03 ; [Kisah Persahabatan]

110 14 0
                                    

Begitu melihat Jay yang menjauh, tentu Jake ditinggalkan dengan sebuah kebingungan. Bagaimana dan kenapa ia melakukan ini, tapi masa bodo. Jake berjalan ke dalam kelasnya. Seketika ada Jungwon yang melihat ke arahnya.

"Cie - cie, dikasih apa sama kak Jay?"

Setelah duduk barulah Jake menjawab, "Ini permen."

"Oh, dia juga kasih ini katanya dari Sunghoon," ujar Jungwon yang memperlihatkan permen yang sama persis dengan apa yang Jay berikan pada Jake.

Sunoo datang dari luar kemudian duduk di depan bangku Jungwon, "Kok kamu beli permen sih, Jake? Katanya kamu lagi sakit gigi?"

"Aku emang nggak beli, ini dari Jay."

"Cie - cie, aduh apa jangan - jangan nih Jay itu suka sama kamu? Tapi katanya dia suka sama Yuna?"

"Apa ya bawa nama gue? Loh, katanya lagi sakit—" baru saja Yuna akan berkata, tapi Jake memberikan permennya.

"Ini buat kamu aja, gigiku lagi sakit."

"Oh? Dari siapa emangnya?"

"Jay," jawab Jake dengan singkat kemudian ia membaca buku pelajaran.

Yuna tersenyum senang, "Thank you ya Jake."

Melihat temannya yang pergi dengan perasaan senang membuat Jake juga bahagia. Bahkan meski Yuna sudah duduk pada bangkunya sendiri, Jake masih tersenyum. Begitulah rasanya berbagi kebahagiaan dengan teman - teman. Ia juga harus bisa bahagia disaat yang lainnya bahagia.

Jake memang tipe orang yang akan bahagia disaat orang lain bahagia juga. Semenjak dia mulai memasuki lingkungan sekolah, Jake yang akan menyapa lebih dahulu, Jake yang akan memberitahukan namanya lebih dahulu sampai sekarang tidak bisa dihitung berapa banyak teman yang ia miliki. Bahkan ketika baru saja ia pindah seminggu ini, ada Jungwon, teman masa kecilnya juga yang menemani.

Pertama kalinya Jake memasuki kelas, Jake hanya terpaku pada Jungwon. Tapi begitu ia menyapa dan ia menerima respon positif maka ia baik - baik saja. Ia justru terlihat seperti anak sosial. Semua orang ia berikan senyuman dan semua orang berhak ia sapa. Meski hanya dengan 'hai' tanpa nama.

Guru-guru senang jika Jake bisa menjadi contoh yang baik sebagai siswa kepada yang lainnya. Sayangnya meski begitu Jake tidak ingin mengikuti keorganisasian seperti itu lagi. Entah itu OSIS atau hubungan sosial lainnya. Jake lebih memilih mengikut ekstra musik bersama dengan Sunghoon.

Jadi bisa dibilang, seminggu ini Jake sudah sedikit akrab dengan Sunghoon. Meski terkadang masih canggung juga.

***

"Goblok lu."

Handphone yang tadinya tertidur kini ia buat berdiri. Yang awalnya menampilkan arena bertanding sekarang hanya berisi chat - chat dalam aplikasi hijau saja. Pemilik handphone itu adalah Jay yang kesal karena kalah bermain dengan Sunghoon. Sebenarnya ini sudah kali ke 4 jam itu digunakan untuk bermain ponsel.

Sunghoon menghisap kembali rokok ditangannya, kemudian ia berujar, "Lu serius suka sama Jake Jake itu? Udah putusin si Isa?"

"Udah kemarin malem, lu mau tahu nggak, hoon?"

"Apaan?"

Jay menunjukkan room chat yang sudah terblokir dari sebrang. Begitu melihat apa saja yang dibicarakan tentu Sunghoon tertawa. Pemilik handphone juga ikut tertawa. Bahkan hampir saja rokok pada jemari Jay menyulut Sunghoon.

"Emang semua cewek begitu, Jay."

Jay mengangguk, "Gue tahu. Paling juga cuma semalem. Gue yakin nih cewek punya banyak di belakang gue. Bodo amat juga, gue cuma Nerima dia karena TOD dari lu sama bang Heeseung."

"Bagus - bagus, terus lu mau gebet Jake ya?"

"Doain," begitu satu kata berujar, Jay kembali menyamankan duduknya pada sebuah sofa kusam.

"Jungwon tahu lu di sini?"

Sunghoon menggeleng, "Tadi katanya mau ngurus PMR ditemenin Jake, sekarang pasti lagi di UKS."

"Sama Jake? Lah? Jake anak PMR?" Tanya Jay yang kini asyik scroll aplikasi satu huruf.

Tidak mendapat jawaban akan tetapi Jay melihat Sunghoon menggeleng. Tidak ada topik akan tetapi suara langkah kaki mampu membuat Jay dan Sunghoon menoleh pada pintu yang tertutup. Sebuah tangan pasti membukanya dari luar, seseorang berdiri dibaliknya.

"Bagus ya, siang-siang begini udah bel tapi belum masuk kelas?"

Ternyata Jungwon bersama Jake ada di sana. Sebenarnya hanya Jungwon yang berkepentingan, tapi Jake juga harus ikut karena jujur, Jake belum hafal semuanya. Tadinya mereka baru saja akan pulang ke kelas dari UKS, tapi ada seorang guru meminta bantuan mencari dimana Jay dan Sunghoon yang menghilang. Jungwon, kekasih Sunghoon tahu dimana kekasihnya bersama sepupunya itu berada. Jadi, tanpa babibu ia mengajak Jake ke atap gedung kelas mereka yang memiliki 3 tingkat saja.

Kembali pada sekarang, Sunghoon sudah menerima tarikan pada telinganya dan diajak keluar oleh Jungwon. Begitu sampai di luar, Jungwon terlihat memerah karena pasti ia marah.

"Jungwon, kasihan itu Sunghoon."

Jungwon menoleh pada Jake, "Muka-muka Sunghoon nggak pantes dikasihani. Nanti yang ada malah ketagihan."

"Ketagihan ciuman boleh kali, yang."

Baik Jungwon, Jake dan Jay yang ikut keluar setelah mematikan rokok hanya bisa menghela nafas. Melihat Sunghoon dan Jungwon yang berjalan ke arah pintu turun, Jay menahan tangan Jake. Yang tergenggam juga tidak memberikan reaksi apapun.

Jay menarik tangan Jake kembali memasuki ruangan kecil yang berisi sofa juga meja kusam. Di sana Jay mengurung Jake dalam dua tangan. Tatapan mereka bertemu, Jay lebih mendalami bagaimana wajah yang kini menatapnya penuh keterkejutan.

"Jay, kamu—"

"Shut, diem dulu Jake."

Pada nyatanya Jay memilih merekam bagaimana manis dan cantiknya Jake saat ini. Detik ini kedua mata indah Jake menatap pada dua mata tajam milik Jay. Lalu apa dengan kedua pipi yang membesar itu akan membuat Jay semakin suka? Bagaimana dengan bibir plum itu? Bibir yang mengembang sempurna dengan warna buah persik. Ia tidak yakin akan bisa mengalihkan perhatiannya sekarang.

Tapi begitu Jake akan kembali berbicara, Jay tidak suka. Jay menyuruh Jake untuk diam sejenak bukan?

Maka benar, Jay membuat Jake terdiam. Kedua belah bibir yang dipertemukan menjadikan ciuman pertama bagi keduanya. Baik Jake yang tiba-tiba menutup kedua matanya atau Jay yang mulai menggerakkan bibirnya, mereka menahan detak yang terlalu cepat berlalu. Tidak ada yang sanggup bergerak lebih dulu. Jay merapatkan tubuhnya maka Jake dengan sekali gerakan juga menaikan pandangannya.

Jake harus mendongak lebih untuk membiarkan bibirnya bersentuhan dengan bibir Jay dalam waktu lebih lama. Sejenak terlena akan ciuman 30 detik membuat Jay menjauhkan wajahnya. Ia lihat kedua pipi Jake memerah dan benang saliva ia bersihkan.

Sungguh pemandangan terindah yang pernah ia lalui dalam berhubungan.

"Cantik."

— tbc.

OBSESSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang