Page 3

321 34 11
                                    

Bagaimana ini?

"Ck." Berdecak kesal Rowen balas menatap jengkel seseorang didepan sana tanpa menurunkan kewaspadaan.

Sial! Dia tidak mengenaliku bukan? Bisa kacau rencananya jika ia ketahuan duluan batin Rowen memegang topengnya pelan.

Sedangkan itu Vahit dengan lirikan tajamnya mengobservasi entitas asing dihadapannya dari atas ke bawah.ia tidak tahu siapa penyusup ini serta apa motifnya sampai memasuki kediamannya.

Apa pun itu yang jelas ia sudah melakukan kesalahan besar ini sama halnya seperti masuk ke kandang singa ia sangat menyayangkan nasib si penyusup konyol ini.

Andai saja Vahit tahu bahwa hipotesanya melenceng jauh Rowen tidak ada niat apapun dia hanya menumpang lewat.

Tapi apa daya nasib sial sedang menimpanya sekarang sesuai pepatah sudah jatuh tertimpa tangga kira-kira begitulah situasi yang kini dialami Rowen.

Bergerak pelan niat hati ingin kabur tetapi Vahit yang menyadari pergerakan Rowen membuka suara.

"Mau melarikan diri?" Tanya pria itu mengerutkan kening.

Kalau sudah tahu kenapa masih bertanya? Benak Rowen ingin membalas namun urung jika ia berkata bisa-bisa pria itu mengenalinya dari suaranya.

Mengingat mereka tidak mempunyai hubungan yang baik terlebih saat kejadian itu (kepergok) ketika ia kedapatan tidur dengan temannya.

Sudahlah abaikan saja dia oke,sungguh dia masih ingin hidup batinnya meraung frustrasi.

"Tidak akan." Seolah menjawab pemikiran Rowen mengeluarkan pedangnya Vahit dengan gerakan kilat memberikan serangan.

SRING

Disaat yang bersamaan Rowen tak kalah cepat menghalau tebasan itu dengan belatinya.

TRANG

Bunyi dentingan dari dua senjata itu terdengar nyaring Rowen diposisinya menahan serangan dengan kedua tangan seraya melirik pria didekatnya sebal.

Untung saja ia memiliki refleks yang bagus jika tidak sudah dipastikan kepalanya akan melayang di udara.

Serta ia sangat bersyukur sudah membawa beberapa senjata untuk berjaga-jaga dari marabahaya,tapi demi apapun dari sekian manusia kenapa harus pria ini.

Meneguk ludah kasar ia menatap lamat Vahit untuk kemudian mendorongnya sekuat tenaga lantas beringsut menjauh memberi jarak.

"Katakan siapa dirimu?"

Dih maksa kali batin Rowen mencibir dipikir dia akan menurut apa? Mendengus dengan ekspresi jelek Vahit yang mendapati reaksi penolakan itu menyela lagi.

"Aku tahu kau tidak bisu namun, jika kau tidak mau ..." berjalan satu langkah mengeratkan genggamannya di gagang pedang—mengangkat pandangan pria itu langsung memotong jarak melancarkan serangan bertubi-tubi.

TRANG

TRING

PRANG

Sementara disisi yang sama Rowen membalas gesit menangkis setiap tusukan dan tebasan yang diarahkan
kepadanya.

"Aku akan memaksamu membuka mulut." Ancam Vahit dingin.

Sial! pria ini tidak main-main

Tak memberi kesempatan bergerak Vahit habis-habisan menyerang begitu pula Rowen dengan lihai menghindar keduanya terlibat pertarungan sengit.

Nyaris seimbang sebab keduanya mampu melukai satu sama lain seperti Rowen yang terkena sabetan di paha begitu pun Vahit yang terluka dibagian bahu.

Mereka segera memberi spasi saling terdiam.

SupernumeraryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang