itu ada cermin berwarna pink. Rafael dan teman-temannya saling beradu pandang lalu ketawa melihatnya.

"Apa-apaan yang ada di tangannya itu?! Cermin? Hahaha!" tawa Rafael melihat Rian membawa cermin sebagai pedang menyelamatkan dunia.

  Rafael bukannya takut, malah tertawa terbahak-bahak. Rian bodoh amat dengan tawa puas Rafael. Ia kembali berdiri tegak dan tangan yang menggenggam cermin penyelamat masih menodong ke arah Rafael. Wajah Rian menjadi serius. Angin semilir menggoyangkan beberapa helai rambutnya pelan.

  Moana tersenyum melihat Rian datang menyelamatkannya. "Rian, tolong aku?! Rafael merebut bonekaku. Tolong ambilkan!" pintanya memohon.

Mata Rian terbelalak mendengar sebab akibat pembullyan ini terjadi. Ia menatap Rafael yang masih tertawa hingga mata pemuda itu, berair.

"Kau jangan tertawa mulu. Tersedak ludah sendiri baru tau." kata Rian. Tak berselang lama, ucapan adalah doa. Rafael tersedak ludahnya sendiri.

"Huk, huk! Kurang ngajar kamu! Nyumpain aku!" kata Rafael menatap tajam Rian.

Rian cemberut. "Ucapan itu adalah doa. Lagian kau dari tadi ketawa mulu. Berterima kasih lah padaku, cuman tersedak ludah sendiri, bukan lalat yang masuk ke mulutmu."

Rafael terbelalak mendengar ucapan Rian yang baginya kurang sopan. "Kau berani sama aku, ha! Sini maju, berantem sama aku!" tantang Rafael membuang boneka kelinci itu ke sembarangan arah.

Moana yang melihat bonekanya di lempar ke udara dan mendarat ke genangan air. Gadis itu berusaha melepaskan diri dan akhirnya terbebas, berlari ke boneka kelinci tersebut.

Bukan Sembarang BotyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang