Part 02. Keren tapi takut sama boti

10 1 0
                                    

Happy reading!
-
-
-
-
-

"Es batu itu dingin seperti sikapmu padaku yang amat dingin hingga aku harus jadi api agar sikapmu bisa meleleh denganku." gumam salah satu pemuda yang kini bersandar di salah satu loker sambil membawa buku note di genggamnya.

  Buku note kecil itu terlalu berharga untuknya sebab penuh tulisan pena yang penuh kalimat puitis. Bulu mata lentiknya membuat pemuda tersebut memiliki daya tarik menggoda. Di tambah lagi warna rambutnya sama seperti warna mata, berwarna biru. Rambutnya yang panjang sebahu ia kuncir ke belakang. Kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya membuat ia terkesan kutu buku yang keren.

  Yolan Wijaya, pemuda yang dikenal sebagai kutu buku dan membawa ketenangan. Dirinya suka membuat kalimat menenangkan seperti halnya kisah cinta. Yolan juga beranggapan kalau dirinya bisa menjadi dokter cinta untuk seseorang yang patah hati.

"Aku tidak peduli seberapa kerasnya dirimu seperti batu akik Thanos tapi cintaku padamu sangatlah kuat karena aku bisa mengangkat palunya, Thor." kata Yolan membenarkan kacamatanya yang melorot sambil tersenyum miring.

  Rian yang mendengar Yolan mengatakan hal aneh, memincingkan sebelah mata. "Ey! Yolan! Kau ini kenapa tiba-tiba bahas avanger?" tanyanya sesekali melihat cermin di bawahnya.

Yolan menutup buku di genggamnya dan menoleh ke Rian. "Rian, kenapa kau datang ke sini? Aku tadi hanya mencari kata-kata yang bagus. Kau tahu lah, tiba-tiba pikiranku tuh banyak ide membuat kata-kata mutiara." katanya dengan pede.

"Kata-kata bahas avanger?" tanya Rian mengerutkan kening.

"Haha, gak lah. Ekhm, apa kau mau dengar?" katanya sambil memegang dagu. Masih bersandar di loker melirik ke arah Rian di balas anggukkan.

"Kenapa cinta disebut gila dan buta? Karena aku sudah tergila-gila denganmu dan buta karena cintaku padamu." kata Yolan terkekeh mendengar kalimat yang baru saja ia buat.

"Bagus gak, Rian?!" katanya melirik ke arah Rian.

Rian tertawa sambil menutup mulutnya. Mendengar apa yang dikatakan Yolan barusan. Lalu Rian memukul bahu Yolan sampai meringis kesakitan. Sedangkan Rian tertawa mendengarnya lalu berhenti memukul Yolan.

"Sakit banget kalau kau mukul." keluhnya menggosok bahu kirinya bekas pukulan Rian.

Rian hanya tertawa puas mendengar kalimat yang baginya itu lucu. Lalu ia memerhatikan Yolan. "Yolan, kenapa kau tidak pergi cari pacar aja? Pasti gadis-gadis akan klepek-klepek sama kamu dan di bilang kamu pemuda paling romantis." kata Rian membuat Yolan menghela nafas kasar.

  Ia kembali membuka bukunya dan menulis kalimat yang tadi ia buat tadi di tulisnya. Yolan sama sekali tidak berminat pacaran sekarang dikarenakan ia pernah patah hati dengan salah satu gadis. Saat itu, Yolan gak tau lagi harus ngapain lagi, ia benar-benar putus asa dan seolah hidupnya beneran hampa sampai akhirnya ia menemukan hobi baru.

Hobi baru yaitu membaca buku. Setiap hari ia membaca buku dan menemukan kalimat-kalimat indah mengenai cinta.

"Cinta itu indah bagai bunga yang bermekaran. Tetapi cinta itu tak selalu indah seperti bunga bermekaran yang indah, suatu hari bunga itu akan layu dan layu. Pada akhirnya kuncup dan mati!" kata Yolan menutup bukunya, menatap ke depan.

Mata Rian terbelalak mendengar kalimat tersebut. "Huh, pasti kisahmu menyakitkan." katanya sedikit mengigit bibir, tidak bisa membayangkan betapa kelamnya kisah cinta si Yolan.

"Makanya aku gak mau melakukan kesalahan yang sama lagi." kata Yolan melirik ke Rian.

"Memangnya kamu putus dengan pacarmu? Karena apa?" tanya Rian penasaran.

Bukan Sembarang BotyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang