BAB 4 - Kenangan yang Terkunci

6 1 0
                                    

Setelah makan siang di kantin, aku kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran berikutnya. Meskipun pikiranku masih dipenuhi oleh pertanyaan tentang Fitri dan Edo, aku mencoba fokus pada materi pelajaran yang diajarkan.

Jam demi jam berlalu dengan lambat, tetapi akhirnya bel pulang berbunyi. Aku segera bergegas keluar kelas, berencana untuk mengunjungi rumah orang tuaku di masa lalu. Aku merasa bahwa mengunjungi rumah lamaku mungkin bisa memberikan petunjuk tambahan tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Perjalanan menuju rumah orang tuaku membangkitkan banyak kenangan. Jalan-jalan yang pernah kulewati setiap hari selama masa SMA, toko-toko kecil, dan taman bermain semuanya terasa sangat akrab. Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini, sesuatu yang membuatku merasa cemas. Meskipun semua terlihat sama, aku merasa ada nuansa yang tidak bisa kujelaskan.

Saat mendekati rumah orang tuaku, aku merasakan campuran perasaan nostalgia dan kegelisahan. Rumah itu berdiri kokoh di ujung jalan, dengan cat dinding yang mulai memudar dan halaman yang terlihat sedikit lebih rapi dari yang kuingat. Pintu depan rumah itu terkunci seperti biasanya, karena aku memang tinggal sendiri di sana sebelum perjalanan waktu ini terjadi.

Aku merogoh sakuku, berharap menemukan kunci rumah, tetapi tidak ada. Merasa sedikit putus asa, aku kemudian mengingat kebiasaan keluargaku menyimpan kunci cadangan di bawah pot bunga di sebelah pintu. Dengan cepat, aku membungkuk dan mengangkat pot bunga tersebut, tetapi tidak menemukan apa-apa di sana.

"Kenapa tidak ada kunci di sini?" gumamku frustrasi. Aku mencoba mengingat kembali apakah ada tempat lain di mana keluargaku mungkin menyembunyikan kunci cadangan, tetapi tidak ada yang terlintas dalam pikiranku.

Dengan hati yang semakin berat, aku memeriksa semua jendela di sekitar rumah, berharap menemukan salah satu yang tidak terkunci. Namun, setiap jendela terkunci rapat. Aku merasa seolah-olah rumah ini telah lama ditinggalkan, meskipun dari luar tidak ada tanda-tanda seperti itu.

Merasa putus asa dan frustasi, aku memutuskan untuk duduk di tangga depan rumah. Aku memejamkan mata sejenak, mencoba mengumpulkan pikiranku. Tidak ada cara lain untuk masuk ke rumah tanpa kunci. Dengan pasrah, aku memutuskan untuk kembali ke tempat awal aku bangun yang sekarang kusebut rumah.

Saat berjalan pulang, pikiranku terus melayang-layang. Kenangan masa lalu berbaur dengan pertanyaan-pertanyaan tentang masa kini. Saat aku sampai di jalan yang lebih ramai, aku melihat sekelompok anak kecil bermain, suara tawa mereka memberikan sedikit hiburan di tengah kebingunganku.

Namun, di tengah perjalanan pulang, aku berpapasan dengan Fitri. Gadis itu berjalan dengan kepala tertunduk, tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri. Mata kami bertemu sesaat, tapi Fitri segera mengalihkan pandangannya, seolah-olah tidak mengenaliku sama sekali.

Aku merasa dorongan kuat untuk menghentikan Fitri dan menanyakan lebih banyak tentang Edo dan misteri lainnya, tetapi aku ragu-ragu. Aku tidak ingin terlihat memaksa atau menakut-nakuti gadis itu. Kami berlalu begitu saja tanpa ada interaksi apa pun.

Saat aku sampai di rumah, aku merasa lelah dan frustasi. Aku menutup pintu dan duduk di sofa, mencoba mencerna semua yang telah terjadi. Pertemuan singkat dengan Fitri tadi hanya menambah kebingunganku.

Di rumah, aku mencoba mencari jawaban dengan membuka laptop dan memeriksa media sosial serta catatan online tentang teman-teman lamaku. Aku berharap menemukan sesuatu yang bisa menjelaskan situasi ini, tetapi tidak ada informasi baru yang bisa kutemukan.

Kemudian, sebuah ide muncul di kepalaku. Aku memiliki pengetahuan masa depan tentang teknik hacking dan keamanan siber. Aku bisa memanfaatkan keterampilan ini untuk mencari uang saat ini. Aku tahu bahwa belum banyak orang yang memiliki kemampuan ini pada masa ini. Dengan semangat baru, aku membuka laptopku dan mulai merancang program AI canggih dari masa depan yang bisa menjebol sistem-sistem keamanan yang ada dan mengumpulkan data penting.

Aku bekerja sepanjang malam, menulis kode, menguji program, dan menambahkan fitur-fitur canggih. Aku menggunakan pengetahuan masa depan untuk membuat program yang kuat dan tidak terdeteksi, sesuatu yang belum ditemukan pada tahun ini. Program ini, yang bisa dibilang sangat canggih, awalnya ditemukan oleh anonim di masa depan dan cukup menarik perhatianku hingga aku bedah untuk mempelajarinya.

Paginya, aku berhasil menyelesaikan program pertamaku. Aku merasa bangga dengan hasil kerjaku dan yakin bahwa ini bisa menjadi sumber penghasilan yang stabil. Dengan program ini, aku berharap bisa mendapatkan lebih banyak uang untuk kehidupanku kedepannya.

Aku menghabiskan malam itu dengan menawarkan program ini di berbagai forum-forum dan dark web, berharap bisa menarik perhatian pengguna lain, dan ada yang ingin membelinya. Aku memberikan deskripsi tentang kemampuan program ini dan cara menggunakannya, sambil terus merenungkan langkah selanjutnya.

Lelah setelah bekerja tanpa henti sepanjang malam, aku akhirnya merebahkan diri di sofa, membiarkan kelelahan mengambil alih tubuhku.

Ketika aku melihat ke arah jendela, sinar matahari sudah masuk ke dalam ruangan. Aku melihat jam dan terkejut karena sudah hampir siang. Dalam kepanikan, aku baru menyadari bahwa aku telah lupa harus pergi ke sekolah. Aku segera bangun dan bergegas bersiap-siap, tetapi menyadari bahwa aku sudah terlambat.

Original story by Dio Schrift

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dimensi Kembar: Dua WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang