Pria Pengganti

109 11 1
                                    

"Alana" suara lirih dengan sedikit getaran karena menahan amarah dan rasa malu.

"Dimana calon suami mu, kenapa belum sampai juga jam segini" lanjut seorang perempuan paruh baya yang akrab di panggil Bunda oleh Alana

"Dimana calon suami mu, kenapa belum sampai juga jam segini" lanjut seorang perempuan paruh baya yang akrab di panggil Bunda oleh Alana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alana, gadis berambut panjang kini tengah cemas menunggu kehadiran calon suami yang akan menikahinya. 'Galih di mana kamu berada, kenapa aku tak bisa menghubungi ponselmu' gumam Alana

Alana Lovania Anderson, gadis berparas cantik yang memiliki rambut panjang, ia merupakan seorang gadis yang sudah sukses dalam hal pekerjaan, ia bekerja sebagai seorang sekertaris di perusahaan besar No 1 di kota Sarang, perushan yang bayak di minati oleh banyak orang. Namun keluarga Alana seperti tidak puas dengan pencapaian Alana.

Karena kehidupan di kampung yang begitu kolot, Alana terus diminta untuk segera menikah, menurut keluarganya, perempuan tidak harus memiliki karir yang tinggi, yang harus perempuan lakukan hanya menjadi ibu rumah tangga.

Awalnya, Alana tak memedulikan desakan tersebut, karena bagi Alana karir Nomor satu, dan menikah Nanti saja.

Karena terus mendapat desakan dari keluarganya, Alana mulai mendiskusikan soal pernikahan dengan kekasihnya yang sudah pacaran selama 3 tahun dengannya.

beruntung, kekasih Alana setuju untuk menikah, dimulai dari lamaran hingga hari H pernikahan tak ada sedikit pun masalah selain susah berkomunikasi di dua hari sebelum pernikahan.

Dengan wajah Angkuhnya, dua orang perempuan yang memiliki tubuh gempal menghampiri Alana yang masih diam mematung.

"Alana laki-laki seperti apa yang akan kamu nikahi, kenapa tidak bertanggung jawab"

"Tante sudah pernah katakan bukan, jangan menikah dengan pria yang jauh tempat tinggalnya, terjadi bukan hal yang paling tante takutkan"

"Alana jangan buat malu keluarga besar kita, jika kamu gagal menikah, apa kata mereka nanti,"

"Sudahlah kalian jangan terus menyalahkan anakku, tidak ada yang mau kejadian seperti ini"

"Kakak ipar, kamu jangan selalu membela anakmu, dia jadi manja, jika terus kau bela"

"Nyari calon suami aja gak becus kan, sekarang mau di kemanain harga diri keluarga kita"

Para tamu undangan mulai berbisik satu sama lainnya, mereka saling mengomentari pernikahan yang sebentar lagi akan batal.

Sebagian dari mereka ada yang menyalahkan calon suami yang tak bertanghung jawab.

Ada juga yang mencela Alana dengan sebutan "tak becus"

Seperti menelan pil pahit tanpa air, itu yang Alana rasakan, semua rasa bercampur jadi satu tanpa ada yang mendominasi. Namun aneh, Alana tak bisa mengeluarkan air mata meski hatinya sangat sakit

"Udah lah bibun, kasian kak Alana jangan terlalu ditekan, dia sudah cukup malu karena ditinggal calon suaminya." Saut seorang gadis muda yang merupakan sepupu dari Alana.

Gadis ini bernama Arabella, dia bukan sedang membela sepupunya, namun ia juga ingin ikut mencela Alana,..

"Kamu memang sangat pengertian sayang, kelak kamu jangan seperti dia yah yang gak becus cari calon suami"

"Bibun jangan kawatir, pacar ku seorang manager, jadi sudah pasti terjamain kehidupan ku kedepanya"

"Ia Bibun percaya pada mu sayang, kamu begitu cantik, pasti bos besar yang akan jadi jodohmu"

"Kak  Alana sebaiknya kamu batalin saja pernikahan ini, ngga ada gunanya juga kan kamu duduk disini dan menunggu kedatangan Mas Galih"

Alana masih tetap teguh tak mengucapkan apa pun untuk membalas ucapan para tante dan sepupunya.

"Udah batalin aja, calon suami kamu gak akan datang, dia tidak akan mau menikah sama kamu"

Alana mulai bergeming mendengar kalimat terakhir dari sepupuhnya "Apa maksud kamu, apa kamu tau masalah ini, dan  alasan Galih tidak datang"

"Ti_tidak, aku tidak tau apa-apa"

"Kenapa kamu ragu, ayo jelasin" teriak Alana

"Bibun liat kak Alana bentak Bella, Bella takut bibun,"

"Alana kamu berani yah bentak anak saya"

"Saya hanya bertanya tentang yang dia katakan"

"Dia sudah bialng, dia gak tau apa-apa"

"Al, sudah kita sudah jadi pusat perhatian" Bunda Alana mencoba menenangkan Anaknya yang tengah tersulut Emosi.

"Ngga Bunda dia harus bertanggung jawab dengan ucapanya, apa maksud dari perkataanya itu?.."

Seorang pria paru baya menghampiri Alana yang tengah di selimuti oleh Emosinya, dengan posisi tangan yang mengepal.

"Alana kita batalkan saja pernikahan ini, tak perlu merasa malu, yang salah mereka yang tidak datang bukan kita"

"Mas kita tunggu sebenar lagi, aku yakin Alana akan menikah hari ini"

"Azura, hentikan harapanmu itu, sudah cukup kita di buat malu oleh keluarga berengsek itu, kini tidak lagi"

"Aku tau mas, tapi aku tak rela anak kita harus mengalami penghinaan yang begitu kejam, apa salah dirinya"

"Ini semua bukan salah Alana, tapi salah kamu yang terus menekan dia untuk menikah di usianya yang ke 25"

"Aku tak bermaksud menekannya, aku hanya takut dia tidak ada yang mau jika melewati masa pancabaya"

"Kenapa pikiranmu sangat kolot, tidak ada yang namanya masa pancabaya, yang ada siap atau tidak"

"Jika sudah begini siapa yang akan menikahi Alana?"

"Alana ayo ikut Ayah, kamu tak perlu duduk dan menunggu bajingan itu disini"

"Mas Adi apa kamu yakin mau membatalkan pernikahan ini,"

"Tidak ada cara lain, dari pada disini menunggu seperti pengemis, untuk apa lagi"

"Mas kamu gak kawatir dengan anakmu, jika dia membatalkan pernikahan ini, siapa yang akan menikahi perempuan yang bahkan di tinggalkan dialtar pernikahan"

"Sudah hentikan kamu tak perlu ikut campur urusan keluarga ku" Bentak Adi

Ayah mana yang tak sakit hati, anak perempuan satu satunya di tinggal begitu saja didepan orang bayak

Alana tak dapat berbuat apa-apa sekarang, selain menuruti Ayahnya, Ayahnya benar untuk apa dia menguggu pria bajingan yang tak akan datang. Toh hidupnya akan baik-baik aja tanpa lelaki itu.

"Kamu masuklah ke kamar riasmu Ayah akan bicara pada penghulu dan juga para tamu, jika pernikahan ini dibatalkan"

Melihat suasana yang riuh dan mencekam, Bella tersenyum puas, ia merasa senang melihat orang yang ia benci menderita.

Bukan tanpa Alasan, Bella tak menyukai Alana, Karena Alana yang selalu menojol, dan terus dapat fujian dari keluarga besarnya.

Kini ia merasa puas karena sudah mengalahkan Alana.

Pria paruh baya dengan perut buncit menaiki Altar pernikahan, ia tengah bersiap untuk pembatalan.

"Para tamu, sebelumnya saya minta naaf atas ketidak nyamana yang ditimbukan, silahkan nikmati hidangan terlebih dahulu, sepertinya pernikahaan ini saya bat...."

"Tunggu paman, biar saya yang menikahi Alana" Teriak seorang pria, berjas hitam lengkap dengan dasi di lehernya.

Para tamu meoleh ke arah pria yang kini tengah jadi pusat perhatian itu, termasuk Alana yang masih berada di area altar.

L A T T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang