bab 1

25 7 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu'alaikum, semuanya.
Kali ini, author buat novel baru yang sedikit berbeda, mohon bantuan dan dukungannya, ya!
Jika ada typo atau yang lainnya, kalian boleh DM ke akun Ig @raden_ayuuuu jangan lupa follow juga, ya, guys!
Terima kasih!🦋
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kupu-kupu yang terbang ke sana kemari dengan bebas menelusuri belahan dunia. Dan kupu-kupu juga melambangkan perjalanan yang penuh perjuangan hingga mencapai bentuk yang indah.

🦋

Mentari menampilkan dirinya dengan semburat warna jingga yang menyambut bangunnya seorang gadis dari tidur lelapnya. Rambut acak-acakan dan wajah yang lesu membuat seorang gadis yang baru saja membuka matanya itu berdecak kesal.

"Udah pagi, ya?" gerutu gadis itu bertanya pada dirinya sendiri, matanya menatap ke sana kemari melihat kamarnya yang masih sepi. Padahal biasanya adik laki-lakinya itu sudah merusuhi kamarnya hanya sekedar untuk membangunkan dirinya itu.

Gadis itu langsung bangun dari tidurnya dan merapikan tempat tidurnya, rambut serta bajunya yang acak-acakan. "Ke mana Azka?" tanyanya dalam hati.

Dia keluar dari kamarnya dan mendapati sang ibu tengah berada di dapur dengan kompor menyala, diapun bertanya, "Mama lagi ngapain?" Wanita paruh baya itu menoleh dan melihat anak sulungnya ada didekatnya.

"Mama lagi buat bubur untuk Azka, La," jawab wanita itu dan kembali fokus pada masakannya.

"Memangnya Azka kenapa, Ma?" tanyanya lagi dengan raut penasaran, pasalnya adik laki-lakinya itu hari ini tidak terlihat dan kebetulan sekali Mamanya membuat bubur untuk sang adik.

"Demam dia, tadi sore main hujan dan mandinya malah ngga pakai air hangat," ujar sang Mama sembari mematikan kompornya dan mengambil mangkuk beserta sendok lalu menyendokkan bubur dan menaruhnya di mangkuk tadi.

Gadis itu terkejut saat mendapatkan kabar bahwa adik laki-lakinya itu tengah sakit, dia bergegas mencuci mukanya dan kembali ke dapur lalu berkata, "Biar Ala aja, Ma, yang bawa buburnya ke kamar Azka. Mama masak aja ngga papa, nanti Ala bantu bersihin rumah, kebetulan hari ini Ala libur." Sang mama mengangguk patuh.

Ala membawa mangkuk yang sudah terisi bubur itu ke kamar sang adik dengan perasaan khawatir, wajar bukan jika kakak mengkhawatirkan adiknya yang tengah sakit? Gadis itu langsung membuka pintu kamar adiknya tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu, dia mendapati adiknya tengah tertidur dengan kain hangat di dahinya.

Ala meletakkan mangkuk yang dibawanya di atas meja belajar sang adik, dia lekas membangunkan adiknya untuk sarapan. "Azka, bangun dulu, yuk. Kakak bawa bubur untuk Azka," ujar Ala membangunkan adiknya dengan penuh kelembutan. Melihat adiknya membuka mata senyuman manis langsung terukir di wajah Ala, dia lekas membantu adiknya untuk bangun dan mengambil mangkuk bubur lalu menyuapi Azka dengan penuh ketelatenan.

"Nah, sudah selesai, sekarang tinggal minum obat." Ala mengambil kantung plastik yang biasanya ada obat penurun demam atau Paracetamol, dia menggerus obatnya dan memberi sedikit air lalu memberikannya pada Azka untuk diminum.

"Terima kasih, Kak," ujar Azka dengan lemah, sebenarnya dia sangat malas untuk berbicara karena kondisi tubuhnya. Tetapi demi kakaknya yang sangat dia sayangi, akhirnya dia mengusahakannya untuk berbicara.

Ala tersenyum saat adiknya berbicara, dia tahu, kalau di saat seperti ini adiknya itu malas untuk berbicara. "Tidak masalah, cepatlah sembuh agar bisa kembali bersekolah dan beraktivitas lagi." Adiknya itu mengangguk membalas ucapan kakaknya.

🦋

Matahari kian meninggi, seorang gadis baru saja selesai menjemur baju, dia mengelap keringatnya dengan lengan sebelum dirinya dipanggil oleh sang ibu, "Ala, sudah selesai belum?"

Gadis itu menyahut dengan sedikit berteriak, "Sudah, Ma. Sebentar, Ala taruh ember di kamar mandi dulu."

Setelah menyimpan ember yang digunakan untuk membawa baju-baju basah yang akan di jemur, Ala bergegas mendekat ke arah ibunya yang tengah berkacak pinggang. "Ada apa, Ma?" tanya Ala.

"Kamu udah nyapu?" tanya sang Mama, Ala mengangguk, "Kalau udah kenapa masih kotor? Kayak belum di sapu." Ala mengernyit mendengar ucapan sang Mama, perasaan dia sudah menyapu dengan bersih kenapa Mamanya masih protes? Pikir Ala menghela nafas.

"Padahal Ala udah nyapu sampai bersih, loh, Ma," ujar Ala menyuarakan isi hatinya, dia tidak apa jika disuruh-suruh, tapi jika apa yang sudah dia lakukan tidak sesuai dengan yang dimau dan terus disalahkan, apa dia akan diam saja? Oh, tentu tidak! Dia sudah lelah terus disalahkan sedari dulu.

"Buktinya itu masih kotor, La. Kamu beneran bisa nyapu ngga, sih?" omel sang Mama dengan suara yang meninggi.

"Bisa, Ma, bisa! Kalau Ala ngga bisa nyapu, terus siapa yang tiap hari bersih-bersih rumah? Nyapu, nyuci baju, nyuci piring, masak dan lain-lain, siapa yang ngerjain kalau bukan Ala, Ma?!" serunya yang tanpa sadar juga ikut meninggikan suaranya.

Sang Mama mengerutkan keningnya mendengar nada suara putri sulungnya yang meninggal. "Berani ungkit hal itu, heh? Mama itu capek! Ngurus adik laki-laki kamu yang lagi sakit, belum si Naya yang rewel minta digendong."

Ala hanya bisa memutar matanya malas, dia enggan berdebat dengan Ibunya, tapi sang ibu malah memancingnya. "Ma! Ala ngga bermaksud kayak gitu, Ala ngga sengaja. Maafin Ala, Ma."

"Mandi aja sana, terus nyapu lagi biar bersih, sekalian itu piring di belakang cucikan juga," titah sang Mama, Ala hanya mengangguk saja.

🦋

Hari terus berlalu, Azka kini telah sembuh dari sakitnya, dia pergi ke kamar sang kakak untuk membangunkannya, itu adalah rutinitasnya selama ini. "Kak! Kak Ala! Bangun, udah pagi," ocehnya sembari membuka jendela dan menyiapkan handuk serta keperluan lainnya untuk sang kakak. Adik yang pengertian bukan?

Ala sendiri yang tengah tertidur dengan posisi miring dan mendengar ocehan sang adik hanya bisa mengulum senyumnya, dia sengaja terus memejamkan mata sembari tersenyum. "Kakak, ih! Udah bangun juga, malah sengaja tidur lagi!" gerutu Azka yang menghampiri Ala.

"Haha maafkan kakak, kakak beneran baru bangun," ujarnya setelah duduk di kasur, dia membuat wajah yang sedih seolah habis dimarahi, Azka yang melihatnya langsung naik ke atas kasur dan memeluk sang kakak. Inilah moment yang sangat dinantikan oleh Azka, sungguh sulit untuk bisa seperti ini.

Kakaknya terus diperintah ini itu oleh ibunya, sedangkan dia harus pergi ke sekolah. Saat di rumah pun dia tidak bisa berbuat banyak, makanya saat ada tugas yang harus dikerjakan di rumah, Azka langsung meminta sang kakak untuk mengajarinya.

"Udah sembuh, hm?" tanya Ala pada adiknya setelah pelukan adik kakak itu terlepas, Azka mengangguk dan berkata, "Udah, malah pas Azka disuapi sama kak Ala, Azka langsung sembuh!" Ala tersenyum mendengar jawaban dari adiknya itu, Azka sungguh pandai membuat dirinya bahagia.

"Baiklah, kakak mau mandi dulu, ya? Nanti kita jalan-jalan ke pasar buat beli sayuran untuk dimasak hari ini dan besok, oke?" Dengan cepat Azka mengangguk, dia masih duduk di kasur kakaknya, sedangkan Ala sudah pergi ke kamar mandi yang letaknya bersebelahan dengan dapur.








Terima kasih yang sudah membaca novel ini, bagaimana kabar kalian?

Oh, iya, jangan lupa vote dan komen ya guys!

Sampai jumpa di bab selanjutnya!

Bayangan Cantik Butterfly Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang