Perlahan Zeyden meraih Hair Dryer yang Alana gunakan "Saya akan membantu mengeringkan rambutmu"
Zeyden sedikit mengangkat gadis itu agar berdiri "Harum di tubuh dan rambutmu sangat menyenangkan untukku"
"Mas apa yang ingin kau lakukan"
"Saya ingin memberimu hadiah yang tak akan kamu lupakan" jawab Zeyden dengan tangan yang aktif melepas tali kimono yang tengah Alana gunakan.
Dengan satu tarikan kimono terbuka, membuat seluruh tubuh terekspos, dengan cepat Alana kembali menutupnya,
"Tak apa Al, Mas ingin melihatnya"
"Tapi Mas aku malu"
"Baik lah jika kamu belum siap saya tak ingin memaksa"
Mendengar ucapan Zeyden, Alana merasa tidak enak untuk menolak.
"Mas tunggu...." ucap Alana sambil menahan tangan Zeyden yang hendak pergi.
"Aku akan melakukannya tapi...."
"Tapi?"
"Bisa kan kita ganti lampunya dengan lampu tidur saja, saat melakukanya" pinta Alana dengan wajah merah merona, lalu berjalan menuju tempat tidur berukuran king size.
Zeyden tersenyum mendengar ucapan Alana yang tengah malu-malu.
"Baik lah saya setuju" Zeyden menepuk kedua tangannya dua kali ketukan, membuat lampu yang terang menjadi redup.
Setelah lampu redup, Zeyden menghampiri
Istrinya yang tengah duduk di ujung kasur.Jam sudah menunjukan pukul 4 sore, Alana masih tertidur pulas setelah mendapat gempuran dua ronde dari suaminya.
"Kasian dia kecapean.." gumam Zeyden
Zeyden bersiap untuk pulang, dia harus menghadiri jamuan makan malam dari keluarga Mahendra.
"Bi nah, saya pergi dulu, tolong jaga nona Alana, buatkan dia makan malam"
"Baik tuan muda"
"Dan jangan biarkan dia minum Alkohol, jika sudah bangun, bilangin jangan nungguin saya pulang"
"Baik tuan.."
Setelah memberikan pesan, Zeyden pergi dengan mobil porsche miliknya yang berwarna hitam.
Hanya butuh waktu 20 menit untuk Zeyden tiba di rumah keluarga besarnya, "Paman Zey...." teriak seorang anak lelaki
"Hi My boy" jawab Zeyden sambil menggendong anak lelaki yang usianya baru menginjak 5 tahun.
"Paman kenapa tidak pernah pulang, Rey kan kangen sama paman"
"Hem kangen paman apa uangnya paman?.."
"Hehe, kangan keduanya, apa sekarang paman bawa mainan baru buat Rey"
"Hemmm, sayang sekali, paman tidak membawa mainan hari ini"
"Ah... paman gak asik, Rey mau ngambek aja"
"Eh jangan dong, nanti gantengnya ilang lo"
Bocah bernama lengkap Reyder Parviz Mahawira, seperti tak peduli dengan ucapan Zeyden, ia terus saja memalingkan wajahnya dari pamannya.
"Benar nih akan marah sama paman, padahal paman memiliki sesuatu loh buat Rey"
"Apa itu paman?"
Sangat mudah merayu bocah itu, yang memiliki sifat persis seperti ibunya.
"Paman punya coklat buat Reyder"
"Yee.... terimakasih paman baik" tak lupa Reyder mencium pipi kiri Zeyden.