02 ; [Pendekatan Dengan Permen]

142 17 4
                                    

Dalam perjalanan tanpa suara nyatanya Jay yang bersuara lebih dahulu, "Habis ini belok mana Jake?"

Jake tersentak, "Eh? Itu ke kanan ya abis itu ke perumahan Senopati, nanti nomor 4 tinggal lurus kok."

Sepertinya Jay tidak asing dengan alamat itu. Begitu mereka sampai di rumah yang katanya rumah Jake, tidak ada alasan lain Jay tidak terkejut kecuali...

"Oh nak Jay, sini masuk dulu."

Jay tersenyum canggung, "Iya tante Baekhyun."

Jake yang sudah turun dari motor milik Jay ikut terkejut, "Kamu kenal sama bundanya Jake?"

"Iya Jake, temennya nyokap gue sih. Gue boleh masuk nih?"

Tentu saja si pemilik rumah tidak ingin menghalangi pertemanan kedua ibu mereka, "Boleh banget! Ayo masuk dulu!"

Jay sebenarnya sangat suka dengan suasana positif dari Jake. Anak itu sangat menyukai 'tersenyum', bahkan tidak bisa dihitung sudah berapa kali Jake tersenyum pada orang-orang. Jay masalah sih jika Jake tidak tersenyum padanya.

"Sini Jay, mau minum apa? Tante buatin deh."

"Gak usah repot-repot Tante, mau lemon tea aja."

Baekhyun terkekeh mendengar jawaban dari anak tunggal itu, "Baiklah, Tante buatkan ya. Kamu ngomong-ngomong dulu sama Yeyun."

Jake tentu tidak terima dengan panggilan dari sang ibu, "Ish, udah sana bunda ke dapur aja. Jangan panggil Jake begitu."

Suara dari Baekhyun sempat terdengar, "Panggilannya lucu loh, ya 'kan Jay?"

"Bundaaa..." Rengek Jake yang terlihat kesal.

Sedangkan di sisi lain, si tamu merasa sangat gemas pada pria disampingnya itu. Bagaimana bisa kini pria yang ia kira lucu biasa, hanya karena mempoutkan bibirnya jadi lucu luar biasa?

'Jangan manyun ah, minta dicium nih pasti,' ya, Jay dengan akalnya.

"Jay? Kenapa bengong?"

Jay baru saja keluar topik ternyata, ia menjawab, "Gak kok Jake, gue cuma mikir yang soal matematika tadi."

"Jake tahu jawabannya, mau belajar bareng?"

Jake dan sikap ramahnya berhasil menarik Jay lebih dalam.

"Boleh deh."

Meski Jay benci akan matematika, tapi jika dengan Jake, bolelah. Jay hanya siap-siap saja kepalanya akan penuh dengan asap setelah ini.

***

Begitu sore tiba maka Jay sudah pamit pada Jake dan ibunya Jake. Kebetulan ayahnya Jake sedang ada urusan di kantor jadi akan pulang larut. Jay yang tidak ada keperluan maka pergi saja.

Saat di perjalanan yang ia ingat hanyalah Jake. Jake ketika mengajarinya, Jake yang ternyata lebih cantik ketika menggunakan kacamata dan Jake yang amat sabar akan sikapnya. Padahal Jay suka jika Jake sedang kesal, bibirnya akan manyun sehingga ia ingin menciumnya.

"Jay pulang," kebiasaannya ketika kecil sudah terbawa hingga remaja.

"Anak mama sudah pulang, sini," ibu dari Jay, Jieun, mengarahkan sang anak duduk di sampingnya.

Jay pun tersenyum lalu duduk di samping ibu sambungnya, "Iya mama, Jay bahagia banget."

"Kenapa itu? Boleh mama tahu?"

"Ternyata Jake itu anaknya tante Baekhyun ya ma? Jay baru tahu soal itu."

"Iya, kamu dulu tidak mau kalo mama ajak arisan. Jadinya tidak kenal sama Jake 'kan?"

"Tapi ma, arisan itu cuma buat ibu-ibu. Masa Jay ikut, gak keren."

Jieun tertawa mendengar penuturan si anak, akan tetapi ia berhenti ketika Jay bertanya, "Tapi kenapa tante Baekhyun manggil Jake pakai Yeyun?"

"Dulunya nama kecil Jake adalah Jaeyun, tapi karena ayahnya dia tidak suka jadinya pas pemberkatan namanya Jake Sim. Tapi tante Baekhyun masih dibolehin manggil Jake pakai Yeyun, lucu 'kan?"

Jay mengangguk, "Jay mau panggil dia pakai Yeyun aja deh ma, soalnya kalo pas Jake dipanggil Yeyun dia pasti manyun."

"Haduh, jangan sampai buat anak orang kesel loh ya."

"Peace mama."

***

Pagi ini ada yang berbeda dari si anak tunggal. Sejak tadi baru saja turun dari lantai dua, senyuman tidak lepas dari bibir indahnya. Bahkan ketika sarapan dan memanaskan motor, baik Jungsuk, ayahnya, ataupun Jieun, ibunya, tidak paham dengan kondisi anak mereka. Bahkan ketika ibunya bertanya ada apa, Jay hanya akan menjawab bahwa ia tidak apa-apa.

Ternyata hari itu adalah hari menjemput Jake. Tidak seperti hari-hari biasanya yang ia akan berangkat bersama Sunghoon, kini terlihat jika Jay sudah siap akan menjemput Jake. Sedikit menempuh waktu yang cukup lama sampai tiba-tiba hatinya suram. Seketika mood yang tadinya indah kini menjadi penuh badai. Mood paling buruk.

Dihadapannya, berjarak 3 rumah, ia bisa melihat bahwa Jake pergi ke sekolah bersama pria lain.

Ia sedikit masa bodo dan melanjutkan saja perjalannya menuju ke sekolah. Sepertinya ia kesal karena sia-sia menempuh jarak 2 kilometer demi tidak bersama dengan Jake untuk pagi itu. Ia pastikan nanti ketika jam pulang, ia akan bersama dengan Jake.

Karena jam masih menunjukkan pukul 6.40, maka Jay mampir sejenak ke sebuah minimarket. Dia membeli rokok, minuman dan roti untuk dimakan saat pelajaran nanti. Tentu rokok digunakan di atap bersama Sunghoon. Baru saja hendak membayar tapi sebuah tangkai permen mengalihkan perhatiannya.

'Jake pasti demen yang manis-manis, makanya senyumnya bisa manis banget,' alibi yang Jay ciptakan dapat membuat penjualan permen lolipop menjadi naik.

Karena tersisa 15 menit lagi maka Jay tempuh 3 kilometer dengan santai sambil sesekali meminum kopi di pagi hari. Meski sudah sarapan dengan nasi goreng buatan sang mama, perutnya masih tetap diisi kopi.

Begitu sampai di sekolah, tepat ketika ia masuk, pintu gerbang sudah ditutup. Tanpa basa-basi, Jay langsung memarkirkan motornya kemudian berjalan ke arah kelas. Tapi sayangnya dia melewati kelasnya untuk ke sebuah kelas lain.

"Kenapa kak Jay di sini?" Tanya Jungwon yang kebetulan sehabis dari kamar mandi.

Jay membalikan badannya, "Panggil Jake suruh ke sini, won."

Sebelum masuk ke dalam, Jay memberikan lolipop pada Jungwon, "Dari Sunghoon."

"Eh? Terima kasih," jawab Jungwon kemudian memasuki kelas dengan berbunga-bunga.

Hanya perlu menunggu 1 menit sebelum akhirnya Jake berdiri dihadapan Jay sekarang juga. Rasanya sangat menyenangkan dan sangat menegangkan saat mereka bertemu begini. Apalagi untuk hari ini, Jake menambahkan pita hitam pada rambutnya. Apa ini untuk menggoda dirinya?

"Lu pakai pita?"

Pertanyaan aneh.

Jake juga menjawabnya, "Tadi habis make cover gitu."

Setelah mendapat balasan, Jay merutuki dirinya. Ia bodoh karena tiba-tiba saja ia melihat Jake melepas pitanya. Padahal itu membuat Jake lucu berkali-kali lipat dari manyun. Ia harus banyak-banyak mempersiapkan stok pita.

Jay akhirnya menyerahkan permen, "Buat lu. Dimakan ya, nanti kalo kurang bilang."

Tanpa menunggu sepatah kata lagi, Jay berlalu dari  tempat itu.

tbc.

OBSESSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang