09 : Cold Night

2.1K 197 28
                                    

Ruangan serba putih tersebut terlihat cukup ramai diisi oleh seorang dokter dan tiga orang perawat yang baru saja menyelesaikan kewajiban mereka. Tak jauh dari ranjang rawat yang diisi oleh seorang pemuda tan, terdapat dua pemuda lain yang tengah duduk tenang di atas sofa.

"Jangan banyak bergerak dulu, lukanya memang tidak mengenai daerah vital tapi tetap saja harus hati-hati." Ucap sang dokter pada si pemuda tan yang hanya diam sembari menatap lurus pemandangan di luar jendela kamar rawatnya. Membuat Mark, yang semula duduk di atas sofa pun beranjak berdiri disusul oleh Jaemin.

"Kalau begitu kami permisi dulu ya, tolong ingatkan pasien untuk tidak banyak bergerak." Sang dokter kembali membuka suaranya, kali ini pada Mark karna Haechan yang terlihat enggan terlibat dalam percakapan.

"Baik dokter, terimakasih banyak." Sopan Mark sembari menundukkan kepalanya, begitu juga dengan Jaemin. Membuat sang dokter dan tiga perawat disana mengulas senyumnya dan beranjak pergi, meninggalkan Mark dan Jaemin yang masih terdiam di tempatnya sembari melirik Haechan yang tidak bergeming di tempatnya.

"Hyung kau belum sarapan kan tadi pagi?" Tanya Jaemin pada sang tunangan dengan suara kecilnya.

"Loh iya? Aku lupa..." kaget Mark, gara-gara Haechan menelfonnya pagi-pagi dan memintanya bergegas ke apartemen si pemuda tan membuat Mark melupakan sarapannya.

"Aku belikan dulu sarapan." Lembut Jaemin lagi yang berniat beranjak pergi, tapi langkahnya lebih dulu ditahan oleh Mark. Membuat si pemuda Na mengerutkan keningnya bingung.

"Kita pergi bersama saja, aku yakin Haechan lebih senang sendiri untuk sekarang." Ujar Mark yang kemudian beranjak pergi dengan tangannya yang bertautan dengan tangan Jaemin, meninggalkan Haechan yang sama sekali tidak bergerak atau pun menghiraukan keduanya.

▪︎
▪︎
▪︎

Sekitar satu jam lebih, Haechan yang tengah memejamkan kedua matanya pun perlahan membuka kembali iris tegasnya saat telinganya mendapati suara pintu ruangannya yang dibuka. Tidak lama kehadiran seorang pria paruh baya dengan seorang wanita muda cantik mengambil fokus Haechan.

"Bagaimana keadaanmu? Appa dengar Dong-..."

"Untuk apa Anda kemari?" Belum sempat Jongin membuka suaranya, Haechan sudah lebih dulu memotong ucapannya dengan nada datar.

Jongin yang mendapati sambutan dingin putranya pun mencoba mengulas senyum paksanya. Terlebih saat ini disampingnya terdapat putri dari calon besannya.

"Apa tidak boleh seorang ayah mengkhawatirkan putranya sendiri?" Tanya Jongin dengan senyum paksanya, yang mengundang dengusan milik Haechan.

"Mengkhawatirkan putranya sendiri...Anda punya tiga putra, yang satu pernah hampir masuk rumah sakit jiwa dan sekarang sedang membuat kekacauan. Daripada mengkhawatirkanku lebih baik khawatirkan putramu yang gila itu." Ujar Haechan dengan tatapan datarnya.

"Oh, atau kalimat Anda yang sebenarnya adalah mengkhawatirkan perusahaan dan nama baikmu? Sudah aku katakan, aku juga seorang gay sama seperti dua putramu yang lain, dan aku tidak berminat dengan perjodohan sial-..." belum sempat Haechan menyelesaikan ucapannya, Jongin sudah lebih dulu menampar pipi putranya tersebut. Membuat Lia, putri dari Tuan Choi pun terkejut. Sedangkan Haechan hanya mendengus dan mengulas senyum remehnya.

"Anak kurang ajar." Jongin sudah dipenuhi amarah dan rasa malu saat ini.

"Eum...samcheon...aku rasa lebih baik kita kembali berkunjung lain wak-..."

"Aku tau Donghyuck mengincar pemuda menjijikan itu bukan?" Jongin memotong ucapan Lia yang membuat Lia mengerutkan keningnya, sedangkan Haechan mengeraskan rahangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Devil's Triangle : ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang