Di sebuah rumah mewah bergaya kelasik moderen, Seorang gadis tengah merengek pada ibunya. "Mam Karin mohon bilangin sama Om Alex, Karin ingin menikah sama Zeyden"
"Rin Mammy gak punya kuasa untuk itu, coba kamu bicara sama Daddy, kan yang temenya Daddy kamu"
"Bantu Karin bicara sama Daddy Mam ayo lah"
"Rin kenapa kamu gak cari cowo lain aja, kamu liat diri kamu, kamu cantik kamu pintar kamu sempurna sayang, masih banyak yang mau sama kamu"
"Nggak mau Mam, yang Karin mau cuma Zeyden"
"Rin keluarga mereka bukan keluarga kolot yang akan menerima perjodohan atas nama bisnis"
"Pokoknya apa pun yang terjadi Karin cuma mau Zeyden Mam, Karin udah cinta mati sama Zeyden Mam"
"Astaga anak ini, sangat keras kepala, ya sudah nanti Mammy coba bilang sama Daddy"
"Mammy emang terbaik, thank you Mam" Karin mencium pipi Mammynya karena merasa senang.
Sementara Karin pergi ke kamar, wanita paru baya yang akrab di sebut Rosa mengeluarkan ponselnya.
"Dad, udah makan siang?"
"Udah Mam ada apa nelpon"
"Begini Dad, tadi Karin minta tolong Mammy untuk bicara Daddy soal perjodohan dia dan juga Zeyden anak Alexandra"
"Daddy sih setuju aja, akan lebih bagus kan kita punya besan seperti keluarga Alexadra buat memperluas jaringan bisnis kita"
"Ia Dad, coba Daddy bicarakan sama keluarga Alexandra"
"Ya sudah, Daddy coba telpon Alexandra dulu untuk mengajaknya makan malam, nanti Daddy kabarin lagi"
Mahendra Nama ayah dari Karin, ia menghubungi Alexandra untuk mengajaknya makan malam.
"Bagai mana kabarnya bro?" Tanya basa basi Mahendra.
"Mas bro kayak gak ketemu saya lama aja nanyain kabar"
"Haha, Big bro bisa aja"
"Ada apa Mas bro tumben nelpon"
"Saya mau ngundang makan malam keluarga besar Big bro, apa malam ini ada waktu?"
"Ada Mas bro, kita atur aja jamnya nanti"
Begitulah percakapan dari kedua teman kolega bisnis, selagi saling menguntungkan pertemanan itu akan berlanjut.
Di depan Restoran Alana dan Zeyden baru tiba, ponsel Zeyden berdering tanda panggilan telpon masuk.
"Alana masuklah dahulu, saya terima telpon dulu dari Mammy"
"Ia Mas" Alana melangkah pergi ke kasir untuk bertanya di meja mana Zeyden memesan tempat
"Mari ikut saya Nona" ucap pelayan Restoran.
Alana mengukuti langkah pelayan dari belakang, Namun sudut matanya tertuju pada sepasang kekasih yang tengah berpegangan tangan.
Suasana mulai mencekam, jantung Alana berpacu dengan cepat, darahnya kian mendidih emosinya seperti akan memuncak, dengan wajah merah mata yang membulat.
"Galih" gumam Alana dengan suara sedikit bergetar.
Sambil terus mendekat, Alana mulai mendengar percakapan mereka.
"Mas Galih terimakasih karena sudah menepati janji Mas"
"Mas Galih mau kan kita memulai hidup yang baru"
"Ia dek, kita mulai semuanya dari awal lagi yah"
"Kalau gitu kapan pernikahan kita akan di laksanakan, aku ingin secepat mungkin ya mas"