Pagi mulai menjemput, kegelapan yang menelan apartemen milik Haechan seketika digantikan oleh cahaya sang mentari yang menerobos masuk dari jendelan besar di ruang tengah apartemen mewah tersebut.
Si pemilik apartemen sendiri kini sudah terlihat rapih dalam balutan kaus putih dan jaket kulitnya yang dipadukan dengan jeans hitamnya. Tidak lama suara bel apartemennya memecah keheningan.
Dengan segera si pemilik apartemen berjalan ke arah pintu apartemennya dan beberapa detik kemudian wajah familiar seorang pemuda menyambut matanya. Tidak membuka suaranya sama sekali, Haechan dengan segera beranjak masuk meninggalkan sang tamu yang sedang tertegun di tempatnya.
"Kau habis berperang atau bagaimana?" Tanya Mark yang merupakan tamu dari Haechan.
"Siapa yang masih berhubungan dengan Donghyuck?" Bukannya menjawab pertanyaan Mark, Haechan malah melontarkan pertanyaan lain yang mengundang tanda tanya di kening Mark.
"Hah? Mana aku tau? Bukannya dia bersama hyungmu di Swiss?" Sahut Mark dengan nada herannya. Sebenarnya Haechan menyuruhnya datang di pagi hari saja sudah aneh, ditambah keadaan apartemen si pemuda tan yang begitu kacau dan pertanyaan mengenai Donghyuck. Sepertinya Mark mulai paham arah pembicaraan Haechan.
"Jangan bilang ini semua gara-gara Donghyuck dan Renjun?" Tebak Mark yang mengundang tatapan dingin Haechan.
"Kau punya nomor Jeno?" Tanya Haechan lagi.
"Jeno? Memangnya kau tidak punya nomor barunya?" Mark balas bertanya, sepertinya ia lupa kalau Haechan memang tidak terlalu dekat dengan Jeno. Sejak dulu Jeno memang lebih dekat dan lebih mengenal Donghyuck dibandingkan teman-teman satu geng Haechan dan Donghyuck yang lain.
"Kau hubungi Jeno, aku harus pergi ke satu tempat." Datar Haechan yang kemudian menyambar kunci mobilnya dan beranjak pergi, meninggalkan Mark yang masih terdiam di tempatnya sembari menghembuskan nafasnya kencang.
"Hhh...dan terjadi lagi pertengkaran saudara kembar gila." Gumam Mark sembari mencari satu nama di kontak ponselnya. Sudah Mark tebak sejak awal, Donghyuck dan Haechan itu sama bukan? Artinya tidak akan ada yang menyerah sampai salah satu diantara keduanya mati.
Sebenarnya Mark tidak ingin menyalahkan siapapun disini, tapi Mark rasa jika Renjun tidak terlibat lebih jauh dengan si kembar, mungkin permasalahannya tidak akan sepanjang dan serumit ini.
Mobil sport berwarna biru tersebut terlihat membelah jalanan kota Seoul yang terlihat cukup sepi dipagi hari. Si pengemudi bahkan tidak menghiraukan kecepatan mobilnya saat ini. Pikirannya hanya terfokus pada tempat yang menjadi tujuannya.
Sekitar dua puluh menit lebih, akhirnya mobil sport milik Haechan berhenti tepat di parkiran sebuah gedung apartemen yang dulunya merupakan apartemennya dengan sang saudara kembar.
Tanpa membuka suaranya Haechan dengan segera memacu kedua kakinya. Wajahnya terlihat begitu dingin dan tidak bersahabat, membuat siapapun yang melihatnya saat ini secara otomatis akan menjaga jaraknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil's Triangle : ESCAPE
RomanceRenjun pikir dirinya sudah lepas dari jeratan dan perangkap yang dibuat Donghyuck. Tapi ternyata semuanya hanya angan-angannya, karena nyatanya ia masih terperangkap di dalam penjara yang diciptakan oleh Donghyuck. Benar yang dikatakan Yangyang, tid...