Panggil Suami

50 9 0
                                    

Suasana di dalam mobil cukup hening, rasa canggung menyelimuti keduanya "Hem" keduanya secara bersamaan.

"Kamu duluan aja" ucap Zeyden.

"Pak apa bapak yakin dengan pernikahan ini,"

"Saya yakin kenapa emang"

"Tidak, hanya saja saya merasa tidak enak, terutama pada keluarga bapak"

"Untuk masalah itu nanti saya fikirkan,"

"Tapi, sepertinya ada yang aneh deh, bapak sedang apa disini?"

"Saya ada kerjaan...." bohongnya

"Disini di kampung ini, tapi yang saya tau bapak gak pernah punya kerjaan di daerah sini deh pak"

"Kamu sok tau kamu udah 3 hari bukan gak masuk, jadi jadwal saya berubah dalam 3 hari itu"

Alana mencoba percaya meski sulit karena terlalu janggal, 'Ah sudah lah mungkin benar apa yang diucapkannya'

"Pak sebelumnya saya ingin berterimaksih pada bapak, Namun setelah ini, kalau bapak ingin ngajuin cerai saya tidak masalah pak"

Zeyden mengerem mobilnya secara mendadak, lalu berbalik meatap Alana, "Kamu seengga mau itu punya suami seperti saya,"

"Bukan gitu pak maksud saya..."

"Apa saya tidak layak untuk kamu.... atau saya tidak pantas jadi suami kamu, saya jauh jauh dari kota bahkan belum tidur dari kemarin sekarang kamu mau ceraikan saya.."

"Pak Zeyden dengerin dulu...."  Alana tak melanjutkan ucapanya,

"Kenapa diam, tadi minta saya dengerin kamu"

"Saya hanya takut, ke adaaan sosial kita itu berbeda Pak, anda bos saya hanya karyawan, saya takut orang tua anda tidak merestui kita"

"Untuk itu kita harus menyembunyikan nya dahulu, sampai saya punya cara bicara sama keluarga terutama mammy saya"

"Ia pak, saya takut jantung nyonya tidak kuat mendengar anaknya yang tiba tiba menikah"

"Kamu tau Mammy saya punya sakit jantung?"

Alana mengangguk pelan....

"Kalau kamu tau kenapa minta cerai sama saya, Nanti dia akan lebih kaget jika tau anaknya yang ganteng ini tiba-tiba jadi duda"

"Maaf pak Zeyden"

'Susah payah saya dapatin kamu, masa mau saya lepaskan begitu saja'

Jam kini sudah menunjukan pukul 9 malam, di kamar Alana tengah duduk di ujung kasur dengan piyama hello kitty miliknya.

"Pak Zeyden maaf kamar ini kecil, tapi kasurnya cukup kok untuk berdua"

"Biar saya tudur di sofa depan aja" Zeyden membawa satu bantal yang akan ia gunakan, namun langkahnya di hentikan Alana.

"Eh... jangan pak"

"Kamu mau tidur berdua sama saya?"

"Ngga... kasurnya kita batasin bantal saja, tidak nyaman nanti kalau ketauan orang tua saya kita tidur terpisah"

L A T T ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang