15. Rindu

1.4K 102 8
                                    

haiii, kembali lagii dengan cerita adekk! kali ini abang dan adek lagi jauhan, huhuu ╥﹏╥

Abang mau curhat sedikit tentang masa lalu nyaa. jadi dengerin abang cerita duluu, okeyy?

tolong abaikan waktu ya cayankk!

Typo, maapin hehek

selamat membaca!

‧꒰˚ʚ🎀ɞ˚꒱ ‧

Karena hari ini tidak ada jadwal kuliah, jadi Marvin dan Jemarel memutuskan untuk nongkrong sebentar di salah satu cafe.

Marvin hari ini keliatan murung, Jemarel tau alasannya. Jadi dia berusaha buat ngehibur Marvin.

"Udah lah, Vin. Ga lama juga." Ucap Jemarel setelah keduanya duduk di salah satu kursi dekat jendela.

Marvin menghela nafas berat.

"Gue bahkan ga terbiasa jauh dari Ano, Rel." Ucap Marvin sendu.

Bunda dan Ano sekarang sedang berada dirumah Nenek, dan katanya disana sangat susah sinyal. Bunda bilang Bunda ada kepentingan disana, dan Ano harus ikut, Bunda bahkan tidak tau kapan akan pulang. Bunda bukannya tidak percaya untuk meninggalkan Ano bersama Marvin tapi Bunda tau kalau Marvin sedang sibuk-sibuknya. Marvin dengan berat hati mengiyakan ucapan Bunda.

"Iya, gue tau. Tapi ga mungkin lo gini terus, Vin." Jemarel menepuk-nepuk pundak Marvin.

Keduanya hening beberapa saat, sampai ada salah satu pelayan yang menghampiri meja keduanya.

"Permisi, Mas. Mau pesan sesuatu?" Tanya pelayan tersebut.

"Vin, lo mau pesen?" Tanya Jemarel pada Marvin yang masih setia menundukkan kepalanya.

"Samain ama lo aja."

Jemarel memesan minuman dan makanan untuk keduanya, setelah itu pelayan tadi pergi.

"Bisa gila gue gini terus." Marvin mengacak-acak rambutnya sendiri.

Jemarel menggelengkan kepalanya.

"Lo napa ga ikut dah?" Tanya Jemarel penasaran.

"Bunda larang gue, Rel. Lo tau jadwal kita sekarang gimana." Marvin kembali menghela nafas berat.

"Iya, sih. Yaudah lah, Vin. Kan enak kalo gaada Ano, lo jadi bebas kan mau keluar." Ucap Jemarel yang membuat Marvin langsung menatapnya tidak percaya.

"Maksud lo?"

"Ya gitu. Kan kalo ada Ano, lo ga dibolehin main."

"Lo punya adek juga, kan? Ga mungkin lo gatau gimana rasanya jauh dari dia."

"Tapi adek gue ga ngelarang gue main, dia malah ngusir gue dari rumah. Dengan senang hati gue pergi, males deket bokem gitu." Ucap Jemarel yang sedang membayangkan wajah menjengkelkan Helvi.

"Gue mau balik." Marvin berdiri dari duduknya. Lelah sudah Marvin mendengar ucapan Jemarel.

Jemarel yang mendengar itu langsung melotot tidak terima.

"Bentar dulu! Udah gue pesenin juga, lo belum makan kan?"

Jemarel menarik tangan Marvin, yang mana membuat Marvin dengan terpaksa duduk kembali.

Beberapa menit kemudian ada salah satu pelayan yang membawa pesanan keduanya. Setelah selesai menyantap makanan, keduanya masih berada di cafe itu, keduanya memutuskan mengobrol sebentar.

Ano dan Abang [MarkNo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang