Matahari terbenam di langit Konoha, menyisakan semburat jingga yang perlahan berubah menjadi malam. Di sebuah rumah besar berarsitektur tradisional Jepang, kehidupan Naruto Uzumaki berputar dalam siklus yang monoton dan penuh kepahitan. Sebagai anak angkat keluarga Haruno, Naruto sering merasa seperti bayang-bayang yang tak pernah diakui keberadaannya. Namun, di balik senyum cerianya, tersembunyi luka yang dalam.
Naruto duduk di beranda belakang rumah, memandangi kebun yang luas dengan tatapan kosong. Angin sore yang sepoi-sepoi berhembus, membelai rambut pirangnya yang berantakan. Hari itu seperti hari-hari lainnya, penuh dengan tugas-tugas rumah tangga yang melelahkan. Dia mendengar suara Sakura, saudara angkatnya, berbicara dengan nada manja kepada orang tuanya di dalam rumah. Suara itu membuat hatinya semakin perih.
"Dulu aku pikir, keluarga ini akan menjadi tempatku menemukan cinta dan kasih sayang," gumam Naruto pada dirinya sendiri, matanya berkabut oleh kenangan masa kecil yang tak terlalu cerah. "Namun, yang kutemukan hanya kegelapan dan kesepian."
Kehidupan Naruto bagaikan pelangi yang kehilangan warnanya. Setiap hari, dia berusaha keras untuk tetap tersenyum, meski hatinya meronta. Sakura, yang seharusnya menjadi saudara yang mengasihinya, justru memperlakukannya seperti pelayan. Hari-hari Naruto berlalu dengan membersihkan rumah, memasak, dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya tanpa mendapatkan ucapan terima kasih.
Naruto berjalan menuju dapur, mengambil seember air untuk mencuci piring. Saat dia melihat bayangannya di permukaan air, Naruto merasakan beban yang menghimpit dadanya. "Apakah ini takdirku? Menjadi seseorang yang tidak pernah dihargai?" pikirnya, mencoba mencari secercah harapan di tengah kegelapan.
Hidup Naruto bagaikan bunga yang terabaikan di sudut taman. Meskipun indah dan penuh potensi, dia tak pernah mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk mekar dengan sempurna. Dia hanya bisa berharap bahwa suatu hari, ada seseorang yang akan melihat keindahan yang tersembunyi di dalam dirinya.
Malam itu, ketika bulan mulai memanjat langit, Naruto duduk di bawah pohon sakura di halaman belakang. Bunga-bunga sakura yang mulai bermekaran tampak seperti bintang-bintang yang turun ke bumi, memberikan sedikit cahaya di tengah kegelapan. Naruto menutup matanya, membiarkan angin malam membawa pikirannya pergi ke tempat yang jauh dari kesedihan.
"Semoga, suatu hari, aku bisa menemukan kebahagiaan yang sejati," bisiknya pelan, seperti doa yang terbang bersama angin.
Di tempat lain, Sasuke Uchiha, seorang pria muda yang tampak dingin dan tak tergoyahkan, menatap langit malam dari jendela kamarnya. Dia merasakan kesendirian yang sama, namun dengan alasan yang berbeda. Kursi rodanya adalah penjara yang tak terlihat, membatasi gerak dan kebebasannya.
"Saat ini, aku hanya bisa berharap bahwa hidup akan memberiku kesempatan untuk merasakan kebahagiaan," pikir Sasuke, dengan pandangan kosong menatap bintang-bintang.
Takdir sudah mulai menulis cerita mereka, meskipun mereka belum menyadarinya. Di tengah malam yang sunyi, dua jiwa yang terluka menatap langit yang sama, berharap untuk hari esok yang lebih baik.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin yang Ditukar
FanfictionNaruto adalah saudara angkat Sakura. Tapi Naruto diperlakukan seperti babu oleh keluarga Sakura. Suatu hari, orang tua Sakura menjodohkan Sakura dengan seorang pria miskin di kursi roda, namanya adalah Sasuke Uchiha. Sakura berpikir kalau Sasuke ada...