Sewaktu sebelum ia bertransmigrasi kesini yang ia ingat bahwa dirinya terkapar di tengah jalan.entah apa yang terjadi saat itu dia hanya mengingat bagaimana rasa sakit begitu menggerogoti setiap inci tubuhnya.
Entah kecelakaan apa yang ia alami tabrak lari? Ditusuk oleh orang tak dikenal atau ... jatuh dari bangunan lima lantai,ia tak begitu ingat apa yang terjadi sebelum ia tertidur di aspal.
Namun saat itu ia mengingat satu hal tepat tubuhnya dalam keadaan lemas tak berdaya.tak menangis atau apa sebaliknya ia tertawa—tawa yang amat lepas seraya dalam benaknya ia bergumam.
Akhirnya aku bebas.
Tersenyum tipis mengangkat tangannya ke udara susah payah sebab sial tiap kali ia mencoba bergerak rasa sakit kembali menyelimutinya dengan kejam.
Benar,memang ini yang aku mau.
Ah tangannya bersimbah darah namun demikian sepertinya bagian tubuhnya ada yang patah persetan dia juga tak peduli karena setelah ini waktunya tak lama lagi.
Ya seperti ini.
Hidupnya yang begitu sialan akan berakhir,para sampah yang berada disekitarnya tidak ada lagi serta nyawanya akan terhenti disini.setelah semua yang ia lalui akhirnya ia dapat beristirahat.
Hah selamat tinggal bajingan.
Ia berpikir akan pergi ke akhirat,tapi nyatanya ia malah dihidupkan kembali dan lebih dari itu dunia yang ia pijaki jauh berbeda dengan tempat asalnya.
Saat itu ia berpikir.
Apa Tuhan mempermainkan hidupnya?
Setelah segala hal yang ia upayahkan selama hidup,mati-matian ia berusaha dan ketika ia mulai berdamai dengan semuanya berpasrah diri menerima kematian—Tuhan malah menghidupkannya lagi,apa yang Tuhan inginkan darinya?
Tidak ia tidak marah hanya kenapa? Apa yang Tuhan harapkan darinya? Atau mungkin ini adalah hadiah dari Tuhan padanya.
Kalau memang benar ia akan menerimanya dengan suka cita,jika memang Tuhan memberikannya kesempatan baiklah.lantas apa yang seorang hamba sepertinya lakukan selain menerima bukan?
Maka dari itu ia sudah memutuskan akan hidup sesuai yang ia inginkan.
Aku akan hidup semauku.
Memulai hidupnya yang baru.
PLAK.
Satu tamparan keras melayang terdengar nyaring di ruangan itu Rowen yang semula berdiri dengan tegap seketika oleng dengan wajah yang tertoleh kesamping.
Tak siap dengan gerakkan tiba-tiba itu ia terjatuh sembari memenggangi pipinya yang kebas sudut bibirnya sobek mengeluarkan darah.ia hanya diam—berdiri kembali menahan nyeri yang meradang disekitar wajah menanti ucapan pria tua didepan sana yang tengah menatapnya nyalang.
Sementara si pelaku penamparan dengan dada kembang kempis mata yang menyorot tajam dengan rahang gemeretak lantas berkata.
"Tidak bisakah kau melakukan tugasmu dengan benar?"
Hening.
Rowen ditempatnya membisu tak berminat menjawab menatapi darahnya menetes ke lantai masa bodoh apa yang pria tua itu ucapkan.
"Apa kau dengar sialan?!"
"Rowena itu nama saya jika Anda lupa," Sahutnya mengangkat kepala meneruskan, "Atau barangkali Anda sudah pikun?" Lanjut Rowen menyeringai.
"KAU!"
"Saya tidak paham apa yang membuat Anda marah." Balas menyorot acuh tak acuh Rowen berujar bingung seraya berpangku dagu dengan satu tangan bersidekap, "dan saya bukanlah seorang pelayan, pengasuh atau apapun jadi,kenapa saya harus bersedia merawat seseorang dengan penyakit gila menahun yang tugas itu jelas-jelas bukan tanggung jawab saya." Ujar pria itu santai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Supernumerary
Fantasy[Slow Update] he is just an extra in this novel,not antagonist or protagonist not at all.