28. Feeling

89 13 66
                                    

S E L A M A T  M E M B A C A . . .

Untuk sekumpulan orang-orang yang selalu buang air besar setelah melakukan kegiatan yang dinamakan 'sarapan', maka kalian dipersilakan untuk bergabung bersama Akandra Javas Pradana. Karena lelaki kalem itu tidak biasa dengan yang namanya sarapan. Ya begitulah, jika perutnya diisi, ujung-ujungnya pasti akan merasakan sesuatu yang agak meresahkan diperut bagian dalamnya.

Tapi itu tidak berlaku diwaktu sekarang. Setelah melihat story WhatsApp Anatha beberapa menit yang lalu--- yang isi story nya foto sepiring nasi goreng berteman telur ceplok di atasnya dengan caption: (butuh teman) Andra langsung melesat pergi ke kantin yang cukup sepi tanpa ada Jaesar dan Kagendra yang mengekor seperti biasanya. Kali ini ia akan menemani perempuan itu sarapan. Masa bodo jika saat mata pelajaran pertama ia akan tertinggal sebab panggilan alam sudah dipastikan memanggilnya tanpa dipinta.

Setelah melihat daksa perempuan tersebut, Andra langsung menghampiri dengan sepiring nasi goreng yang sebelumnya sempat ia pesan. Ia duduk--- berhadapan langsung dengan perempuan cantik yang kecantikannya begitu terlihat mempesona.

Tapi ketika iris hitam Andra serta iris coklat sedikit gelap milik si perempuan saling beradu, Anatha menyiratkan sorot heran dan ketidakterimaan yang begitu kentara ketika Andra duduk di hadapannya tanpa aba-aba. Lantas Anatha berpindah tempat ke meja sebelahnya yang kebetulan kosong tanpa ada sepatah katapun yang terucap.

Dan Andra ikut berpindah juga tanpa dipinta.

Dan terus seperti itu. Jika Anatha berpindah lagi dengan membawakan satu piring nasi gorengnya ke meja yang lebih kosong nan jauh, Andra terus-terusan mengikuti. Hingga lima kali ia dan Anatha sudah berpindah-pindah kesana-kemari selayaknya orang yang kurang kerjaan, Anatha sontak menggebrak meja keras.

"Lo ngapain ngikutin gue, anjir?!" tanya Anatha begitu menggebu-gebu.

"Nggak tau," Andra menyahut santai.

"Gak ada kerjaan! Minggat gak?!"

"Nggak.”

Anatha mendengus marah. "Ya Allah, Dra... Pergi, atau gue lapor Presiden?"

"Lapor Presiden," sahut Andra asal, kemudian menjeda ucapannya sekadar untuk menatap perempuan itu dengan tatapan cinta. "Tadi katanya butuh temen? Ini udah gue temenin. Tapi lonya kenapa malah kabur-kaburan?"

Anatha mulai frustasi. Ia spontan memijat kedua sisi keningnya yang sama sekali tak merasa sakit, melainkan merasa tak habis pikir saja dengan kelakuan konyol Andra hari ini. "Selain lo, Dra! Kalo sama lo, gue nggak mau!"

"Oh," balas Andra begitu apatis. Anatha panas hati.

Karena Anatha terlihat mulai jengah, perempuan itu beranjak untuk pindah ke tempat lain. Lagi dan lagi. Namun Andra dengan cepat menjamah pergelangan tangan si perempuan, yang untungnya terbalut seragam sekolah--- bermaksud untuk tetap duduk di hadapannya. Kemudian ia bertutur lembut, "Duduk Nath, gue nggak akan galakin lo."

Sejenak, perempuan cantik itu termangu. Matanya menyorot beku kepada tangan Andra yang masih setia memegangnya, namun setelah dirasa perlakuan itu tidak baik untuk kedamaian jantung serta hatinya, Anatha menarik lengannya dengan pelan, lalu kembali duduk dan mendengus sebal. "Bohong ah! Dari mukanya aja keliatan banget mau nyulik gue."

Andra terkekeh lucu. "Nyulik hati lo boleh gak?"

"Ya nggak, lah! Masa gue harus hidup tanpa hati, gitu?”

“He'em, terus diganti pakai hati ayam.”

Mendengar itu, perempuan berhijab dihadapannya tak berekspresi sama sekali. Sedangkan Andra, ia hanya menampilkan seulas senyum simpul yang terlihat begitu manis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Akandra | Antara Laut dan Senja [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang